Pernahkah anda mendengar mengenai mineral Monasit? Ya mineral ini cukup jarang dibahas secara umum, dan artikel ini akan ngebahas mengenai monasit sebagai salah satu potensi Indonesia loh.
Mineral monasit namanya berasal dari kata Yunani, monazein, yang berarti "sendirian". Ini adalah nama tepat karena merupakan kiasan untuk kebiasaan kristal khas asal utama untuk monasit sebagai kristal individu yang terisolasi di pegmatit fosfat. Kristal tunggal dalam matriks kristalin yang berbeda.
Monasit adalah mineral fosfat berwarna coklat kemerahan yang mengandung logam tanah jarang. Nah apa itu logam tanah jarang? Pernah lihat kan di tabel periodik di bagian bawahnya ada baris untuk unsur-unsur laktanida dan antanida? Nah itu yang disebut dengan logam tanah jarang, nah tau gak kenapa disebut tanah jarang? Sebenarnya bukan karena jarang ada di bumi loh, melainkan karena di di bumi keberadaanya tersebut menyebar dan tidak terkonsentrasi seperti logam-logam lain pada umumnya.
Kenapa monasit adalah potensi tersembunyi? Ya karena logam tanah jaran inilah alasannya. Dalam monazite terkandung banyak logam tanah jarang, namun paling utamanya adalah Thorium, Lanthanum, dan Cerium. Thorium adalah bahan bakar yang bisa digunakan untuk energy nuklir. Lanthanum bisa figunakan untuk kaca anti-alkali, penyimpanan hydrogen, katalis untuk oil refinery, dan masih banyak lagi. Sementara Cerium dipakai sebagai agen oksidasi, pewarna kuning pada gelas dan keramik, katalis untuk oil refinery, dan masih banyak lagi.
DI Indonesia potensi terkaya akan monasi adai di Kepulauan Bangka Belitung di Gunung Muntai. Menurut Direktorat Sumber Daya Mineral (Peta Sebaran Mineral Logam P. Sumatera Bagian Selatan, 1998), monasit di Gunung Muntai memiliki cadangan terukur sebesar 182,9 ton. Saat ini Monasit sedang diolah oleh BATAN bekerja sama dengan PT Timah, Tbk. BATAN saat ini sedang mendirikan pilot plant pengolahan monasit agar Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya akan logam jarang terhadap China.
Â
Pengolahan monasit sebanarnya tidak berbeda terlalu jauh dengan mineral biasanya yaitu dengan menggunakan proses hidrometalurgi, yaitu:
- Grinding: Pengecilan ukuran hingga ~150 micron.
- Digestion: Serbuk monasit dicampur dengan asam sulfur pekat pada 150-180 derajat Celsius. Lalu diaduk dan dinaikkan suhunya sampai 200-300 derajat Celsius. Proses ini memakan waktu 3-4 jam.
- Dissolution: Didinginkan lalu dimasukkan ke dalam air. Proses ini memakan waktu 12 sampai 15 jam.
- Filtration: Mengilangkan semua solid-solid sehingga menghasilkan monasit sulfat.
- Dilution: Pengenceran monasit sulfat.
- Neutralization: Menambahkan NH4OH untuk menghasilkan pH 1,1 untuk membentuk presipitat thorium phosphate cake.
- Filtration: Mengambil thorium phosphate precipitate.
- Dryer: Thorium phosphate dikeringkan pada 120 derajat Celsius.
- Neutralization: Tambahkan NH4OH pada sisa larutan monasit untuk mencapai pH 2,3 sehingga menimbulkan presipitat logam jarang.
- Filtration: Mengeluarkan presipitat logam jarang dalam bentuk logam jarang oksida.
- Neutralization: Menambahkan NH4OH untuk mencapai pH 6 sehingga menghasilkan uranium concentrated precipitate
- Filtration: Mengambil uranium concentrated precipitate-nya.
Sehingga dalam satu kali pemrosesan Monasit kita bisa mendapatkan thorium phosphate concentrate, hidroksida logam jarang, dan uranium concentrate.
Monasit dan Logam Tanah Jarang adalah salah satu lagi kekayaan bangsa Indonesia yang belum diolah secara maksimal, masih begitu besar potensi yang belum kita manfaatkan disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H