Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ada Apa dengan Pengemis

4 November 2021   12:39 Diperbarui: 4 November 2021   12:44 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                       

Minggu 31 Oktober 2021, para frater San Giovanni melaksanakan bakti sosial dengan membagikan  nasi kotak kepada orang miskin, anak jalanan, dan orang-orang yang sangat membutuhkan. 

Kegiatan ini didampingi oleh pamong dan ketua unit. Setiap unit membagikan nasi kotak  dan setiap satu orang mendapat jatah tiga nasi kotak untuk dibagikan kepada warga sekitar. 

Kami mulai berangkat jam 9 pagi bersama rombangan yang lain. Tidak ada transportasi lain yang kami gunakan selain kedua automobile yang tak pernah beriringan selalu kiri atau kanan yang maju. Rupanya perjalanan kami cukup jauh nyaris satu jam perjalanan sampai pada tempat tujuan.

Ada hal yang menarik yang saya alami ketika membagikan nasi kotak kepada orang miskin. Sembari jalan kaki saya tolah-toleh melihat realitas kota Malang yang Asri dan tidak terlalu banyak debu seperti di Kutim. Waktu itu sorotan mata saya terfokus pada tiga orang yang berada di pinggir jalan. 

Segera saya menghampiri dan melihat mereka sungguh mengoyakkan hatiku. Rupanya mereka adalah satu keluarga dengan satu anak kecil kira-kira 3 tahun. Bajunya sangat kumal, raut wajahnya seperti orang tidak pernah mandi. 

Ibu dan anaknya duduk di trotoar sedangkan ayahnya sedang menyiapkan tempat tidur dari gerobak yang di dalamnya lengkap dengan tempat tidur tapi yang sudah sangat amat buluk. Sepertinya kain dan kasur itu sudah tidak pernah dicuci puluhan tahun, sampai tampak bercak-bercak hitam.

Saya mencoba menyapa mereka dengan senyuman sambil menahan air mata, melihat kondisi mereka yang sungguh miris. " Bu ini ada sedikit makan untuk ibu dan bapa juga adik ini, diterima bu" kataku membuka percakapan. "Terimakasih mas", jawab si ibu. Aku pandang mereka dan menyaksikan raut wajahnya yang penuh penderitaan dan derita. 

Si adik kecil itu langsung menyalami dan mencium tangan saya. Saya langsung teringat tangan kedua orang tua saya yang saya cium ketika mau berangkat sekolah. Dalam hati, saya berdoa semoga adik ini kelak menjadi anak yang tetap peduli pada kedua orang tuannya dan menjadi anak yang baik.

Setelah memberikan nasi kotak itu, saya tidak berlama-lama karena harus melanjutkan perjalanan untuk menemui Sahabat Yesus yang lain dalam diri orang-orang miskin tersebut. 

Dalam hati saya selalu bertanya mengapa orang ini sampai tidak mempunyai tempat tinggal? Di manakah keluarga mereka, tidak punya keluargakah mereka atau keluarganya yang tidak peduli? Dari mana mereka mendapat makan, minum dan kebutuhan sehari-hari? Bagaimana jika tidak ada orang yang memberi mereka rezeki di hari itu? Ada apa sebenarnya dengan pengemis ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun