Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pengajar

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar dari Perjalanan Mengelilingi Raja Ampat

29 Desember 2018   12:50 Diperbarui: 29 Desember 2018   12:58 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak ada ikan. Tapi rasanya . . . . Terima Kasih Irma sudah ambil gambar ini| Dokumentasi pribadi

Ini kali kedua saya ke Raja Ampat. Bedanya saya hanya sampai di pusat pemerintahan yakni Waisai. Tak banyak tempat wisata yang saya kunjungi kala itu. Hanya di pantai WTC, pantai Waiwo, dan Saleo. Pemandangannya pun biasa seperti  pinggir pantai pada umumnya. Kecuali di Waiwo yang agak sedikit berbeda. Kita bias langsung memberi memberi makan ikan-ikan di laut yang beraneka ragam warnanya.

Alhamdulillah.. Setelah 3 tahun. Saya akhirnya bisa kembali menginjakkan kaki di Waisai berkat ibu Kepala Sekolah tempat saya bekerja. Ya. Meski profil saya di atas adalah ibu rumah tangga. Tapi sebenarnya saya telah menjadi seorang guru di SDIT Al-Izzah di kota Sorong sejak Oktober 2017 tahun lalu. Karena libur telah tiba, Kepala Sekolah yakni ibu Aisyah pun merealisasikan rencana liburan yang direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya untuk para guru. Kami hanya mengumpulkan uang sebesar 400 ribu per orang. Sudah termasuk tiket PP Sorong-Waisai. Sisanya akan ditanggung sekolah. Total yang pergi ada 29 orang dewasa di tambah anak-anak jadi sekitar 36 orang.

Singkat cerita kami berkumpul hari kamis 20 Desember 2018 di pelabuhan rakyat ba'da duhur atau pukul 01.00 siang karena kapal akan berangkat pukul 02.00. Namun tetap saja Indonesia! Ya jam karet. kapal meninggalkan dermaga hampir pukul 02.30. Oia. 

Tarif kapal dari Sorong-Waisai adalah 100.000 dengan lama perjalanan hampir 2 jam. Meski lampu kabin dimatikan, tetapi tidak mengurangi cahaya dari luar yang menembus kaca jendela. Saya memilih memakai kacamata dan headshet lalu mencoba untuk tidur seperti penumpang lain.

Semoga ke depan harganya tidak naik| Dokumentasi pribadi
Semoga ke depan harganya tidak naik| Dokumentasi pribadi
Tiba di Waisai kami di jemput oleh pihak SMK 2 Raja Ampat dengan menggunakan 1 truk dan 1 mobil pickup. Ya maklum. Kami rombongan. Akan lebih membutuhkan banyak biaya jika harus menyewa mobil rental seperti avanza yang hanya muat beberapa orang saja. 

Mesjid Raya menjadi tempat tujuan pertama kami untuk melaksanakan sholat ashar. Lalu kami menuju pantai WTC untuk mengambil beberapa gambar menikmati senja.

Senja di Pantai WTC| Dokumentasi pribadi
Senja di Pantai WTC| Dokumentasi pribadi
Tiba di penginapan hampir pukul 08.00 malam. Karena sebelumnya kami bersilaturahim di adiknya bu Aisyah yang rumahnya tidak jauh dari pantai WTC. Penginapan cukup jauh. Istilahnya masih di hutan-hutan. Signalpun tidak ada bila berada di dalam penginapan. Oia. Ini adalah penginapan milik SMK 2 Raja Ampat yang juga di kelola oleh pihak sekolah. Kebetulan bu Aisyah mengenal baik kepala SMK 2 Raja Ampat ini. Sehingga kami diperlakukan khusus.

Setelah sarapan, hari pertama yaitu Jumat kami awali dengan brefing di ruang tengah penginapan. Seperti di sekolah, breafing di mulai dengan tilawah bersama. Tempat-tempat tujuan kami adalah salah satu pembahasan saat breafing juga. 

Setelah itu kami beramah tamah dengan empunya sekolah. Pak Hasan selaku Kepala SMK 2 Raja Ampat yang sudah banyak makan garam di dunia pendidikan memberi banyak motivasi kepada kami. Terutama saya yang masih minim pengalaman mengajar. 

Beliau banyak cerita bagaimana harus jadi guru sejati di daerah pendalaman Wamena. Harus berjalan kaki berjam-jam untuk sampai di tempat tujuan. Kadang harus berpura-pura jadi anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka) untuk mengamankan diri dan keluarga.

Ramah Tamah dengan Kepala SMK 2 Raja Ampat| Dokumentasi pribadi
Ramah Tamah dengan Kepala SMK 2 Raja Ampat| Dokumentasi pribadi
Sangat dipahami bahwa gaji guru dulu tak seberapa. Tidak ada tunjangan sertifikasi seperti sekarang. Apalagi ditambah  tugas di daerah tertinggal di tahun 90an. Tentu membutuhkan biaya transport yang lebih. Tapi karena niatnya yang tulus, Tuhan membalas kebaikan beliau beberapa tahun yang lalu dengan terpilihnya beliau sebagai guru yang berprestasi dan berdedikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun