Mohon tunggu...
Alfridah Nikmah Fitriyah
Alfridah Nikmah Fitriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

menulis sesekali

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Arboretum Bambu: Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Trenggalek Wujud Kolaborasi Bupati Trenggalek dengan Tim KKN UM Dillem Wilis

10 Agustus 2024   15:33 Diperbarui: 10 Agustus 2024   15:52 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek bersama Tim KKN UM Dillem Wilis
Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek bersama Tim KKN UM Dillem Wilis

Pada 19 Juni 2024, Universitas Negeri Malang sukses melaksanakan upacara pemberangkatan mahasiswa KKN Semester Antara 2023/2024. Salah satu desa tujuan dari KKN Universitas Negeri Malang yaitu Desa Dompyong, Kec. Bendungan, Kab. Trenggalek. Tujuan utama tim KKN UM ini tak lain dan tak bukan untuk mensukseskan program kolaborasi antara Universitas Negeri Malang dengan Pemerintah Kabupaten Trenggalek yaitu Arboretum Bambu.

Proyek Arboretum Bambu ini dimulai dari ide untuk menciptakan pusat penelitian dan pendidikan mengenai bambu, salah satu sumber daya alam yang sangat berpotensi dan ramah lingkungan. Bambu berpotensi sebagai solusi untuk ketahanan pangan dan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan luas sekitar 10 hektar, diharapkan tempat ini menjadi pusat studi penelitian dan edukasi bagi masyarakat.

Langkah awal kerjasama dan kolaborasi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Juli 2024 dengan diadakannya Pencanangan Penanaman Bambu Kebun Raya Bambu Trenggalek. Kegiatan kerjasama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Pemerintah Kabupaten Trenggalek, H. Mochamad Nur Arifin, S.M., M.Psdm. selaku bupati Trenggalek, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek dengan menggandeng Mastok Setyanto dari Bengkel Hijau Indonesia dan diperkuat dengan tim KKN UM Dillem Wilis yang berjumlah 16 orang dari berbagai fakultas yakni Fakultas Sastra, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Teknik, dan Fakultas Vokasi yang siap menjadi eksekutor dalam kegiatan ini..          

Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin secara resmi memberikan sambutan dan pesannya, "Tanaman bambu merupakan tabungan emas hijau yang sangat menguntungkan. Bambu ini diharapkan mampu melindungi air di Dillem Wilis dan menjaga serta meningkatkan kualitas udara." ujar bupati Trenggalek yang akrab disapa dengan Cak Ipin ini.

Dalam proyek ini, Universitas Negeri Malang melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) berperan dalam melaksanakan berbagai kajian riset melihat lokasi Kebun Raya Bambu Trenggalek memiliki potensi untuk menjadi tempat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. "Kami sangat senang bisa berkontribusi kepada Kabupaten Trenggalek terkait konservasi bambu dan tujuannya sendiri sama seperti Pak Bupati yaitu keberlanjutan," ucap Eli Hendrik Sanjaya, S.Si, M.Si, Ph.D perwakilan dari LPPM UM.

Bambu dipilih sebagai alternatif untuk masa depan karena bambu merupakan sumber daya alam yang paling mudah diolah kembali. Kegunaan bambu sebagai multi manfaat dapat menggantikan industri fosil yang sudah menurun dan menciptakan lapangan pekerjaan di seluruh dunia. Bambu juga merupakan sumber daya alam yang cepat melakukan regenerasi. Saat bambu dipanen, tunas baru akan muncul dan menggantikan batang yang tua dalam hitungan bulan. Dibanding dengan pohon lainnya yang hanya bisa dipanen dalam jangka waktu panjang, bambu dapat dipanen setiap tahunnya. Pertumbuhan yang pesat diharapkan dapat memberikan ketersediaan bahan yang berkesinambungan.

Bambu dapat disebut sebagai kayu masa depan, dengan berbagai jenis bahan yang dapat digantikan dengan bambu meningkatkan jumlah permintaan bahan baku yang dapat diartikan uang dapat dihasilkan dari menanam bambu. Biaya membuat perkebunan bambu yang baru sepenuhnya bergantung pada beberapa faktor seperti tenaga kerja, persiapan lahan, pupuk, irigasi dan bibit bambu. Biaya ini tidak jauh beda dengan yang dikeluarkan oleh proyek penghijauan. Perbedaan yang paling mendasar adalah pendapatan kembali keuntungan yang lebih singkat dibanding dengan hutan kayu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun