Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

MBG: Harapan Baru atau Langkah yang Setengah Hati?

8 Januari 2025   21:28 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:17 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MBG: Harapan Baru atau Langkah yang Setengah Hati?

Ketika program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan, banyak yang berharap ini menjadi solusi atas masalah gizi yang membayangi generasi muda Indonesia. Namun, apakah program ini benar-benar membawa perubahan signifikan, atau hanya sekadar janji yang hilang di tengah jalan?

Tadi siang di sekolah saya berseloroh kepada seorang rekan guru yang kebetulan wakasek bidang kurikulum."Bu, kapan sekolah kita dapat giliran Makan Bergizi Gratis?"

"Wah gak tahu Pak, kayaknya hanya khusus sekolah negeri, sekolah swasta macam kita kayaknya tidak masuk dalam hitungan, apalagi dapat kesempatan."

Mungkin candaan semacam ini ada di lain tempat, terutama dengan anggaran yang segitu besar, mestinya ada hal lain yang lebih urgen diperhatikan. Berikut ini saya mencoba menggali beberapa hal yang menurut saya pantas untuk mengulik tema: "Kick Off Program Makan Bergizi Gratis, Bagaimana Pelaksanaannya Di Daerahmu?"

Saya mencoba mengawali dengan melihat akar krisis dan diakhiri dengan pertanyaan tentang pertanggungjawaban anggaran yang demikian besar.

(sumber:sehatnegeriku.kemkes.go.id)
(sumber:sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Latar Belakang: Krisis Gizi di Indonesia

Masalah gizi buruk di Indonesia bukanlah isu baru. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting pada anak mencapai 21,6% di tahun 2023. Gizi buruk tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif anak. Dalam konteks ini, MBG hadir sebagai langkah pemerintah untuk memberikan makanan sehat kepada siswa.

Namun, tantangannya tidak sedikit. Apakah pemberian makanan bergizi sekali atau dua kali seminggu cukup untuk menutupi kebutuhan nutrisi anak-anak? Ataukah ini hanya menjadi program simbolis tanpa dampak nyata? 

Jadi ingat legenda kisah cinta antara Bandung Bondowoso dan Loro Jonggrang. Loro Jonggrang bersedia menerima cinta Bandung Bondowoso asalkan ia mau membangun seribu candi dalam semalam. Demi cinta yang menggebu, Bandung Bondowoso menyanggupi, namun kemudian cinta mereka kandas karena hari keburu siang dan candi pun mangkrak "hingga hari ini". 

Jangan sampai proyek meningkatkan gizi instan ini berakhir seperti kisah candi di utara/belakang candi Prambanan, Yogyakarta itu.

Pelaksanaan di Lapangan: Antara Harapan dan Realitas

Berdasarkan pantauan di beberapa daerah, respons masyarakat terhadap MBG beragam. Di wilayah perkotaan, program ini disambut antusias oleh orang tua yang merasa terbantu dengan pengurangan biaya bekal sekolah. Namun, di daerah pedesaan, tantangan distribusi dan keterbatasan anggaran sering menjadi hambatan utama.

Di Yogyakarta, misalnya, program MBG belum sepenuhnya terasa. "Kalau hanya sehari, apa gunanya?" ujar seorang ibu rumah tangga yang tidak tahu apakah sekolah anaknya menjadi penerima program ini. Banyak yang menganggap bahwa pemberian makanan bergizi sekali-sekali tidak memberikan dampak berkelanjutan.

(sumber: indonesia.go.id)
(sumber: indonesia.go.id)

Belajar dari Negara Lain: Program Gizi yang Berkelanjutan

Beberapa negara telah membuktikan keberhasilan program gizi untuk anak sekolah. Di Jepang, misalnya, "kyushoku" atau makan siang sekolah bukan hanya menyediakan makanan bergizi tetapi juga mengajarkan anak pentingnya pola makan sehat. Program ini dilakukan setiap hari dengan menu yang dirancang ahli gizi.

India juga memiliki "Mid-Day Meal Scheme" yang sukses menurunkan angka putus sekolah sekaligus memperbaiki status gizi anak-anak di pedesaan.

Indonesia perlu belajar dari pengalaman ini. Program seperti MBG harus lebih dari sekadar inisiatif aksidental; harus ada sistem yang memastikan kontinuitas dan dampak jangka panjang. Tetapi belajar dari kencenderungan politis di Indonesia selama ini, program semacam ini tidak pernah awet, selain untuk mengabulkan janji-janji yang sempat terujar saat kampanye (malu dong kalau terlalu sering tidak terealisasi hehe)

Solusi untuk Masa Depan: Menuju Program yang Tepat Sasaran

Untuk meningkatkan efektivitas MBG, evaluasi berbasis data menjadi langkah pertama yang harus dilakukan. Pemerintah perlu melakukan pemetaan daerah-daerah yang paling membutuhkan intervensi gizi, sehingga bantuan dapat tepat sasaran. Data yang akurat akan membantu mengidentifikasi kelompok masyarakat dengan risiko gizi buruk tertinggi.

