Mohon tunggu...
Musnika Albantani
Musnika Albantani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Suka tersenyum, merawat tanaman, membaca, dan makan cokelat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Monash Bukan Monas, karena Kami Bukan Monumen

6 Desember 2024   11:44 Diperbarui: 6 Desember 2024   12:35 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Lulus sekolah dasar, tidak bingung melanjutkan jenjang selanjutnya. Sudah pasti aku masuk ke salah satu smp favorit se kecamatan. Kebanyakan teman-temanku pun melanjutkna sekolah disana sebab aksesnya yang dekat ke berbagai daerah. Prestasi dari peserta didik sekolah tersebut pun tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, papa menyetujui aku sekolah disana. Aku rasa sih karena papa ngga mau aku sekolah di madrasah saja, mungkin takut anaknya kepanasan setiap hari dengerin lantunan ayat suci. Padahal di smp juga tiap pagi dengerin dan baca asmau husna. Kepanasan? Iya, tapi bukan karena itu.... ada alasan lain nanti diceritain dah yak.

MONASSH, nama geng ahaha.. sebenarnya ngga sengajak bikin geng. Kebetulan saja orang-orangnya satu ordo semua jadi bisa nyambung. Terdiri atas Moesnika, Nada, Selly, Sri, dan Hana. Singkatannya memang maksain banget sih.

Pertemanan kami dimulai dari kelas 7 SMP, sekelas di 7G. Sebenarnya, semua anak di kelas ini kocak. Akan tetapi, yang kemiringan otaknya dapat dimaklumi hanya mereka saja.

Nada, member yang terlihat paling terawat dengan kulit putihnya dan rambut lurus. Meskipun, tinggi badannya yang paling gemas diantara yang lainnya.

Selly, paling lemes (karena dia punya riwayat penyakit asma, gampang ketawa bahkan karena hal-hal random, dan kayaknya dia juga yang paling puber diantara lainnya wkwkw)

Hana, paling galak dan paling gampang ngambek. Tapi dari semuanya, Hanna paling normal dan rasional dalam berpikir sehingga kami dapat terarahkan menjadi pribadi yang lebih (baik), yang nyatanya tetap begitu-begitu saja.

Sri, Nah ini... member paling ngakak kalau ketawa, pinter ngaji, indigo, dan konsultan cinta parah.

And the last alien... Musnika, sesosok manusia yang jarang mandi dengan alasan sedang berupaya menyelamatkan masalah krisis kekurangan air bersih, random, suka pelajaran olahraga, dan suka ketawa.

Lagu kesukaan kami adalah James Brow yang berjudul I Feel Good. Pada kerandoman, kami akan naik ke salah satu bangku dekat lapangan sekolah dan menyanyikan lagu itu selepas olahraga. Pak Barnam guru olahraga paling kekar hanya bisa geleng-geleng melihat kelakukan kami yang sangat anggun.

Persahabatan kami juga tidak lepas dari cerita mistis, suatu waktu menjelang penilaian akhir semester. Kami memutuskan belajar bersama di saung dekat rumah Sri. Saung itu kayak rumah-rumahan kecil yang letaknya ditengah sawah.

Benar, belajar itu hanya kamuflase dari aktifitas main. Belajar juga sih tapi ngga banyak. Setiap hal kami tertawakan, sampai tawa kami membahana terbawa angin. Sepertinya organisme penghuni sawa itu juga terganggu akibat kami. Sebab, penghuni makhluk halus saja sampai terganggu. Saat itu sri tiba-tiba saja terdia, menjelang pukul 5 sore kami pulang ke rumah masing-masing. Sri mengabari bahwa di rumahnya diadakan pengajian yasinan akibar arwah di saung terganggu akibat kami berisih.

Apakah setelah kejadian itu kami menjadi intrivert dan anggun? Tentu tidak.

Penyakit remaja menyerang kami, salah satunya aku. Aku suka pada salah satu remaja di kelas 7C namanya Aldi. Sebenarnya dia teman sd ku, yang pernah aku konciin di toilet itu lho.

Aku juga suka baca buku, salah satu buku yang aku baca judulnya adalah CINTA KADABRA. Dalam buku itu dikatakan bahwa biar orang yang kita suka, membalas perasaan kita. Kita bacakan mantra CINTRA KADABRA sambil nyebutin nama lengkap dan membayangkan wajah orang itu.

Setiap kali mau ke kantin, aku pasti lewatin kelas Aldi. Nah, kekocakan dimulai.

Aku dan antek antek MONASH keluar kelas saat istirahat lebih awal dibanding kelas lainnya. Agak bandel memang, tapi gapapalah ya... JANGAN DITIRU YA

Aku akan berhenti di depan kelas Aldi dan melihat nya dari kejauhan sambil megang novel itu dan merapal mantra. Ajaibnya, setiap kali sudah dibacai mantra, Aldi selalu menolah ke arahku, mengajak aku bicara, bahkan sempat menyapaku lebih dulu. Sayangnya, mantra ini hanya bekerja sampai matahari terbenam. Setelah itu, kekuatan mantra cintakadabra akan hilang. HUFT ... SEE YOUUUUUUUUUU nanti cerita lagiiiii

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun