"Sehat itu mahal", Pepatah kuno mengatakan. Kalimat tersebut mempunyai makna mendalam dan penting bagi kehidupan kita di dunia yang modern ini. Namun masih banyak yang mengabaikan kalimat tersebut. Sebagian beranggapan hanya mitos semata. Terutama di kalangan pesantren. Bukan satu atau dua orang yang tinggal di pesantren, bisa jadi ratusan bahkan ribuan orang yang tidak mempunyai hubungan darah, tinggal dalam satu atap. Itupun tidak semua penduduk pesantren sadar, betapa pentingnya menjaga kebersihan linkungan.
Virus Herpes (DAP) adalah salah satu virus yang kini merajalela di kalangan pesantren. Virus yang menyerang epidermis (Bagian Luar Kulit) ini sedang tenar di kalangan para santri. Apalagi di pondok pesantren Darul Falah yang berada di Mojokerto. Hampir seluruh santri, baik putra maupun putri terinfeksi virus tersebut. Penyebabnya masih misterius dan belum terpecahkan. Entah kerena air yang kurang bersih, makanan yang kurang berkualitas, atau memang sedang musimnya
Secara tiba-tiba, kulit terasa gatal, panas dan perih. Para santri mengira hanya gatal biasa. Selang 2 sampai 3 hari, keluar bintik-bintik merah. Menurut para santri masih sepele. Dan akhirnya bintik-bintik tersebut berubah menjadi benjolan kecil berisikan air. Entah air apa, yang pasti sangat perih dan panas
Mimpi buruk para santri. Luka itu semakin melebar dan menular. Ada yang menyerang bagian punggung, tangan, dada, bahkan bagian di sekitar mata. Hal ini membuat kadar kepercayaan diri semakin menurun, bahkan tak ada sama sekali.
Beberapa upaya untuk mengobati telah di lakukan. Seperti membeli salep, menguras bak mandi, hingga meminta doa pada Kyai (Pengasuh)."Iku cobone wong mondok lee..." Tutur Kyai. Para santri hanya bisa menunduk dan pasrah akan keadaan. Telah sekian lama virus herpes menjangkiti para santri, dan belum juga di temukan penawarnya. Hari terus berganti, satu per satu sntri ikut tertular. Hal ini sempat membuat pengurus pesantren gelisah.
"Harus bagaimana lagi kita?" Tanya mbak Ayu selaku koordinator pengurus kebersihan di pesantren ketika rapat kamis malam. Semua pengurus yang hadir membisu, mendengar mbak Ayu melontarkan pertanyaan tersebut. Tak ada satu orangpun yang menjawab. Suasana hening mencekam, virus herpes serasa seperti penyakit kutukan kali ini.
Hingga akhirnya, seorang santri Madrasah Tsanawiyah kelas 9 tiba-tiba masuk ke dalam ruang rapat sambil berteriak penuh ambisi."Aku tahu obatnya!" Sontak seisi ruangan terkejut seraya memegangi dada masing-masing menahan jantung yang hampir copot. Syarifa, gadis cilik yang cerdas ini berusaha memberi masukan atas permasalahan ini. "Apa itu?" Mbak Ayu balik bertanya dengan sumringah. Matanya berbinar penuh pengharapan.
"Binahong mbak" Jawab Syarifa tegas. Semua mata tertuju padanya dengan sedikit tertegun. "Bukankah binahong adalah obat untuk luka?" Tanya salah seorang santri."Apa salahnya di coba dulu" Sanbar mbak Ayu. Semua hanya mengangguk tanda menyetijui. Mbak Ayu tersenyum lega.
Minggu, 26 April 2015. Orang tua Syarifa datang ke pesantren untuk menjenguk putri kesayangannya tersebut. Di sisi lain, mereka juga membawa "Binahong" yang di percaya dapat menyembuhkan luka yang ada di permukaan kulit. Syarifa menenteng satu kantong kresek penuh dengan daun berwarna hijau tua."Itu dia daunnya" Pra santri berbisik kegirangan, melihat Syarifa berjalan di koridor pesantren, melewati mereka yang terjangkit virus herpes tersebut.
Hari yang di tunggu telag tiba. Pengobatan masal akan di laksanakan malam ini. Mbak Ayu dan yang lain menghancurkan binahong hingga halus seperti bubur. Para santri duduk berderet membentuk shaf layaknya akan shalat. Semua mengantri untuk mendapatkan bubur binahong untuk di oleskan pada kulit mereka yang terserang herpes.
Dua hari, luka itu mengering dan perlahan mengelupas. Seutas senyum mengembang di bibir-bibir santri, mulai dari ujung barat pesantren hingga ke ujung selatan. Cermin mulai ramai di antri. Tak sabar melihat perubahan pada kulit masing-masing yang kini mulai kembali seperti semula. Meskipun sedikit berbekas.
alfuun
MA unggulan Darul Falah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H