Selain itu, peningkatan frekuensi pemberian makanan bergizi juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Makanan sehat harus menjadi bagian dari rutinitas harian di sekolah, bukan hanya agenda mingguan atau bulanan. Dengan pemberian makanan setiap hari, anak-anak akan mendapatkan asupan nutrisi yang konsisten untuk mendukung pertumbuhan mereka.

Keterlibatan komunitas juga sangat penting dalam penyelenggaraan MBG. Orang tua dan komunitas lokal dapat dilibatkan dalam penyediaan dan pengawasan makanan, sehingga program ini lebih terintegrasi dengan kebutuhan lokal. Dengan demikian, masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberlanjutan program.

Menu yang disediakan harus dirancang oleh ahli gizi untuk memastikan keseimbangan nutrisi. Setiap porsi makanan perlu mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin dalam proporsi yang tepat. Hal ini tidak hanya mendukung pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan kognitif anak-anak.

Terakhir, kolaborasi dengan sektor swasta dapat menjadi solusi untuk mendukung keberlanjutan program. Perusahaan-perusahaan dapat berkontribusi dalam bentuk pendanaan, penyediaan bahan makanan, atau teknologi pendukung. Sinergi antara pemerintah dan swasta akan menciptakan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Pengelolaan Anggaran: Transparansi dan Akuntabilitas

Program MBG dikabarkan mengalokasikan anggaran hingga Rp71 triliun. Dengan dana sebesar ini, transparansi dalam pengelolaan menjadi hal mutlak. Bagaimana dana tersebut dibagi kepada para vendor yang bertanggung jawab menyediakan makanan bergizi?

Setiap vendor harus memiliki akuntabilitas yang jelas, termasuk sistem pelaporan yang rinci dan audit berkala untuk memastikan bahwa dana digunakan sesuai dengan tujuan. Pemerintah perlu memastikan adanya kontrak yang tegas dengan vendor, yang mencakup standar kualitas makanan, waktu distribusi, dan mekanisme pengawasan. Jika ada vendor yang melanggar ketentuan, sanksi harus diterapkan tanpa kompromi.

Selain itu, perlu ada kejelasan mengenai durasi program ini. Apakah MBG dirancang untuk menjadi solusi jangka panjang atau hanya langkah sementara? Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang tidak sekadar bersifat karitatif tetapi benar-benar solutif untuk meningkatkan gizi anak-anak. Rencana strategis yang mencakup tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang harus disusun untuk memastikan dampak program ini dapat dirasakan secara berkelanjutan.

Kesimpulan: Harapan Baru, Langkah Konkret

MBG adalah langkah yang baik, tetapi belum cukup kuat untuk menjadi solusi permanen. Jika dikelola dengan serius, program ini memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Namun, tanpa perencanaan matang dan keberlanjutan, MBG hanya akan menjadi langkah setengah hati.

Pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan hak mereka atas makanan bergizi. Karena masa depan bangsa ini dimulai dari piring makanan mereka hari ini.

Beberapa Rujukan

https://nasional.kompas.com/read/2025/01/06/07340531/hari-ini-program-makan-bergizi-gratis-resmi-dimulai-di-26-provinsi?

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240723/4346087/peringatan-han-2024-jadi-momentum-lindungi-anak-dari-stunting-dan-polio/?

https://indonesia.go.id/galeri/foto/462?

https://www.youtube.com/watch?v=RnW9hsuf2BM

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250107130605-92-1184530/zulhas-anggaran-makan-bergizi-gratis-bisa-tembus-rp420-t-setahun?

https://itjen.kemdikbud.go.id/web/program-makan-bergizi-gratis-langkah-strategis-pemenuhan-gizi-dan-penguatan-karakter-anak-bangsa/?

https://nasional.kompas.com/read/2025/01/06/15111781/dpr-setujui-anggaran-program-makan-bergizi-gratis-rp-71-trilun-masuk-apbn?

https://www.tribunnews.com/kesehatan/2025/01/07/setujui-angaran-rp71-triliun-ini-catatan-komisi-ix-untuk-program-makan-bergizi-gratis-hari-pertama?

https://www.kompas.com/tren/read/2024/02/22/083000565/menilik-program-makan-siang-sekolah-di-jepang-yang-dirintis-sejak-1889?

https://www.kompas.tv/internasional/492215/pelajaran-dari-india-makan-siang-gratis-tingkatkan-prestasi-siswa-tapi-luput-atasi-kekurangan-gizi?

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5290801/?

https://www.reuters.com/world/india/indias-high-food-inflation-leaves-less-lunch-boxes-poor-school-children-2024-10-11/?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun