Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[KilasBalik2024]: Langkah Kecil di Tengah Kehilangan: Narasi Pengalaman Tak Terlupakan di Tahun 2024

31 Desember 2024   09:58 Diperbarui: 31 Desember 2024   09:58 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(kunjungan dua romo dan diakon kala sedang pemulihan, dokpri)

Langkah Kecil di Tengah Kehilangan: Narasi Pengalaman Tak Terlupakan di Tahun 2024

2024 menjadi tahun penuh warna bagi saya, tahun yang memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan melalui peristiwa yang penuh makna. Ada syukur, ada luka, ada kehilangan, ada kebanggaan, tetapi juga ada awal baru yang membuka peluang tak terduga. Semua itu membentuk mosaik pengalaman yang patut dikenang.

Sebuah Kejadian Sepele, Berakhir di Ruang Operasi

Segalanya bermula dari sebuah kecelakaan kecil yang sepele di depan rumah. Tidak ada yang menyangka langkah saya akan berujung pada patahnya tulang telapak kaki kiri. Kali pertama dalam hidup, saya merasakan bagaimana tubuh saya "diperbaiki" di ruang operasi. Dua jam berlalu seperti sekejap mata; saya hanya ingat terbangun di ruang transit.

Pengalaman ini membawa saya ke dunia baru yang belum pernah saya bayangkan: proses medis yang mendalam, kekuatan doa, dan pengorbanan. Tulisan tentang pengalaman ini, "Puasa Sebelum Operasi", saya bagikan di Kompasiana sebagai refleksi atas peristiwa yang mengubah cara saya memandang hidup, tentang makna puasa dan tentang persiapan batin menuju ruang operasi. Tentu bagi mereka yang pernah masuk ke ruang bedah dan menjalani operasi sudah mengerti apa yang saya maksudkan.

(Opa Salib Besar, dokpri)
(Opa Salib Besar, dokpri)

Kepergian Mereka yang Berarti

Di tengah pemulihan, duka kehilangan menyelinap. Joko Pinurbo, seorang penyair yang selalu menginspirasi, pergi untuk selamanya. Saya menulis penghormatan untuknya, "Perginya si Rindu Pulang dan Angkringan", mengenang bagaimana ia merangkai kata seperti merangkai keajaiban kecil yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Saya bahkan menulis empat tulisan tentang Jokpin.

Sebelumnya, kehilangan sudah lebih mengetuk pintu. Opa Severinus Domi, sosok senior yang sudah saya anggap seperti keluarga, berpulang. Saya yang masih di atas tempat tidur tidak bisa mengikuti semua prosesi dari awal hingga pemakamannya. Lalu Oktober membawa duka lain ketika Opa Rafael, yang biasa kami sapa Opa Salib Besar, seorang sahabat sekaligus rekan menulis, juga meninggalkan dunia ini. Tulisan saya, "Selamat Jalan, Opa Rafael: Opa Salib Besar", menjadi cara saya menghormati warisan kenangan bersama Opa dalam hidup saya. Saya bahkan menulis tentang Opa dan Oma yang setia merawat lebih dari empat artikel.

Kehilangan orang-orang terdekat selalu meninggalkan ruang kosong yang sulit diisi. Namun, cinta dan perhatian mereka tak pernah hilang. Bagi siapa pun yang kehilangan suami, istri, anak, atau orang tua, izinkan saya menyampaikan empati yang mendalam. Kehilangan secara fisik tidak akan pernah menghapus kenangan dalam hati. Cinta yang mereka tinggalkan akan terus hidup, menjadi kekuatan untuk melangkah maju. Ingatlah bahwa mereka hadir dalam setiap momen indah yang kita kenang.

Kompasiana: Sebuah Awal Baru

Menariknya, dari tempat tidur rumah sakit, saya menemukan medium baru untuk menyalurkan pikiran. Artikel pertama saya di Kompasiana, "Dua Sisi dari Sekeping: Jogetin Aja", lahir dari perenungan selama pemulihan atas peristiwa politik yang menurut saya menggelikan. Kemudian tulisan saya selanjutnya, "Arus Balik ke Dalam dan Keluar Diri", mendapat apresiasi luar biasa dan masuk sebagai Artikel Utama. Momentum ini membangkitkan semangat saya untuk terus menulis di Kompasiana, meski di profil tertulis bergabung sejak 11 September 2021, artikel pertama saya justru baru muncul pada 8 April 2024.

Selain itu 2024 juga menjadi tahun produktif bagi saya dalam menulis. Tiga bulan pertama bergabung di Kompasiana justru saya lalui dari atas tempat tidur. Salah satu inspirasi utama saya adalah Romo Mangunwijaya, yang oleh kami (yang tergabung dalam IKAFITE: Ikatan Alumni Filsafat Teologi Kentungan) sedang diperjuangkan sebagai pahlawan nasional dengan tagline: "JB Mangunwijaya: Guru Bangsa, Guru Kemanusiaan, Guru Iman." Dedikasinya pada orang-orang kecil dan tertindas begitu luar biasa. Saya bahkan sangat aktif menulis tentangnya, dan salah satu artikel saya, "Terbangkan Kembali Burung-Burung Manyar", dimuat di Kompas.id pada 18 Februari 2024 beberapa hari sebelum kecelakaan dan kemudian mendorong saya untuk menuangkan berbagai ide lewat Kompasiana (meski masih terus menulis untuk website sendiri: Bajawa Press dan beberapa media online lainnya). Semangatnya terus menginspirasi langkah saya dalam berkarya.

(foto: komsos Paroki)
(foto: komsos Paroki)

Dua Peristiwa Iman yang Mendalam

Tahun ini juga diwarnai dengan dua peristiwa iman yang sangat berkesan. Peristiwa pertama adalah ketika putra kedua saya menerima Komuni Pertama, menerima Tubuh dan Darah Kristus untuk pertama kalinya dalam hidupnya sebagai seorang Katolik. Momen ini membawa kebahagiaan yang tak terlukiskan, melihat anak saya melangkah dalam iman dengan penuh keyakinan dan cinta. Saya sendiri masih tertatih-tatih dan memaksakan diri untuk memakai sepatu agar bisa tampil yang terbaik bagi si kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun