Sedari kecil saya bukan tipikal yang pandai menjaga barang. Terutama perlengkapan sekolah. Beda dengan beberapa teman saya yang teliti dengan alat tulisnya. Sampai-sampai diberi label namanya. Entah di pensil, pena, tipex, atau penghapus. Kalau buku, okelah saya beri nama. Kalaupun melabeli pena, sesekali saya hanya menuliskan nama dikertas kecil lalu dimasukkan dalam pena snowman atau faster karena bening tempatnya. Toh, saya beranggapan kalau teman iseng mau ambil tinggal dicabut kertasnya.
Alasan lain, saya menganggap bahwa melabeli barang dengan nama sendiri itu norak. Apa sih nama ditulis di seluruh alat tulis. Syukur-syukur kalau namanya gak sejuta umat kek nama saya. Hehehe.
Di sekolah tempat saya mengajar, tepatnya di SDIT Al-Izzah kota Sorong, ada beberapa  kegiatan mos di awal semester. Salah satunya kegiatannya yakni "Melabeli Barang Pribadi" dimana semua murid diwajibkan menuliskan nama mereka di seluruh barang pribadinya. Entah alat tulis, tempat bekal atau sendal sekalipun.
Tujuannya agar siswa belajar terbiasa bertanggung jawab dengan menjaga barang pribadinya. Begitu ada alat tulis yang tercecer, sudah ketahuan siapa yang tidak menyimpan atau merapihkannya setelah digunakan. Karena menumbuhkan pembiasaan bertanggung jawab sejak dini itu perlu. Ada beberapa siswa yang bahkan memesan stiker (nama  mereka) biar terlihat kekinian.
Lagi-lagi agak kampungan mungkin melabeli barang dengan nama sendiri. Apalagi jika barangnya di tempat umum. Tapi contoh kasus kenapa penting, hmmm.. siapa yang pernah galon airnya tertukar di depot? Saya sendiri sebelum mempunyai usaha depot air, 2 galon baru saya tertukar  dengan galon lama punya orang ketika menitipkannya di penjual.
 Hari ini di depot saya ada pembeli yang menitipkan galonnya. Menariknya ia melabeli galonnya dengan nama dikertas lalu dilakban bening. Otomatis tidak akan tertukar dengan punya orang.
Rasulullah pun memberi nasehat bahwa tawakal itu bukan langsung pasrah. Membiarkan begitu saja. Yang harus dilakukanan adalah berusaha dulu. Ikat dulu baru bertawakal kepada Allah SWT. Sama halnya dengan barang pribadi. Usaha dulu. Labeli dulu, baru bertawakal. Serahkan kepada Sang Pemilik Alam. Insha Allah bisa digunakan sampai barangnya benar-benar karam.
Dari Sorong Papua Barat, salam hangat....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H