Menggali Sejarah dan Transformasi PDIP: Dari Korban Penindasan ke Pencerahan Demokrasi
Kecintaan saya pada demokrasi dimulai tahun 1992 ketika saya masih kelas dua SMA. Saat itu untuk pertama kalinya saya ikut pemilu dan memilih PDI (belum perjuangan). Kecintaan itu semakin menguat ketika kuliah di Yogyakarta. Saat masih semester tiga tahun 1996 saya sudah mulai rajin menulis puisi-puisi yang berisi kritik sosial (yang kebanyakan dimuat di sebuah Majalah REFLEKSI di daerah Surakarta).Â
Ketika peristiwa Megawati semakin ditekan, saya semakin rajin menulis puisi untuk Megawati dan menitipkannya melalui Romo Rektor saya waktu itu yang bisa bertemu langsung, dan saya pernah mendapatkan langsung surat jawaban dan tanda tangan Megawati Sukarnoputri yang masih saya simpan rapi sampai sekarang. Meski setia bersama PDIP saya bukanlah anggota partai.
Memahami Jejak Sejarah
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak dapat dilepaskan dari dinamika politik Indonesia. Lahir dari pergulatan panjang melawan rezim Orde Baru yang represif, PDIP, di bawah kepemimpinan Megawati Sukarnoputri, telah menjadi simbol perlawanan terhadap otoritarianisme.
Pada masa itu, partai yang masih bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menghadapi penindasan, termasuk peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang dikenal sebagai "Kudatuli." Momen ini menjadi titik balik yang memicu lahirnya reformasi pada 1998, sekaligus membawa PDIP ke panggung politik utama Indonesia.
Didirikan secara resmi pada 10 Januari 1999, PDIP menjadi motor penggerak reformasi dan terus memperjuangkan nilai-nilai demokrasi serta kerakyatan. Partai ini berhasil membangun identitas yang kuat sebagai partai nasionalis yang berpihak pada rakyat kecil. Konsistensi ideologi ini menjadi salah satu faktor yang membuat PDIP terus memiliki tempat di hati sebagian besar masyarakat Indonesia.
Faktor ideologi inilah yang mendorong saya ketika pertengahan 1999 dari pedalaman Madagascar rela ke Antananarivo (ribuan kilometer) hanya untuk ikut mencoblos PDIP dan yang ternyata kemudian keluar sebagai juara meski dalam proses pemilihan presiden terjadi "kongkalingkong" oleh Amin Rais dan Poros Tengahnya, sehingga Megawati hanya terpilih sebagai wakil presiden.
Kaderisasi dan Regenerasi Pemimpin
Kemampuan PDIP dalam mengkader generasi muda menjadi pemimpin yang tangguh tidak dapat diabaikan. Banyak tokoh politik dan kepala daerah yang lahir dari rahim partai ini, seperti Joko Widodo yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia. Keberhasilan PDIP dalam menciptakan pemimpin-pemimpin daerah hingga tingkat nasional menunjukkan komitmen mereka terhadap proses regenerasi yang sehat dan sistematis.