Natal fajar ini mengajak kita untuk meniru para gembala. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diajak untuk menjadikan Natal sebagai momentum mendekatkan diri kepada Kristus. Jangan biarkan kesibukan dan kekhawatiran duniawi menghalangi kita untuk mengalami damai Natal. Mari kita pergi ke Bethlehem, menemui Sang Bayi Yesus dengan hati yang sederhana dan penuh syukur.
Damai Natal dalam Keberagaman (Misa NATAL SIANG)
Bacaan I: Yesaya 52:7-10
Mazmur: Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita
Bacaan II: Ibrani 1:1-6
Bacaan Injil: Yohanes 1:1-18
Di dunia yang penuh perbedaan dan tantangan, kita sering bertanya: bagaimana kedamaian dapat diwujudkan? Bethlehem, kota kecil tempat kelahiran Kristus, menjadi simbol bahwa damai sejati dimulai dari kasih Allah yang melampaui segala perbedaan. Dalam suasana Natal, kita diajak untuk merenungkan kembali makna damai ini, terutama di tengah keberagaman bangsa kita.
Kabar Sukacita yang Universal
Yesaya 52:7-10 menggambarkan keindahan kabar sukacita yang mengumumkan damai dan keselamatan. Injil Yohanes 1:1-18 menegaskan bahwa Sang Firman telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Keduanya menunjukkan bahwa kedatangan Yesus adalah peristiwa universal yang membawa keselamatan bagi seluruh dunia, melampaui batas bangsa, suku, dan bahasa.
Kabar sukacita ini melintasi segala perbedaan dan menyatukan umat manusia dalam satu harapan. Dalam Yesus, kita melihat Allah yang merendahkan diri-Nya untuk tinggal bersama umat-Nya, menghapus segala sekat yang memisahkan manusia dari Allah dan satu sama lain.
Bethlehem: Simbol Harapan bagi Semua
Dalam konteks pluralitas bangsa Indonesia, Natal mengundang kita untuk melihat ke Bethlehem dengan perspektif yang inklusif. Bethlehem bukan hanya tempat kelahiran Sang Juru Selamat, tetapi simbol harapan bagi semua orang. Yesus lahir di dunia yang plural, dan keselamatan-Nya berlaku untuk semua manusia tanpa memandang latar belakang. Ibrani 1:1-6 menunjukkan bahwa Yesus adalah pewahyuan sempurna dari Allah, yang mengatasi segala perbedaan manusiawi.
Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadikan Natal sebagai pengingat bahwa perbedaan adalah berkat. Bethlehem mengajarkan bahwa kasih Allah mampu menjangkau siapa saja, dan sebagai umat, kita dipanggil untuk membawa harapan ini dalam kehidupan bermasyarakat.
Pluralitas sebagai Berkat
Pluralitas bangsa Indonesia mencerminkan beragam wajah Bethlehem hari ini. Dalam keberagaman kita, ada tantangan untuk merajut damai, namun Natal mengingatkan bahwa damai sejati hanya mungkin jika kita berjalan bersama menuju Kristus.
"Sekarang, mari kita pergi ke Bethlehem" menjadi ajakan untuk merayakan perbedaan dengan kasih dan saling menghormati. Kita diajak untuk membawa semangat Natal ke dalam kehidupan berbangsa, menjadikan kelahiran Yesus sebagai dasar persatuan, bukan pemisahan.
Dalam hidup sehari-hari, kita dapat mewujudkan semangat Bethlehem dengan memperkuat solidaritas dan saling pengertian. Sebagaimana para malaikat membawa kabar damai, kita pun dipanggil untuk menjadi pembawa damai di tengah masyarakat yang plural.