Mohon tunggu...
MOCH ZIDAN ZUMARA AL FURQON
MOCH ZIDAN ZUMARA AL FURQON Mohon Tunggu... Sejarawan - Jadilah Baik Kepada Siapapun

Jadilah Baik Kepada Siapapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tasawuf Menjadi Jawaban atas Problem Esensi Kemanusiaan

19 Januari 2021   11:34 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:42 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh:
Moch Zidan Zumara Al-Furqon

 

Abstrak:

Sikap sosial kemanusiaan atau hablum minannas dalam hubungan tersebut sebagai unsur yang sangat penting dan berpengaruh untuk di implementasikan dalam interaksi kehidupan,yang mana juga merupakan salah satu definisi dari pengertian tassawuf menurut Imam Ghozalli dalam kitab nya Ayyuhal Wallad. Tentu sikap tassawuf yang baik dan mulia ini dapat kita terapkan dalam kehidupan, selain daripada kewajiban kita untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. 

Dalam hal ini, dari Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 159 saya berangkat, Al-Qur’an menjelaskan.‘’Karena Rahmat  Alloh  lah  kamu bersikap  lunak  kepada  mereka. Sekiranya kamu keras dan kasar, niscahya mereka akan menjauhimu. Karena itu, maafkanlah  dan  mohonlah  ampun  bagi  mereka. Ajaklah  mereka  bermusyawarah tentang suatu hal. Dan juga kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling mengerti dan menghargai. 

Demikanlah merupakan maksud dari sikap (Hablum Minannas) yang harus kita lakukan dan perjuangkan karena merupakan hal penting demi mewujudkan misi kehambaan untuk mewujudkan islam yang penuh rahmat bagi seluruh jagat semesta dan seisinya. Dan Akhirnya Penerapan daripada keilmuan yang mulia ini melahirkan pemikiran aqliyah yang baik dan mampu mengolah hati untuk menciptakan rasa syukur dan menumbuhkan kecintaan terhadap siapapun dan tidak pernah berkeluh kesah dalam menghadapi ujian maupun berbangga hati ketika mendapatkan apa yang di inginkan. 

Tentu ini merupakan hasil yang baik dan mulia dan harus di miliki setiap insan agar menciptakan keadaan yang penuh ketenangan dan kedamaian sehingga mampu menurunkan rahmat dan ridho dari Allah SWT bagi seluruh alam semesta terutama bentuk ikhtiyar perayuan atas hak prerogatif bagi setiap hamba-hamba Nya.

Apa korelasi tasawuf sebagai salah satu kajian ilmu agama, dengan esensi kemanusiaan?

Manusia dengan sisi kemanusiaannya serta sifat manusia yang merupakan social humanity, sudah menjadi pasti bilamana manusia satu tak akan bisa lepas dari manusia yang lainnya, semua saling terkait, semua begitu indah bilamana perbedaan tersebut terbalut dalam  kemajemukan. Keterkaitan atas suatu perbedaan tentu akan melahirkan sinergi yang luar biasa hebat. Dengan sikap kemanusiaan inilah manusia akan menemukan potensi yang terus berkembang dan relasi positif yang bersumber dari lingkungan yang mendukung.

  • Lantas bagaiamana peran islam sebagai agama rahmat yang memiliki misi kehidupan yang penuh kedamaian dan kemaslahatan?

Kehidupan manusia di jagat raya ini tidak dapat terlepas dengan manusia  maupun makhluk lainnya. Hubungan manusia dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk interaksi kehidupan dan merupakan harmonisasi alam tersendiri. 

Selain itu hubungan yang baik dengan sesamanya, merupakan cerminan seorang hamba yang senantiasa mewujudkan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena syari’at islam memerintahkan menjalin hubungan baik antar sesama manusia. Hubungan baik ini dapat terlaksana dengan sikap sosial kemanusiaan, yang mana dalam agama islam telah di ajarkan dalam wujud sikap (hablum minannas). 

Sikap sosial kemanusiaan atau hablum minannas dalam hubungan tersebut merupakan unsur yang sangat penting dan berpengaruh untuk di implementasikan dalam interaksi kehidupan. Yang mana hal ini juga merupakan salah satu definisi dari pengertian tassawuf menurut Imam Ghozalli dalam kitab nya Ayyuhal Wallad. Tentu pengembangan atas sikap tassawuf yang baik dan mulia ini dapat kita terapkan dalam kehidupan, selain kewajiban kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah SWT (Hablum minallah).

Selain itu sikap hablum minannas ini telah banyak diajarkan dan seringkali digaungkan atas kebenarannya oleh sesosok guru bangsa. KH. Abdurrahman Wahid, agar senantiasa diperjuangkan dan di implementasikan oleh semua khalayak dalam berbangsa serta beragama. Beliau berpesan singkat, namun sangatlah mendalam dan penuh makna. Beliau mengatakan  tiga substansi perihal hubungan antar manusia, ‘’Mari kita wujudkan peradaban dimana manusia saling mencintai, saling mengerti, dan saling menghidupi. Pesan tersebut termaktub dalam buku Fatwa dan Canda Gusdur.

Dalam  kehidupan  sosial yang banyak dinamika, karakter dan persifatan yang berbeda-beda ini, manusia sebaiknya belajar untuk saling memahami , mengerti, dan memaafkan. Sikap yang penuh kemuliaan ini berangkat dari sifat Allah yang Rahman-Rahiim kepada kita hambanya, karena Allah S.W.T  yang  tidak  akan pernah bosan  memaafkan hamba-hamba nya yang sering bertindak salah dan melakukan dosa, tentu sebagai hamba Allah yang begitu pemurah lagi penyanyang dan penuh perhatian kepada hamba-Nya ini, hendaklah kita mampu bertindak baik dan bijaksana terhadap sesama hamba Allah, hal inilah yang sering kita sebut dengan ukhuwah al-islamiyah.

Perihal sikap ukhuwah yang mulia ini, agama telah banyak sekali memberikan solusi atas carut marutnya kondisi umat di jagat yang semakin tua. Dalam islam, ukhuwah islamiyah secara etimologi berarti hubungan, dan secara terminology adalah sikap persaudaraan antara sesama muslim di seluruh alam raya tanpa pandang suatu illat apapun. 

Bilamana kita hidup dalam suatu bangsa tentu sikap ukhuwah seperti ini hadir dalam kemasan yang berbeda, demi mewujudkan hablum minannas, tentu sudah pasti kita harus merenungi dan memahami sikap ukhuwah dengan luas, bukan hanya islam saja, namun hendaknya dapat merefleksikan secara global, yakni menyangkut ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah (kebangsaan) dan ukhuwah insaniyah (sesama manusia). Mengeni ukhuwah kebangsaan ini sudah banyak sekali kita menegetahui dari sumber tokoh-tokoh bangsa, mengenai sikap berkebangsaan yang satu (Pancasila sila ke-3) yang diharapkan menjadi sumber pedoman berkebangsaan dan berkehidupan secara indah dan maslahah.

Dalam hal ini, Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 159 kita dapat melihat dan memahami. Al-Qur’an menjelaskan.‘’Karena Rahmat  Alloh  lah  kamu bersikap  lunak  kepada  mereka. Sekiranya kamu keras dan kasar, niscahya mereka akan menjauhimu. Karena itu, maafkanlah  dan  mohonlah  ampun  bagi  mereka. Ajaklah  mereka  bermusyawarah tentang suatu hal.’’

Tasawuf yang merupakan sumber kajian islam yang menyangkut ketauhidan dan kalam (Hablum Minallah) sudah berkembang sesuai zaman dan retorikanya, bukan hanya soal keimanan dan ketauhidan saja antara hamba dengan Rabb-nya, tasawuf kontemporer hadir berdampingan dengan zaman, tumbuh setara history zaman atas problematika umat. 

Termasuk pula jawaban dari arti pengabdian manusia kepada tuhannya yang di amanahi dunia dan seisinya yang begitu luas dan dijadikannya pula seorang manusia menjadi pemimpin diatas bumi (khalifatul ardi), selayaknya manusia mampu bersinergi dalam mewujudkan kedamaian diatas bumi manusia.

وَمَا   أَرْسَلْنَاكَ  إِلَّا  رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ   

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (Manusia)” (QS. Al-Anbiya’ 107)

Tasawuf hadir dan sudah diperkenalkan kepada masyarakat dengan pendekatan yang baru dan dapat menjadi jawab atas problematika sosial kemasyarakatan. Pendekatan yang menumpukan pada substansi dan bukan hanya bentuk. Pendekatan yang apresiatif sekaligus kritis atas ilmu tasawuf yang dapat dikembangkan dalam artian yang luas perlu diperkenalkan kepada manusia. Tidak seperti ilmu Syari‘ah lainnya semisal tauhid. Tasawuf adalah ilmu yang dapat dikaji dan dikembangkan secara luas, sebagai pondasi dalam ikhtiyar membangun peradaban akhlak seorang insan.

Dalam hal ini imam al-ghazzali juga telah mencoba melakukan tajdid (usaha memperbarui) terhadap keilmuan tasawuf ini. Persoalan utama yang ingin diatasi olehnya adalah bagaimana mengeluarkan tasawwuf dari ‘gua sempit yang membelenggu’ sehingga ia dapat menjadi kekuatan yang menggerakkan serta hadir dalam kedinamisan. Imam al-ghazali menjelaskan bahawa konsep ihsan yang ditekankan dalam hadist tidak seharusnya dibatasi pada ibadah khusus saja, maupun kaitannya dalam ke ukhrowian saja. 

Banyak dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits lain menuntut bahwa Allah SWT mewajibkan hambanya berlaku ihsan pada setiap perkara yang dilakukan. Kedinamisan dalam ajaran agama patutlah menjadi perenungan dan implementasi dalam methodology hidup sebagai kunci kemaslahatan jagat raya.

 

Sekian, Wallahu A’lamu Bishowab….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun