Mohon tunggu...
Alfredo Pance Saragih
Alfredo Pance Saragih Mohon Tunggu... Pembelajar -

"Seseorang yang memilih untuk diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan" Kunjungi blog pribadi saya: https://alfredopance.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit Hitam

8 Juni 2016   00:49 Diperbarui: 8 Juni 2016   00:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi ini saya tuliskan dibuku harian, Memo No. 11 pada Sabtu 16 Januari 2016.

Puisi ini terinspirasi dari Teror Bom Sarinah Jakarta

Kaki gemetar

Tangan membeku

Kepala dan isinya seakan kosong

Di atas kuningnya rerumputan.

Bumi terganggu

Bertanya

"Bomm... duar....Bruk...."

Manusia berseragam tiba-tiba rapi di jalanan

Melawan sosok-sosok tanpa wajah.

Hari ini langit hitam

Namun tiada mendung, apalagi hujan

Hanya ada sebuah aksi

Dimana manusia pun hilang nyawa, merebut ketiadaan.

Kita hilang

Kita lupa

Namun, kita hanya melihat dan tetap menonton

Tidak pernah berbuat apa, yang ada hanya keluh, tangis dan sandiwara.

Langit hitam, hitam dan tetap hitam

Hujan tetap tiada

Tanahpun semakin hina

Manusia semua penguasa.

Maaf,,, langit masih hitam

Lupa akan warna dan keindahan

Apalagi kejayaan

Yang ada hanya kepiluan.

Pematangsiantar, 

Alfredo Pance Saragih (APS)

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun