Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia dan Alam: Renungan dari Kebakaran California yang Menghancurkan

13 Januari 2025   16:34 Diperbarui: 13 Januari 2025   16:34 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia dan Alam: Renungan dari Kebakaran California yang Menghancurkan

Kebakaran dahsyat yang melanda California, khususnya kawasan Hollywood Hills, mengguncang hati banyak orang di seluruh dunia. Peristiwa ini bukan hanya menghanguskan bangunan, tetapi juga menyisakan trauma mendalam dan menjadi pengingat akan betapa rentannya manusia di hadapan kekuatan alam.

[Intermezo 1: Tulisan ini sudah saya mulai sore hari ketika berita kebakaran hebat terjadi pada tanggal 8 Januari tapi tidak rampung-rampung karena terus bergesernya fokus perhatian saya. Siang ini, selepas makan siang usai jeda pelatihan menulis untuk para mahasiswa calon imam di Komunitas Sacra Familia Malang, saya kembali duduk menekuni draftnya. Saya alihkan fokus pada ketidakberdayaan manusia di hadapan bencana.

Dari pagi sampai siang, saya bersama para frater sedang fokus "menambang" segala kekayaan diri yang bisa dibagikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Di awal pertemuan, saya mengajak peserta untuk menuliskan apa yang dirasakan dan apa yang dipikiran (perasaan dan pikiran, emosi dan rasio) dengan memakai tangan yang tidak lazim. Kalau lancar tangan kanan, maka ia menulis dengan tangan kiri, begitu sebaliknya). Lalu digali apa harapan dan target dari pelatihan ini.

Di sela-sela keasyikan "menambang" kekayaan diri, saya teringat bahwa hari ini saya belum menulis untuk Kompasiana. Semoga ini bisa menjadi artikel pertama dan sebelum istirahat malam ada 1 artikel lagi (jika raga memungkinkan, karena semalam dari Yogyakarta dan tiba subuh belum cukup untuk memanjakan diri, langsung tancap dinamika bersama frater.]

(bersama Rektor Sacra Familia, dokpri)
(bersama Rektor Sacra Familia, dokpri)

Ketidakberdayaan di Tengah Bencana

Mari kita fokus ke tulisan ini. Kebakaran hutan yang melanda California, khususnya kawasan Hollywood Hills, adalah pengingat memilukan akan rapuhnya keberadaan manusia di hadapan kekuatan alam. Peristiwa ini tidak hanya menghancurkan rumah-rumah mewah para selebriti Hollywood, tetapi juga mengancam kehidupan banyak orang yang tinggal di wilayah tersebut. Dalam menghadapi kobaran api yang semakin tak terkendali, meskipun telah dikerahkan teknologi tercanggih dan tim pemadam kebakaran terbaik, manusia tampak kecil dan tak berdaya.

Peristiwa macam ini terjadi di banyak tempat, bahkan mungkin pembaca Kompasiana juga mengalami betapa rapuhnya kita di hadapan alam. Segala kesombongan dan sesumbar kita seperti terlipat di dalam laci brankas. Manusia hanya bisa sombong di hadapan sesamanya, atau yang paling sering sombong di hadapan orang yang paling lemah. Seperti pemerintah begitu digdaya "menghabisi" rakyat dengan menunggangi aturan.

[Intermezo 2: Mari saya ajak terlibat dalam dinamika penulisan setengah hari tadi. Setelah peserta menuliskan kembali segala kekayaan diri: segala luka entah masa lalu (termasuk ketika dalam kandungan ibu) maupun masa kini, ketika mereka mengalami ketakberdayaan sebagai seorang anak manusia, perasaan paling ditolak dan tidak dianggap; juga segala cinta dan berkat yang mereka terima, kebahagiaan, sukacita dan perasaan paling dicintai, saya mengajak peserta untuk meramu-rangkainya menjadi sebuah tulisan (minimal menjadi sebuah antologi yang bisa memberi kekuatan kepada pembaca akan pengalaman mereka sendiri.

Seperti ketakbedayaan orang-orang California dan sekitarnya di Amerika di hadapan api yang membakar segala, para peserta diajak untuk berusaha bangkit dan meniti jalan baru dengan berpijak pada kedua pengalaman yang paling dirasakan di dalam hidup: paling dicintai dan paling dibenci, paling membahagiakan dan paling menyusahakan agar tetap membentuk dirinya sebagai pribadi yang unik dan mutiara yang berkilau bagi dunia].

(para orang muda yang sedang serius mengikuti pelatihan, dokpri)
(para orang muda yang sedang serius mengikuti pelatihan, dokpri)

Kekuatan Alam yang Tak Tertandingi

Kembali ke laptop! Manusia sering kali membanggakan pencapaiannya dalam teknologi dan infrastruktur, tetapi bencana seperti kebakaran di California menunjukkan batas kemampuan kita. Dengan helikopter pemadam kebakaran, pesawat khusus untuk menjatuhkan bahan kimia pemadam, dan ribuan personel di lapangan, api tetap meluas. Perubahan iklim, suhu tinggi, dan angin kencang menjadi faktor yang membuat kebakaran semakin sulit dikendalikan.

Kejadian ini mencerminkan bahwa seberapapun canggihnya teknologi yang kita miliki, ada batasan nyata dalam menghadapi kekuatan alam. Sebuah badai, angin panas, atau percikan kecil saja dapat memicu kehancuran yang meluas. Betapa rentannya kita di hadapan dinamika alam yang bergerak tanpa kompromi. Kecanggihan teknologi tetaplah berada di bawah "telapak kaki" alam.

Dampak yang Melampaui Fisik

Kebakaran ini bukan hanya tentang habisnya rumah-rumah yang terbakar atau hutan yang musnah. Ini tentang bencana yang meninggalkan luka psikologis mendalam bagi para korban (tak terkecuali para artis yang berkelimpahan harta), terutama ibu dan anak. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, barang-barang berharga, dan kenangan yang tak tergantikan. Ibu sering kali menghadapi beban ganda sebagai penjaga stabilitas emosional keluarga, sementara anak-anak yang masih rentan secara emosional dapat mengalami trauma mendalam, termasuk mimpi buruk, kecemasan, dan ketakutan yang terus-menerus.

Pertolongan yang harus diberikan mencakup penyediaan layanan konseling trauma bagi ibu dan anak. Dukungan psikososial sangat penting, termasuk menyediakan ruang aman untuk anak-anak bermain dan belajar guna memulihkan rasa normalitas mereka. Selain itu, sesi terapi keluarga dapat membantu membangun kembali rasa aman dan kepercayaan di antara anggota keluarga yang terdampak.

Selain itu, dampak ekologis dari kebakaran ini juga sangat serius. Hutan yang terbakar memusnahkan habitat satwa liar, memperparah emisi karbon di udara, dan merusak ekosistem secara keseluruhan. Pemulihan lingkungan setelah kebakaran semacam ini dapat memakan waktu puluhan tahun, jika tidak lebih.

Renungan dan Tindakan ke Depan

Peristiwa ini seharusnya menjadi momen refleksi mendalam bagi kita semua. Kita harus menyadari bahwa hubungan manusia dengan alam perlu diperbaiki. Eksploitasi berlebihan, perubahan iklim akibat aktivitas manusia, dan ketidakpedulian terhadap konservasi lingkungan adalah faktor-faktor yang memperburuk frekuensi dan intensitas bencana alam.

Sebagai komunitas global, kita harus lebih serius dalam menangani perubahan iklim. Penggunaan energi terbarukan, pelestarian hutan, dan pengurangan emisi gas rumah kaca adalah langkah-langkah penting yang perlu segera diambil. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan harus ditingkatkan melalui pendidikan dan kampanye yang berkelanjutan.

[Intermezo 3: Dengan menuliskan kembali "luka-luka" dalam kehidupan, sebenarnya kita sedang berjuang agar berdamai dengan segala pengalaman yang semakin menguatkan kita sebagai pribadi. Saya berusaha, melalui pelatihan ini, orang-orang muda ini mampu menjadikan dirinya mercuar yang memberikan tanda kepada kapal-kapal di sekitar lautan kehidupannya untuk tidak jemu saling belajar. Setiap orang memiliki mutiara bahkan intan dalam dirinya yang tidak harus dijual kepada orang lain, tetapi cukup dipajang (melalui aneka tulisan) sehingga bisa dinikmati oleh sesama atau orang yang membaca kisahnya].


Kesimpulan: Harapan di Tengah Kehancuran

Kebakaran yang melanda California menunjukkan bahwa manusia, dengan segala kecanggihannya, tetap memiliki keterbatasan. Namun, ini bukan alasan untuk menyerah. Sebaliknya, ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap alam, memperkuat solidaritas dalam menghadapi bencana, dan bekerja sama demi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Betapapun dahsyatnya alam, manusia tetap memiliki kekuatan untuk belajar, beradaptasi, dan mengambil tindakan yang lebih bijaksana. [Begitu juga, betapapun kelamnya pengalaman yang kita alami, atau betapa indahnya masa lalu, tetapi selama itu dipendam sendiri, tidak akan pernah dinikmati oleh orang lain.]

Akhirnya dengan memanfaatkan dua moment ini (kebakaran dan pelatihan menulis) saya malah bisa menyelesaikan tulisan yang sempat "mogok" diselesaikan.

Salam dari Kota Malang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun