Di luar Bali, kritikus mengingatkan risiko mempromosikan Indonesia semata melalui kacamata Islam. Slogan pariwisata "Wonderful Indonesia" merayakan keragaman: candi kuno, terumbu karang, dan kota multikultural. Terlalu menekankan branding halal berisiko mengaburkan kekayaan ini, secara tak sengaja memberi sinyal bahwa wisatawan non-Muslim adalah prioritas sekunder. Selain itu, beban birokrasi sertifikasi bisa memberatkan UMKM, terutama di daerah minoritas Muslim, di mana kepatuhan mungkin terasa tidak selaras dengan budaya atau memberatkan secara finansial.
Pelajaran dari Dalam dan Luar Negeri
Keragaman Indonesia sendiri menawarkan peta kebijakan yang peka konteks. Aceh, dengan otonomi khususnya, berhasil mengintegrasikan wisata syariah tanpa memaksakannya ke provinsi lain.Â
Malaysia dan Turki juga menunjukkan bagaimana wisata halal dapat berdampingan dengan destinasi sekuler. Malaysia memasarkan Kuala Lumpur sebagai pusat halal bersama warisan multikultural Penang, sementara Turki menyeimbangkan landmark Islam Istanbul dengan resor pantai Antalya. Contoh ini mengajarkan satu pelajaran: diferensiasi, bukan standarisasi, adalah kunci.
Kesuksesan pariwisata Bali -yang bertumpu pada budaya Hindu dan daya tarik universal- juga menggambarkan bahaya kebijakan seragam. Penolakan pulau ini terhadap pemaksaan halal menegaskan pentingnya kewenangan lokal dalam menjaga ekosistem budaya dan ekonomi.
Memprioritaskan Fondasi, Bukan Label
Daripada terpaku pada sertifikasi halal, Indonesia perlu memprioritaskan peningkatan dasar untuk memperkuat sektor pariwisata secara universal:
Pertama, Pembangunan Infrastruktur. Peningkatan bandara, jalan, dan konektivitas digital di daerah terpencil seperti Raja Ampat atau Flores akan membuka destinasi baru sekaligus mengurangi kepadatan di lokasi wisata utama seperti Bali.
Kedua, Praktik Berkelanjutan. Memerangi over-tourism melalui inisiatif seperti pembatasan pengunjung di Taman Nasional Komodo menjamin pelestarian ekologi untuk generasi mendatang.
Ketiga, Pelestarian Budaya. Investasi di situs warisan -dari Candi Borobudur hingga ritual leluhur Toraja- memperkuat keunikan Indonesia.
Keempat, Kualitas Layanan. Program pelatihan SDM pariwisata, ditambah standar keamanan dan kebersihan ketat, akan meningkatkan pengalaman wisatawan secara menyeluruh.