Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menggagas Masa Depan Sehat

8 Januari 2025   14:14 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:29 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggagas Masa Depan Sehat: Menelusuri Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia

 

Di tengah tantangan gizi yang dihadapi oleh anak-anak di Indonesia, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai inisiatif yang menjanjikan untuk membangun masa depan yang lebih sehat. Dengan tujuan menyediakan akses makanan bergizi bagi anak-anak di lingkungan sekolah dan komunitas, program ini berpotensi menghadirkan dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan generasi penerus. 

Namun, pelaksanaannya kerap kali tidak sesuai harapan. Di Yogyakarta misalnya, informasi mengenai tentang keberadaan program ini masih minim. Banyak orang tua (termasuk penulis dan beberapa rekan) yang belum menyadari bahwa anak-anak mereka dapat menerima manfaat dari MBG. Ketidaktahuan ini menciptakan keraguan yang besar tentang efektivitasnya.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Selain itu, beberapa pengamat mengkritik bahwa program ini hanya berlaku secara sporadis, sehingga tidak memberikan dampak jangka panjang. Apakah cukup memberikan makanan bergizi hanya sekali dalam seminggu? Tentu saja, kita perlu menilai apakah langkah ini cukup kuat untuk melawan masalah gizi buruk yang kronis di Indonesia.

Tantangan lain yang dihadapi dalam pelaksanaan program MBG adalah kualitas dan keberagaman menu yang disediakan. Tidak jarang, makanan yang disajikan tidak memenuhi standar gizi yang diperlukan untuk anak-anak, baik dari segi kandungan karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral.

Dalam banyak kasus, menu yang monoton dan kurang bervariasi dapat menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan semua nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, kekhawatiran akan higienitas makanan juga menjadi hal penting yang tidak boleh diabaikan. Jika masyarakat tidak merasa yakin dengan keamanan dan kualitas makanan yang diberikan, maka partisipasi mereka dalam program ini pun akan berkurang. Oleh karena itu, penjaminan kualitas dan keberagaman menu adalah aspek krusial yang harus diperhatikan dalam upaya menyukseskan MBG.

Memilih Sasaran yang Tepat: Anak Sekolah vs. Ibu Hamil dan Menyusui

Saya secara pribadi lebih cenderung program ini seharusnya dialihkan kepada kelompok yang lebih membutuhkan, seperti ibu hamil dan menyusui. Kelompok ini memiliki kebutuhan gizi yang sangat tinggi untuk memastikan kesehatan diri mereka dan janin yang mereka kandung dan susui. Jika dilihat dari sudut pandang ini, MBG mungkin bisa lebih efektif jika diperuntukkan mereka yang sedang mempersiapkan generasi penerus. Hal ini sejalan dengan tesis bahwa pendidikan gizi harus dimulai dari hulu, bukan hilir.

Ibu hamil dan menyusui berada dalam fase kritis yang memerlukan asupan gizi yang optimal untuk mendukung perkembangan janin serta kesehatan mereka sendiri. Selama kehamilan, kebutuhan kalori, protein, dan mikronutrien seperti zat besi dan asam folat meningkat secara signifikan. Nutrisi yang tepat selama periode ini tidak hanya berkontribusi pada kesehatan ibu, tetapi juga menentukan kualitas perkembangan bayi.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun