Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menggali Sejarah dan Transformasi PDIP

10 Januari 2025   16:43 Diperbarui: 10 Januari 2025   16:49 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggali Sejarah dan Transformasi PDIP: Dari Korban Penindasan ke Pencerahan Demokrasi

Kecintaan saya pada demokrasi dimulai tahun 1992 ketika saya masih kelas dua SMA. Saat itu untuk pertama kalinya saya ikut pemilu dan memilih PDI (belum perjuangan). Kecintaan itu semakin menguat ketika kuliah di Yogyakarta. Saat masih semester tiga tahun 1996 saya sudah mulai rajin menulis puisi-puisi yang berisi kritik sosial (yang kebanyakan dimuat di sebuah Majalah REFLEKSI di daerah Surakarta). 

Ketika peristiwa Megawati semakin ditekan, saya semakin rajin menulis puisi untuk Megawati dan menitipkannya melalui Romo Rektor saya waktu itu yang bisa bertemu langsung, dan saya pernah mendapatkan langsung surat jawaban dan tanda tangan Megawati Sukarnoputri yang masih saya simpan rapi sampai sekarang. Meski setia bersama PDIP saya bukanlah anggota partai.

(Salah jendral yang membela Megawati pasca Kudatuli, foto:jpnn.com)
(Salah jendral yang membela Megawati pasca Kudatuli, foto:jpnn.com)

Memahami Jejak Sejarah

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak dapat dilepaskan dari dinamika politik Indonesia. Lahir dari pergulatan panjang melawan rezim Orde Baru yang represif, PDIP, di bawah kepemimpinan Megawati Sukarnoputri, telah menjadi simbol perlawanan terhadap otoritarianisme.

Pada masa itu, partai yang masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menghadapi penindasan, termasuk peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang dikenal sebagai "Kudatuli." Momen ini menjadi titik balik yang memicu lahirnya reformasi pada 1998, sekaligus membawa PDIP ke panggung politik utama Indonesia.

Didirikan secara resmi pada 10 Januari 1999, PDIP menjadi motor penggerak reformasi dan terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi serta kerakyatan. Partai ini berhasil membangun identitas yang kuat sebagai partai nasionalis yang berpihak pada rakyat kecil. Konsistensi ideologi ini menjadi salah satu faktor yang membuat PDIP terus memiliki tempat di hati sebagian besar masyarakat Indonesia.

Faktor ideologi inilah yang mendorong saya ketika pertengahan 1999 dari pedalaman Madagascar rela ke Antananarivo (ribuan kilometer) hanya untuk ikut mencoblos PDIP dan yang ternyata kemudian keluar sebagai juara meski dalam proses pemilihan presiden terjadi "kongkalingkong" oleh Amin Rais dan Poros Tengahnya, sehingga Megawati hanya terpilih sebagai wakil presiden.

(para kader muda PDIP, foto: askara.co)
(para kader muda PDIP, foto: askara.co)

Kaderisasi dan Regenerasi Pemimpin

Kemampuan PDIP dalam mengkader generasi muda menjadi pemimpin yang tangguh tidak dapat diabaikan. Banyak tokoh politik dan kepala daerah yang lahir dari rahim partai ini, seperti Joko Widodo yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia. Keberhasilan PDIP dalam menciptakan pemimpin-pemimpin daerah hingga tingkat nasional menunjukkan komitmen mereka terhadap proses regenerasi yang sehat dan sistematis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun