Mohon tunggu...
Alfyn Nurrahmawati
Alfyn Nurrahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar

teruslah berkarya, agar karyamu selalu dikenang sepanjang masa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Akulturasi Islam dan Budaya Jawa pada Tradisi Slametan

1 September 2022   17:44 Diperbarui: 1 September 2022   17:52 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya adalah perbedaan golongan yang memadukan kedua budaya dalam melakukan selamatan. Yang pertama yaitu orang yang tidak memasukan unsur islam, seperti tetangga saya, dia sangat berkeyakinan dengan tradisi jawa, dan dianggap sebagai sesepuh dikampung. 

Tidak pernah melakukan hal hal yang beragam islam, dan dia sering memimpin selamatan pada ritual kejawen dan menggunakan doa yang ditujukan untuk nenek moyangnya seperti selametan suro dipunden.

Kedua yaitu mayoritas yang digunakan di lingkungan saya, saling memadukan antara budaya jawa dan budaya islam. Tradisi selamatan dilakukan dengan doa untuk menghormati nenek moyang kemudian doa sebagai wujud rasa atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Yang ketiga yaitu orang yang sangat kental agama islamnya, hampir tidak melakukan hal-hal kejawen, karena mengaggap perbuatan tersebut musyrik, jika ada undangan mengadung kejawen, tidak menghadirinya. Sehingga pada saat acara slametan hanya berdoa yang bersifat islam, tidak memasukan budaya jawa sama sekali.

Masuknya akulturasi budaya jawa dan budaya islam sebagai sikap saling menghormati dan bertoleransi serta menghargai terhadap budaya baru yang masuk ke dalam lingkungan masyarakatnya. 

Mereka menerima budaya baru dengan santun, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari karena budaya baru dianggap baik, dan benar tanpa harus menghilangkan tradisi lama sehingga masyarakat melakukan perubahan cara berkomunikasi sebelum dan sesudah islam datang.

 Dengan hal tersebut, kita harus memiliki sikap saling menghormati dan bertoleransi serta menghargai terhadap budaya baru yang masuk ke dalam lingkungan masyarakatnya. Menerima budaya baru dengan santun, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus menghilangkan tradisi lama. 

Toleransi masyarakat jawa terhadap budaya lain sangat tinggi, sehingga masyarakat jawa terkenal dengan sikap toleransi yang tinggi terhadap budaya, tradisi, tingkah laku, kebiasaan dan lain sebagainya. 

Masuknya kedua budaya tersebut berjalan dengan baik dan menghasilkan kebudayaan islam dan jawani yang menjadi islam yang modern sampai sekarang.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun