Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melepas Beban Masa Lalu untuk Menyambut Masa Depan

24 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 23 Desember 2024   22:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Melepas Beban Masa Lalu untuk Menyambut Masa Depan 

 

"Pak, sejak kecil saya tinggal dengan nenek. Bapak dan ibu pisah. Bapak menikah lagi sedangkan mama belum menikah lagi," kisah seorang muridku ketika saya mengizinkan dia ikut pelajaran saya meski dia memiliki keyakinan lain.

Mendapat cerita semacam itu, saya membiarkan dia berinteraksi dengan teman-temannya. Pelajaran agama kutinggalkan, ada yang lebih penting saat itu, mendengarkan kisah mereka.

Jika kita memberikan hati dan membuka telinga, anak-anak akan dengan polos mengatakan pengalaman pahit yang sudah harus mereka kunyah sejak dini. Bukankah mereka tidak pernah memilih dilahirkan dari bapak dan ibu yang akhirnya lebih mementingkan ego mereka daripada si buah hati?

Anak-anak yang tidak berdosa menjadi korban keegoisan orang tua, apapun alasannya. Anak-anak ikutan memulai jalan kelam mereka bahkan dengan ikut menyalahkan kedua orang tua, bahkan sering membuat masalah di luar rumah hanya untuk mendapatkan perhatian.

"Apapun yang terjadi tetaplah menghormati kedua orang tuamu. Justru karen mereka seperti itulah membentuk dirimu yang sekarang. Fokuskan saja pada hal-hal positif maka Anda akan melihat jalan toll sepanjang hidupmu.  

 

***

Berdasarkan kisah kecil di atas, saya mencoba mengurainya dalam perspektif psikologi tentang melepaskan beban masa lalu untuk meraih, menyambut dan menjalani hidup kita yang lebih optimis dan positif. Sikap dan tindakan optimis itulah yang akan menentukan apakah kita bisa berdamai dengan diri dan hidup kita atau tidak.

Kehidupan adalah perjalanan yang penuh liku, diwarnai oleh pengalaman dan pelajaran yang terkumpul dari waktu ke waktu. Setiap detik yang kita habiskan adalah bagian dari cerita yang membentuk diri kita saat ini. Namun, seringkali kita terjebak dalam bayang-bayang masa lalu, membiarkan kenangan-kenangan itu membebani langkah kita ke depan.

Dua kutipan yang menarik -"Your past has given you the strength and wisdom you have today, so celebrate it. Don't let it haunt you" dan "You can't reach for anything new if your hands full of yesterday's clutter"- menjadi pengingat penting bagi kita untuk merayakan masa lalu sambil tetap fokus pada masa depan, fokus pada hal-hal positif dan terang, alih-alih membenturkan diri pada jalan gelap.

Masa lalu kita adalah fondasi dari siapa kita saat ini. Setiap kegagalan dan keberhasilan, setiap pelajaran yang dipetik, telah membentuk karakter dan kepribadian kita.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Dukungan dari pengalaman tersebut memberikan kekuatan dan kebijaksanaan yang kita butuhkan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Dengan menerima masa lalu, kita dapat menghargai perjalanan yang telah kita lalui. Namun, penting bagi kita untuk tidak terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau kesalahan yang telah dilakukan.

Jika kita terus melihat ke belakang dengan penyesalan, kita akan kehilangan kesempatan untuk menikmati apa yang ditawarkan oleh hari ini. Kita kehilangan keceriaan dan moment saat ini, karena tidak bisa diulang.

Hubungan antara kedua kutipan ini menciptakan keseimbangan yang penting dalam hidup kita. Kita perlu merayakan pencapaian dan pelajaran dari masa lalu sambil melepaskan beban emosional yang menahan kita.

Ketika kita dihantui oleh pengalaman buruk, kita akan menghadapi kesulitan untuk bergerak maju. Pikiran negatif dan keraguan diri hanya akan membatasi potensi kita untuk menjelajahi hal-hal baru. Ibarat tangan yang penuh dengan barang-barang tua, kita tidak dapat meraih kebaikan baru yang datang.

Kita semua memiliki "clutter" dalam hidup kita: emosi, kenangan, dan bahkan hubungan yang tidak lagi mendukung pertumbuhan kita. Proses pembersihan ini tidak selalu mudah, tetapi penting untuk keutuhan emosional kita.

Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menciptakan ruang untuk refleksi. Luangkan waktu untuk merenungkan apa yang telah Anda pelajari dari masa lalu, lalu fokuslah pada langkah-langkah konkret yang dapat Anda ambil untuk menciptakan pengalaman baru.

Setiap hari adalah kesempatan baru yang ditawarkan oleh kehidupan. Kepada setiap individu, ada potensi tak terbatas untuk mencapai tujuan, mewujudkan impian, dan membangun masa depan yang lebih baik.

Dengan merayakan kekuatan yang diberikan oleh masa lalu dan membebaskan diri dari beban yang tidak perlu, kita siap untuk menggapai apa yang baru. Jadi, lepaskan keraguan yang menghantui dan jangan biarkan "clutter" dari kemarin menghalangi jalan menuju pencapaian hari ini.

 

Ingatlah, perjalanan hidup lebih dari sekadar tempat yang kita tuju: ini adalah tentang siapa kita menjadi dalam proses itu. Dengan semangat merayakan perjalanan Anda dan dengan tangan yang siap meraih sesuatu yang baru, tidak ada yang dapat menghentikan Anda untuk mewujudkan potensi terbaik dalam diri Anda.

Ayo, mulai langkah baru hari ini dan ciptakan masa depan yang Anda impikan! Jika Anda pernah mengalami pengalaman kelam akibat kesalahan kedua orang tua Anda, fokuslah pada rasa syukur akan keberadaan Anda, akan kelahiran Anda. Karena Anda dilahirkan oleh suatu tujuan mulia dari Penciptamu. Jangan biarkan diri Anda terbelenggu oleh satu titik hitam akibat dosa kedua orang tua Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun