Jika sampai diantar ke rumah sakit biaya bukan dari kami tetapi sepenuhnya dari Keuskupan asal tempat kami mengabdikan diri. Â Maka dari itu sebisa mungkin kami tidak boleh sakit karena banyak orang di sekitar yang akan kerepotan baik finansial, tenaga, waktu dan pikiran.
Jadi dalam hal ini untuk mengakses kesehatan bukan soal jarak  tetapi beban batin. Kami akan sangat merasa bersalah jika harus membebankan orang lain. Karena hidup sebagai satu komunitas semuanya adalah satu anggota keluarga satu sakit semua ikut atau kena imbasnya. Lebih baik sakit fisik ketimbang  tekanan batin.Â
Selain alasan yang disebutkan di atas, jikalau terlalu lama dan tidak sembuh-sembuh kami bisa dikeluarkan sebagai seorang frater apalagi mempunyai penyakit yang menular seperti hepatitis, wah itu tidak ada ampun langsung dibelikan tiket hari itu juga jika kedapatan mengidap penyakit tersebut.Â
Kami  Frater projo (calon imam yang akan mengabdi didaerah asal) masih ada toleransi dari komunitas soal jangka waktu tetapi saudara-saudara kami dari komunitas lain seperti Ordo Carmel (calon imam biarawan dan misi), frater-fraternya jika sakit lebih dari satu minggu maka langsung dipulangkan. Karena cinta akan panggilan dan hidup selibat sakit bukanlah hal yang dikhawatirkan bagi kami. Maka kami harus melawan demi panggilan yang telah kami pilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H