Contoh nyata pendekatan ini bisa dilihat dari negara seperti Jepang dan Korea Selatan (kedua negara yang menjadi langganan masuk piala dunia), yang memulai reformasi sepak bola mereka dengan membangun sistem liga profesional yang kuat serta mendidik pelatih-pelatih lokal. Indonesia bisa mengambil inspirasi dari sana dan menyesuaikannya dengan kebutuhan lokal.
Momentum untuk Berbenah
Kepergian STY harus menjadi momen refleksi, bukan sekadar kontroversi sesaat. Federasi, pemerintah, dan masyarakat perlu bersatu untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan sepak bola.
Mulai dari transparansi dalam pengelolaan anggaran hingga membangun kepercayaan dengan publik, setiap langkah harus diarahkan pada tujuan bersama: kejayaan sepak bola Indonesia.
Penutup
STY mungkin telah pergi, tetapi pelajaran yang ia tinggalkan seharusnya menjadi bekal berharga. Sepak bola Indonesia memiliki potensi besar, namun potensi tersebut hanya bisa terwujud jika kita mampu keluar dari karut marut ini. Seperti kata pepatah, "Kemenangan besar membutuhkan kerja keras dan pengorbanan besar."Â
Semoga keputusan ini menjadi awal dari perubahan yang lebih baik, bukan sekadar episode tragis lainnya dalam sejarah panjang sepak bola nasional.
Terima kasih untuk Shin Tae-yong bersama seluruh tim yang luar biasa. Sepak bola adalah tentang dedikasi dan perjuangan, moralitas dan totalitas. Kami akan menunggu kiprah pelatih baru setelah kepergianmu.Â
Semoga ia mampu mengimbangi bahkan melebihi legitimasi yang telah engkau torehkan, jika tidak ya kami akan terus begini-begini saja: sebagai rakyat dan penggemar bola yang selalu dikecewakan oleh manajemen para pengurus sepak bola Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H