Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panggilan Kita sebagai Cahaya Kristus melalui Persembahan Diri

2 Februari 2025   08:46 Diperbarui: 2 Februari 2025   10:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggilan Kita sebagai Cahaya Kristus Melalui Persembahan Diri dan Kepasrahan seperti Simeon dan Hana

Setiap orang yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk menjadi terang dunia. Namun, menjadi terang bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kesetiaan, kerendahan hati, dan pengorbanan.

Kisah Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah (Lukas 2:22-40) mengajarkan kita bahwa kehadiran-Nya adalah wujud kasih Allah yang menyelamatkan, sekaligus panggilan bagi kita untuk hidup dalam kesetiaan.

Melalui Maleakhi 3:1-4, Ibrani 2:14-18, dan Injil Lukas, kita diajak merenungkan bagaimana iman kita dapat menjadi cahaya yang menerangi dunia di tengah segala tantangan zaman ini.

1. Persembahan Diri: Menjadi Alat di Tangan Tuhan

Dalam Maleakhi 3:1-4, kita mendengar tentang kedatangan seorang utusan yang akan membersihkan dan menyucikan umat Allah. Yesus adalah penggenapan nubuat ini. Ia datang untuk memurnikan hati manusia dari dosa dan keegoisan. Namun, bacaan ini juga mengajak kita untuk merenungkan persembahan diri kita kepada Tuhan.

Seperti Yesus yang dipersembahkan di Bait Allah, kita pun dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Ini berarti menyerahkan segala rencana, impian, dan keinginan kita ke dalam tangan-Nya.

Persembahan diri adalah langkah pertama untuk menjadi terang dunia. Tanpa kepasrahan total, kita tidak bisa sepenuhnya menjadi alat di tangan Tuhan. Apakah kita sudah mempersembahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan? Bagaimana kita bisa lebih menyerahkan diri kepada-Nya dalam kehidupan sehari-hari?

2. Kepasrahan seperti Simeon dan Hana: Menanti dengan Iman dan Kesabaran

Lukas 2:22-40 memperkenalkan dua tokoh inspiratif: Simeon dan Hana. Mereka adalah gambaran kesetiaan dan kepasrahan total kepada Tuhan. Meskipun usia mereka sudah lanjut, mereka tetap setia menantikan janji Tuhan. Ketika akhirnya mereka bertemu Yesus, mereka menyambut-Nya dengan sukacita dan pujian.

Kepasrahan Simeon dan Hana mengajarkan kita untuk menanti dengan iman dan kesabaran. Mereka tidak mengeluh atau putus asa meski harus menunggu bertahun-tahun. Mereka percaya bahwa Tuhan selalu setia pada janji-Nya.

Kepasrahan mereka adalah contoh nyata bagaimana kita seharusnya menghadapi kehidupan: dengan iman yang teguh dan hati yang penuh syukur.  Apakah kita bisa meneladani kepasrahan Simeon dan Hana dalam menghadapi ketidakpastian hidup? Bagaimana kita bisa lebih bersabar dan percaya pada rencana Tuhan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun