Menyalakan Pelita Kehidupan
Life is like a light. Our soul is also a light; it has always been associated with light. Lamp has a very unique relationship with our life during many different ceremonies in life.
Kutipan di atas saya ambil dari X.com dengan akun @ Motivated_For_Life. Kata-kata ini menarik bagi saya sehingga saya merasa tertantang untuk menguraikannya dalam tulisan ini:
Cahaya selalu menjadi metafora yang kuat untuk menggambarkan kehidupan dan jiwa manusia. Dalam banyak tradisi, lampu menjadi simbol dari harapan, pencerahan, dan perjalanan spiritual. Kata-kata di atas mengundang kita untuk merefleksikan hubungan unik antara cahaya, jiwa, dan perjalanan hidup, melalui tiga perspektif: masalah, pengalaman, dan solusi.
Ketika Cahaya Meredup
Dalam perjalanan hidup, tidak jarang kita merasa kehilangan arah. Stres, kesedihan, atau rasa putus asa dapat membuat "cahaya" dalam jiwa kita meredup. Ketika ini terjadi, kehidupan tampak gelap dan penuh tantangan. Seperti lampu yang membutuhkan bahan bakar atau listrik untuk tetap menyala, jiwa kita juga memerlukan sumber energi berupa cinta, harapan, dan inspirasi.
Untuk menemukan dan menjaga sumber energi ini, kita bisa memulainya dengan merenung dan memahami apa yang benar-benar membawa kebahagiaan dalam hidup kita. Aktivitas sederhana seperti merawat tanaman atau berkebun, menulis jurnal, berbicara dengan orang-orang yang mendukung, atau beristirahat dari rutinitas yang melelahkan bisa membantu kita kembali terhubung dengan energi positif.Â
Selain itu, menjaga pola hidup sehat dengan olahraga, nutrisi seimbang, dan cukup tidur juga memainkan peran penting dalam menguatkan "bahan bakar" bagi jiwa kita. Ketidakseimbangan emosi, kurangnya koneksi spiritual, atau hilangnya makna hidup adalah beberapa penyebab utama redupnya cahaya jiwa.
Misalnya, saya pernah memilih seorang sahabat (dari segi usia mereka senior jauh, bahkan putri mereka hampir seumuran adik bungsu saya). Suatu hari, keluarga ini tiba-tiba kehilangan suami dan ayah mereka. Dialah segalanya bagi mereka. Sang putri sulung bahkan sampai berontak pada Tuhan karena merasa diperlakukan tidak adil, mengambil ayah mereka ketika mereka belum siap kehilangan. Dunia menjadi serba baru bagi mereka usai kepergian sang ayah yang mendadak.Â
Atau contoh lain misalnya, seorang mahasiswa yang gagal dalam beberapa ujian berturut-turut mungkin kehilangan rasa percaya diri dan arah hidupnya. Dia merasa putus asa karena diperlakukan oleh dosennya (meski mungkin karena kesalahannya sendiri yang kurang menyiapkan diri untuk ujian). Kondisi ini bisa membuatnya menarik diri dari pergaulan dan merasa tidak berdaya. Namun, jika dia mulai mencari bantuan, baik dari teman, dosen, atau konselor, maka proses pemulihan bisa dimulai.
Pelajaran dari Lampu Kehidupan
Lampu dalam berbagai upacara kehidupan mengajarkan kita pentingnya menjaga cahaya tetap hidup. Dalam tradisi keagamaan atau budaya, menyalakan lilin atau lampu sering melambangkan doa, harapan, dan pengabdian. Dari pengalaman ini, kita belajar bahwa cahaya bukan hanya tentang penerangan fisik, tetapi juga simbol energi yang menuntun jiwa kita.
Sebagai contoh, seseorang yang pernah menghadapi masa-masa sulit, seperti kehilangan pekerjaan atau orang tercinta, mungkin menemukan cahaya baru melalui dukungan keluarga, doa, atau aktivitas kreatif. Pengalaman ini menunjukkan bahwa ketika jiwa kita merasa gelap, ada cara untuk menyalakan kembali pelita dalam diri kita.
Atau pengalaman lain, seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam kecelakaan tragis mungkin merasa bahwa hidupnya telah gelap. Namun, melalui komunitas dukungan, ia menemukan makna baru dengan berbagi pengalamannya kepada orang lain yang menghadapi kehilangan serupa. Dengan membantu orang lain, ia berhasil menyalakan kembali pelita harapannya.