Puisi ini saya tuliskan dibuku harian, Memo No. 11 pada Sabtu 16 Januari 2016.
Puisi ini terinspirasi dari Teror Bom Sarinah Jakarta
Kaki gemetar
Tangan membeku
Kepala dan isinya seakan kosong
Di atas kuningnya rerumputan.
Bumi terganggu
Bertanya
"Bomm... duar....Bruk...."
Manusia berseragam tiba-tiba rapi di jalanan
Melawan sosok-sosok tanpa wajah.
Hari ini langit hitam
Namun tiada mendung, apalagi hujan
Hanya ada sebuah aksi
Dimana manusia pun hilang nyawa, merebut ketiadaan.
Kita hilang
Kita lupa
Namun, kita hanya melihat dan tetap menonton
Tidak pernah berbuat apa, yang ada hanya keluh, tangis dan sandiwara.
Langit hitam, hitam dan tetap hitam
Hujan tetap tiada
Tanahpun semakin hina
Manusia semua penguasa.
Maaf,,, langit masih hitam
Lupa akan warna dan keindahan
Apalagi kejayaan
Yang ada hanya kepiluan.
Pematangsiantar,Â
Alfredo Pance Saragih (APS)
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H