Mohon tunggu...
Nur Alfyfadhilah Rusydi
Nur Alfyfadhilah Rusydi Mohon Tunggu... Guru - Mami Guru

Seorang ibu rumah tangga sekaligus ibu guru yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Sosis Itu adalah Awal Ledakan?

10 Desember 2020   16:02 Diperbarui: 10 Desember 2020   16:11 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbulan-bulan saya melewati hari-hari bersama bocah kecil, saya sangat menikmati setiap perkembangan yang dia lalui. Sesekali Tuhan memberikan ujian melalui perjalanan kami. Misalnya sakit, tidak mau makan dan beberapa hal lainnya yang sering kali menjadi bahan introspeksi saya dan suami. 

Biasanya kalau saya sedang merasa diuji oleh Tuhan lewat masalah-masalah kecil yang kami alami dalam menemani tumbuh kembang Aam; anak kami. 

Suami saya selalu berkata "perbanyak istighfar, agar dosa-dosa kita diampuni, mungkin saja kita pernah lalai dan ini cara Tuhan menegur kita". Jika kita masih ditegur artinya Tuhan sayang. Mengarahkan pikiran ke hal yang positif, tentu saja perlu untuk ibu yang harus selalu menjaga pikiran agar tetap waras di tengah kesulitan, apalagi saya yang tinggal jauh dari suami.

Di usia 0 bulan hingga usia Aam sekarang, saya selalu berusaha memberikan berbagai stimulasi di tengah kesibukan saya sebagai seorang ibu bekerja, mungkin sebagian orang berpikir untuk apa stimulasi bagi anak yang belum bisa apa-apa. 

Tapi, saya meyakini bahwa apa yang saya lakukan saat ini suatu saat akan membuahkan hasil. Begitulah pesan dari beberapa buku parenting yang saya baca dan seminar-seminar parenting yang saya pernah ikuti. Bahwa upaya yang dilakukan orangtua dalam mendidik anak bisa saja tidak langsung terlihat, yang dibutuhkan adalah niat dan kesabaran. 

Semakin dini seorang anak diberikan berbagai pengalaman positif maka semakin berkembang pula sel-sel pada otaknya. Otak anak usia 0-6 tahun ibarat spons (absorbent mind) yang menyerap segala hal yang ada di sekelilingnya, jika di sekelilingnya adalah air yang kotor maka spons itu pun akan ikut kotor, sebaliknya jika air yang ada di sekelilingnya adalah air yang bersih maka spons akan bersih. 

Di usia kurang dari 6 bulan, sekitar 4 atau 5 bulan. Saya sudah mulai mengenalkan Aam buku. Bahkan saat dia dalam kandungan, saya mulai membacakannya buku atau sekedar bercerita. 

Sebagian orang yang melihat saya melakukan itu mungkin berpikir, "untuk apa anak usia Aam diberikan buku? Memangnya dia tahu membaca?" Tapi, bagi saya itu adalah upaya saya agar dia bisa mengenal buku, memfasilitasi keingintahuannya dan terhindar dari speech delay.

Lagi pula buku yang saya berikan pada Aam tidak dia baca sendiri tapi dibacakan oleh saya, setidaknya hal itu juga bisa menambah kelekekatan (bonding) saya dengannya. 

Menjelang usia 17 bulan saya mulai mengenalkan Aam dengan flash card, diawali dengan flash card yang beiris gambar dan nama-nama benda-benda di sekitarnya. Kenapa? Karena saya mencoba mengajarkan terlebih dahulu apa yang ada di sekelilingnya.

Dalam perkembangan berbahasa anak, ada yang dikenal dengan istilah ledakan berbahasa yang katanya terjadi pada anak di usia 2 tahun. Dulu saya selalu bertanya-tanya, apa itu ledakan berbahasa? Bagaimana bentuknya? Dan apa yang terjadi? 

Seiring perkembangan Aam, di usia 12 bulan dia mulai mampu mengucapkan satu suku kata, dan bagi saya itu adalah hal yang sudah sesuai dengan perkembangan bahasa pada usia Aam. Semakin bertambah usianya, dia semakin belajar berkomunikasi. Saya berusaha memahami tiap kata yang dia ucapkan walaupun belum begitu jelas. Hingga menginjak usia 18 bulan saya mulai terheran-heran dan merasa surprise.

Apa yang terjadi pada Aam di usia 18 bulan? Dia sesekali mengucapkan kata baru yang tidak saya sangka, saya merasa tidak pernah mengajarkan kata itu secara langsung. 

Contohnya saat sedang bermain di rumah neneknya, Aam melihat toples yang berisi sosis, lalu dia berkata "sosis" padahal saya tidak mengatakan bahwa itu sosis. Aam juga beberapa kali mengucapkan kata benda atau kata kerja yang tidak sering kami gunakan dalam komunikasi kami. 

Saya kemudian memahami, bahwa sepertinya inilah yang dimaksud ledakan berbahasa, dan ini awal dari ledakan tersebut. Mungkin saja kata itu pernah saya ajarkan pada Aam saat dia bayi. 

Contohnya sosis, saya merasa tidak pernah menunjukkan sosis dan mengenalkan namanya pada Aam secara langsung kecuali dalam buku cerita yang saya pernah bacakan padanya beberapa waktu yang lalu. mungkin pula saya pernah menunjukkan benda itu saat dia masih bayi dan ketika itu dia belum mampu berbicara, atau bisa saja dari hasil mengamati komunikasi orang di sekelilingnya. 

Dari sini saya semakin sadar bahwa ternyata anak usia dini itu memang memiliki kemampuan menerima dan menguasai sesuatu jauh lebih cepat dibandingkan orang dewasa, dan itulah yang patut kita stimulasi dan fasilitasi sebagai orangtua.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun