Membangun Toleransi Melalui Refleksi Isra Miraj di Sekolah: Sebuah Teladan untuk Keberagaman
Keberagaman adalah realitas tak terelakkan di Indonesia, negara yang dikenal sebagai "Bhineka Tunggal Ika." Tantangan terbesar dalam keberagaman adalah bagaimana menjadikannya kekuatan, bukan sumber perpecahan. Dalam konteks pendidikan, sekolah memiliki peran strategis sebagai ruang yang mendidik generasi penerus untuk menghargai perbedaan. Refleksi Isra Miraj yang diselenggarakan oleh SMK Kesehatan Binatama pada 24 Januari lalu memberikan contoh konkret bagaimana nilai-nilai toleransi dapat diinternalisasi melalui kegiatan religius.
Praktik Nyata Toleransi
Langkah SMK Kesehatan Binatama menghadirkan ustad untuk siswa Muslim, penyuluh Katolik untuk siswa Katolik, dan penyuluh Kristen untuk siswa Kristen adalah praktik nyata penghormatan terhadap keberagaman agama. Kebijakan ini selaras dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin setiap siswa mendapatkan pendidikan agama sesuai keyakinannya.
Lebih dari sekadar memenuhi kewajiban formal, pendekatan ini menunjukkan bagaimana sekolah dapat menjadi ruang dialog antaragama. Dalam setiap sesi refleksi, siswa tidak hanya memperdalam pemahaman iman mereka tetapi juga belajar bahwa keberadaan agama lain di sekitar mereka adalah kekayaan, bukan ancaman.
Pesan Isra Miraj dalam Perspektif Keberagaman
Bagi seorang guru agama Katolik, pesan Isra Miraj membawa makna universal tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. Dalam perjalanan Nabi Muhammad SAW, terdapat pelajaran tentang pentingnya doa sebagai penghubung manusia dengan Sang Pencipta. Hal ini sejalan dengan prinsip iman Katolik, di mana doa menjadi sarana untuk merasakan kehadiran Allah.
Isra Miraj juga mengajarkan tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai guru agama Katolik, refleksi ini dapat menjadi momen untuk menekankan bahwa setiap agama memiliki nilai inti yang mengajarkan cinta kasih, keadilan, dan perdamaian. Dengan demikian, perayaan Isra Miraj dapat menjadi titik temu bagi siswa dari berbagai agama untuk saling memahami.
Sekolah sebagai Gerbang Toleransi
Kegiatan seperti ini mempertegas peran sekolah sebagai gerbang toleransi. Ketika siswa mendapatkan pengalaman yang positif dalam berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda agama, mereka belajar untuk menghargai perbedaan sejak dini. Toleransi tidak hanya diajarkan melalui teori, tetapi melalui pengalaman nyata yang membentuk cara pandang mereka terhadap dunia.
Pentingnya refleksi lintas agama di sekolah juga menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter (yang terjadi dalam interaksi antarsiswa yang berasal dari aneka latar belakang). Dengan memberikan ruang bagi setiap agama untuk berkembang, sekolah menciptakan ekosistem yang mendukung penguatan nilai-nilai pluralisme.