Mohon tunggu...
Alfrizhaasz
Alfrizhaasz Mohon Tunggu... Lainnya - Community Development

Seorang community development yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat yang menyukai dunia literasi dan pengembangan karya kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Squid Game: Antara Budaya, Kekuasaan, dan Ketimpangan Kelas Sosial

14 Januari 2025   13:33 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeran utama dan salah satu Pink Guard (sumber: Linikaltim.id)

Ketimpangan ekonomi terlihat dari karakter-karakter seperti Gi-hun, yang terlilit utang akibat gagal bisnis, dan Sang-woo, seorang mantan eksekutif yang terlibat dalam skandal keuangan, mencerminkan tekanan ekonomi di Korea Selatan. Tingkat utang rumah tangga yang tinggi dan kompetisi yang sengit untuk mencapai kesuksesan menjadi kritik utama dalam serial ini.

Belum lagi eksploitasi kaum marginal yang tergambarkan olek kehadiran Ali. Sangat menunjukkan bagaimana pekerja migran sering kali dieksploitasi dalam masyarakat kapitalis. Ali, meskipun pekerja keras dan setia, harus menghadapi diskriminasi dan pengkhianatan dalam perjuangannya untuk bertahan hidup.

Permainan yang dilakukan dalam Squid Game menjadi metafora tentang bagaimana kapitalisme memaksa individu untuk saling bersaing. Dalam permainan seperti tug of war (tarik tambang) dan permainan marmer, solidaritas hancur oleh hasrat bertahan hidup. Ini mencerminkan bagaimana masyarakat modern sering kali terpecah akibat tekanan ekonomi dan sosial.

Squid Game lebih dari sekadar serial thriller, ini adalah kritik tajam terhadap ketidakadilan sosial, kekuasaan yang korup, dan budaya kompetisi yang merusak. Dengan menggunakan elemen budaya Korea dan menggambarkan dinamika kelas sosial yang tidak adil, serial ini berhasil menyentuh isu-isu universal yang relevan di berbagai negara.

Pada akhirnya, Squid Game mengajukan pertanyaan penting: apakah kita sebagai masyarakat dapat keluar dari lingkaran ketidakadilan, ataukah kita akan terus terjebak dalam sistem yang mendorong persaingan dan pengorbanan nilai-nilai moral? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin terletak pada bagaimana kita memahami dan mengubah sistem yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun