Konflik berkepanjangan di dunia internasional beberapa tahun terakhir menjadi perhatian banyak orang. Akibat yang ditimbulkan dari konflik-konflik tersebut tidak hanya menelan korban jiwa dan rusaknya infrastruktur negara yang sedang mengalami pertikaian tetapi juga menjadi penyebab hilangnya rasa percaya pada sesama.
Diantara konflik yang banyak menyita perhatian masyarakat internasional adalah konflik Israel-Palestina, Suriah, konflik masyarakat Rohingnya, konflik Arab-Iran, dan konflik Afghanistan. Latar belakang terjadinya konflik di dunia internasional adakalanya didasari oleh kepentingan politik, ekonomi, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), dan Sumber Daya Alam (SDA).
Apabila konflik-konflik di belahan dunia dibiarkan begitu saja tanpa ada pemecahan solusi yang tepat, maka sangat memungkinkan jika konflik-konflik tersebut menjadi benih terjadinya perang dunia ketiga. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya, masyarakat kehilangan rasa aman dan nyaman karena sepanjang hari dihantui rasa takut dan khawatir, ibadah menjadi tidak tenteram, anak-anak kehilangan hak belajar, dan terjadinya pertumpahan darah dimana-mana. Sebut saja contohnya konflik Israel-Palestina, salah satu konflik paling abadi dan paling tragis di dunia internasional.
Lebih menyedihkan lagi apabila konflik yang terjadi dihubungkan dengan agama Islam. Serangan teroris yang meluluhlantakkan gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon pada 11 September 2001 menjadi alarm bahwa mulai saat itu Islam diasumsikan sebagai agama yang melegalkan aksi terorisme dan umat Islam (kaum muslim) dianggap sebagai komunitas yang berbahaya dan harus dilawan. Sehingga orang-orang Barat mengalami islamo-phobia dan apapun yang berhubungan dengan Islam selalu dicurigai.[1] Ditambah saat ini ada ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang bercita-cita mendirikan negara Islan di Iraq dan Syiria. Keberadaannya menjadi ancaman bagi keamanan dan perdamaian dunia karena gerakannya yang radikal dan terus menyebarkan propaganda untuk mengajak seluruh umat Muslim dunia melakukan jihad dan membantu perjuangan mereka dalam mendirikan Negara Islam.[2]
Hal tersebut juga didukung oleh realita yang saat ini terjadi di tengah masyarakat Internasional, yaitu sikap gegabah yang menuduh Islam sebagai biang kerok munculnya gerakan terorisme. Meskipun hanya sekolompok kecil orang yang mengamini tuduhan tersebut, Islam pun kemudian dianggap sebagai ancaman bagi perdamaian umat manusia di seluruh dunia. Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang benar terkait Islam, akan sangat mudah terpengaruh stigma-stigma negatif yang disebarkan oleh pihak yang tidak menyukai Islam. Oleh sebab itu, perlu kiranya diupayakan suatu tindakan konkret berupa sosialisasi tentang cara ber-Islam yang benar ke seluruh masyarakat Internasional.
Kasus-kasus di atas juga menjadi bukti bahwa perdamaian dunia sedang dalam ancaman dan menjadi PR bersama untuk segera mendapatkan solusi. Sebelum menimbulkan kerugian yang sangat besar atau bahkan menjadi virus timbulnya konflik di negara yang saat ini dalam kondisi aman. Terobosan baru untuk membuka ruang perdamaian harus segera dibangun. Konflik-konflik yang terus menjamur harus segera menemukan titik solusi, citra Islam yang buruk di dunia Barat harus segera diperbaiki, dan kebijakan bangsa Barat yang meluapkan kebencian dan kemarahan terhadap Islam juga harus diredam.
Perlu adanya sikap toleransi yang harus diinternalisasikan pada masing-masing pihak yang sedang bertikai. Jika hal tersebut diabaikan, masa depan dunia akan menjadi semakin suram dan sikap intoleransi akan semakin tidak karuan. Perdamaian dunia atau globlal peacefull tidak bisa ditawar lagi dan harus menjadi harga mati.
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus ikut berpartisipasi aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Islam Indonesia harus menunjukkan jati dirinya kepada dunia bahwa Islam bukanlah agama teroris. Islam adalah agama rahmatan lil alamin, agama yang mencintai kedamaian dan mampu berkembang di tengah kemajemukan. Seperti panduan yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 107 berikut ini:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.
Jika ditilik dari sisi bahasa, ayat al-Qur’an di atas tidak menggunakan kata muslimin melainkan ‘alamin. Hal ini mengindikasikan bahwa diutusnya Nabi Muhammad sebagai penyebar agama Islam di muka bumi adalah untuk membawa rahmat bagi semua makhluk, tidak hanya untuk umat muslim.
Berbicara mengenai Islam Indonesia maka tidak akan lepas dari organisasi masyarakat (ormas) Islam yang mempunyai pengikut terbanyak, yaitu Nahdlotul Ulama (NU). Organisasi yang lahir pada tahun 1926 dan didirikan oleh Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari, sang maha guru yang tidak perlu diragukan lagi kualitas keimuwannya. Organisasi yang berhasil mencetak kader-kader berkualitas dan memiliki rasa toleransi tinggi terhadap sesama tanpa memandang agama, budaya, ras, dan etnis.
Kiprah NU semakin dibutuhkan dalam kancah internasional, khususnya untuk menyelesaikan pertikaian dan membangun perdamaian. Peran tersebut semakin terasa karena dengan terus dikampanyekannya Islam Nusantara diberbagai negara. Islam Nusantara yang diusung oleh NU adalah model ber-Islam dengan gaya yang sangat ramah, sehingga NU dipercaya mampu membawa Islam sebagai solusi perdamaian dunia.
Beberapa bukti bahwa NU memiliki kiprah dalam membangun perdamaian dunia adalah NU diminta mendamaikan golongan Sunni dan Syiah di Iraq yang terus bertikai, NU telah mendamaikan dua kelompok yang telah 40 tahun berperang di Afghanistan, ulama Malaysia mendirikan organisasi bernama Pertumbuhan Nahdlatul Ulama karena resah atas gerakan Wahabi yang merusak persaudaraan muslim dan sebagai wujud kagum atas model Islam Nusantara yang digaungkan oleh NU. Selain itu NU juga membantu perdamaian di Uighur China, membantu perdamaian di Filipina yang pernah diserang teroris ISIS, dan turut serta dalam perdamaian kasus Thailand Selatan dan kasus Rohingnya di Myanmar.[3]
Islam Nusantara adalah Islam ahlus sunnah wal jamaah yang diamalkan, didakwahkan, dan dikembangkan sesuai karakteristik masyarakat dan budaya Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan oleh KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum Pengrurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Penutupan Munas dan Konbes NU 2019. Bahwa di hulu, Islam Nusantara adalah Islam yang menghormati budaya yang ada selama budaya tersebut tidak bertentang dengan syari’at Islam. Di hilir, Islam Nusantara memiliki konsep hubbul wathon minal iman, cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Model beragama yang sangat luwes dan tidak kaku seperti inilah yang menyebabkan Islam Nusantara lebih diterima di dunia internasional. Islam yang menerima perbedaan dan tidak gampang menyalahkan apalagi mengafirkan orang lain. Kendati demikian bukan berarti Islam Nusantara itu sembrono dalam menerapkan syari’at Islam. Islam Nusantara tetap mempunyai batasan-batasan dalam menerima budaya yang berkembang di masyarakat.
Tujuan NU menggaungkan Islam Nusantara adalah untuk mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk mengingat kembali kedinamisan, kemajemukan, dan keindahan yang muncul dari pertemuan sejarah antara ajaran Islam dan relitas budaya lokal di seluruh dunia yang telah melahirkan beragam beradaban besar. Islam Nusantara bisa menjadi acuan dalam menjaga peradaban dan perdamaian. Belajar dari negara Afghanistan, Etiopia, Irak, Somalia, dan beberapa negara lain yang sebelumnya memiliki peradaban Islam yang sangat kuat tetapi sekarang hancur karena konflik.
NU mempunyai karater beragama dan bermasyarakat yang dinamis dan akomodatif, yaitu: tawassuth-i’tidal, tasamuh, tawazun, dan amar ma’ruf nahi munkar. Tawassuth dan i’tidal adalah sikap teguh pendirian pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah masyarakat. NU dengan sikap ini akan menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus serta menghindari pendekatan yang sifatnya tathorruf (ekstrimis). Tasamuh adalah toleransi terhadap perbedaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau masalah khilafiyah, masalah kemasyarakatan, serta masalah kebudayaan. Tawazun adalah sikap seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil aqli yang bersumber dari akal pikiran dan dalil naqli yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist. Terakhir adalah Amar ma’ruf nahi munkar, yaitu selalu memiliki kepekaan dalam mendorong perbuatan baik dan mencegah semua segala sesuatu yang dapat merendahkan nilai-nilai Islam.[4]
NU dengan sumber daya dan prinsip-prinsup yang dimilikinya sangat berpotensi untuk berpastisipasi aktif dalam perdamaian dunia di era global saat ini. NU yang mengembangkan nilai-nilai moderatisme dan mengusung Islam rahmatan lil ‘alamin sebagaimana ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw melalui Wali Songo ke bumi Nusantara terbukti telah berhasil membawa kemashlahatan umat Islam. Strategi dakwah Wali Songo yang sangat arif dan bijaksana terbukti telah memberikan spektrum yang lebih indah dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia.[5]
Di era modern saat ini NU harus hadir di tengah masyarakat Internasional dan memberikan warna di setiap sudut kehidupan. Nilai-nilai yang dibawa Wali Songo harus terus dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari dan disebarluaskan kepada masyarakat dunia. NU harus mampu menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk terus mengamalkan model Islam yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin.
Referensi:
Esha, Muhammad In’am. Peran Strategis Nahdlatul Ulama di Era Kenusantraan-Global.
Musa, Ali Masykur. Membumikan Islam Nusantara Respons Islam terhadap Isu-Isu Aktual. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2014.
Rijal, Najamuddin Khairur. “Eksistensi dan Perkembangan ISIS: Dari Irak Hingga Indonesia,” Jurnal Prodi Hubungan Internasional.
https://www.nu.or.id/post/read/27154/islam-dan-perdamaian-dunia, diakses 20 Desember 2019.
https://www.nu.or.id/post/read/103209/nu-ikut-wujudkan-perdamaian-dunia-dengan-islam-nusantara-, diakses 20 Desember 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H