MENGURAI BENANG KUSUT PPN 12%: KEUNTUNGAN NEGARA YANG MENGGADAIKAN KESULITAN RAKYAT
Dalam permainan tarik-tambang antara kebijakan pemerintah dan kesejahteraan rakyat, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% dari sebelumnya 11% menjadi sorotan. Sebuah kebijakan yang diumumkan sebagai langkah peningkatan penerimaan negara, namun membawa dampak meluas yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya mereka yang membeli barang mewah. Ini adalah cerita tentang dampak yang diabaikan dan kesulitan yang digadaikan dari PPN 12%.
Efek Domino pada Harga Barang Pokok
Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan peningkatan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% dari sebelumnya 11%. Meski regulasi ini secara eksplisit ditujukan pada barang mewah, dampaknya tak hanya dirasakan oleh orang yang membeli barang mewah.
Efek domino dari peningkatan PPN ini akan merambat ke semua lapisan masyarakat dan berbagai sektor ekonomi. Salah satu contoh yang paling jelas adalah kenaikan harga barang kebutuhan pokok.
Meskipun PPN untuk barang semacam ini tidak dinaikkan, namun kenaikan PPN untuk barang mewah dapat mendorong kenaikan harga bahan baku, yang pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Hal ini tentu saja akan memberatkan masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Beban Tambahan di Sektor Perumahan
Selanjutnya, kenaikan PPN juga berdampak pada sektor perumahan. PPN untuk jasa konstruksi dan bahan bangunan dinaikkan, yang berarti biaya membangun rumah juga akan naik. Ini tentu saja menjadi beban tambahan bagi masyarakat yang sedang berencana membangun rumah.
Belum lagi bagi mereka yang telah memiliki kredit perumahan, karena kenaikan PPN ini berpotensi mendorong kenaikan suku bunga kredit.
Peningkatan biaya ini tidak hanya berdampak pada mereka yang berencana membangun rumah, tetapi juga pada industri properti secara luas. Dengan biaya konstruksi yang lebih tinggi, harga jual properti diprediksi juga akan melonjak.
Hal ini tentu saja akan mempengaruhi daya beli konsumen dan bisa jadi akan menghambat penjualan properti. Jika penjualan properti terhambat, ini juga berpotensi mempengaruhi sektor pekerjaan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan industri properti.