a.    Sidang Umum PBB yang digelar bulan September 2014 yang lalu dan juga dihadiri oleh Presiden SBY sama sekali tidak membahas masalah Papua, apalagi kepastian mengenai kemerdekaan Papua yang diklaim Wenda tanggal 21 Desember 2014. Hal ini jelas merupakan suatu kebodohan dan kebohongan publik yang sangat jauh dari pemikiran orang sehat. Sidang Umum PBB pada bulan September 2014 yang lalu, Sekjen PBB Baan Ki-moon lebih membahas tentang komunitas regional, Forum Kepulauan Pasifik. Sekjen PBB mengucapkan selamat kepada Forum Kepulauan Pasifik untuk peluncuran Pacific Ocean Alliance. Sidang Umum PBB tersebut tidak ada sama sekali membahas masalah Papua, apalagi tentang kemerdekaan Papua. Dalam hal ini tampak jelas bahwa isu sengaja dilempar oleh Benny untuk membodohi masyarakat Papua. (http://www.un.org/apps/news/infocus/sgspeeches/statments_full.asp?statid=2372#.VFbYojSsW3s)
b.    Dikatakan pula oleh Benny Wenda bahwa kemerdekaan Papua ini didukung okeh Kerajaan Nippon, Korea Selatan, New Zealand, Uni Eropa, Perancis, Kerajaan Inggris, dan Israel. Hal ini tentu kebodohan dan kebohongan berikutnya yang disampaikan Benny Wenda. Betapa tidak negara-negara yang disebut di atas sama sekali tidak pernah membicarakan masalah Papua, apalagi membahas masalah kemerdekaan. Negara-negara tersebut di atas sangat mendukung dan menghormati kedaulatan NKRI. Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang mengetahui bahkan mendukung Papua merdeka. Hal ini yang menjadikan isu ini hanyalah isapan jempol dan isu bohong belaka.
c.    Dikatakan pula oleh Benny Wenda bahwa hasil sidang yang dilakukan selama dua hari itu akan diumumkan ke seluruh dunia pada tanggal 24 November 2014. Perlu diketahui bahwa semua hasil sidang PBB telah diumumkan melalui website secara terbuka ke seluruh dunia, dan tidak harus menunggu sampai bulan November. Tidak satu kalimat pun dari hasil sidang yang dilansir www.un.org tersebut yang membahas masalah Papua.
Hal tersebut di atas merupakan kebohongan-kebohongan jahat yang dilakukan Benny Wenda terhadap masyarakat di Papua melalui pengikutnya yang menjual isu Papua demi kepentingan kelompoknya.
SIAPA BENNY WENDA?
Sebuah sumber terpercaya dari Oxford secara mengejutkan menyampaikan informasi sebenarnya yang terjadi bagaimana Benny Wenda telah mendapatkan banyak manfaat dari kisah bohong yang disampaikannya ke dunia luar tentang Papua. Dengan memberikan semacam orasi bersama LSM dan bergabung di banyak festival seni dan budaya, Benny Wenda hanya memberikan kisah kebohongan tentang Papua. Keuntungan yang didapatkan Benny Wenda tentu berkaitan erat dengan keberlangsungan hidupnya di Inggris, terutama keuntungan ekonomi bahkan keuntungan politik demi pencapaian ‘pleasure principle’.
Keuntungan ekonomi yang dapat dieksploitasi oleh Benny Wenda adalah dengan cara terhindar dari Uang Wajib Pajak di Inggris karena klaimnya sebagai pencari suaka. Hidup menetap di Inggris tentulah sangat sulit, sehingga tidak ada cara lain selain ‘berjualan’ tentang isu Papua. Melalui penggalangan dana haram bersama LSM berupaya membohongi warga Inggris, agar ia dapat menikmati makan siang gratis dari uang Wajib Pajak Inggris, dan membesarkan keluarganya di Inggris.
Teori Adler tentang Fictional Finalism mengatakan bahwa kehendak seseorang dipengaruhi oleh setiap tindakan mereka dan juga oleh pengalaman di masa lampau yang telah dilalui, yang mana akan mendorong suatu usaha untuk merealisasikan suatu kehendak. Perasaan inferioriti yang terdapat pada seseorang akan menjadi dorongan agar individu mencapai keinginan superioritas.
Benny Wenda yang mengklaim dirinya sebagai pemimpin free west Papua memiliki sisi psikologis yang dapat memainkan peran sebagai orang licik dengan tampang wajah polos. Yang pada akhirnya banyak orang merasa kasihan dan mendukung dirinya sebagai korban kejahatan dari pemerintah Indonesia. Padahal Benny Wenda cukup cerdik dengan menciptakan pembenaran melalui cerita-cerita hidupnya di masa lalu selama di Papua. Benny Wenda mengklaim sebagai satu-satunya orang yang memproklamirkan dirinya sebagai pemimpin Papua yang peduli tentang masa depan Papua. Keadaan ini tentu menjadikannya sebagai orang yang superioritas.
Sejalan dengan itu, masyarakat Papua saat ini telah dapat memilah mana yang benar dan salah. Isu-isu Papua sudah bukan merupakan barang aneh yang memang banyak dijual oleh kelompok-kelompok pro M. Padahal apa yang mereka gambarkan sebenarnya sangat jauh dari kebenaran apa yang terjadi di Papua saat ini. (AK)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H