Antara Kelahiran dan Kehilangan, Kita Diajarkan Untuk Menghargai Setiap Detik Hidup
Â
Pulang dari memandu renungan Adven di lingkungan, saya tertarik mengakhiri hari ini dengan tulisan tentang syukur atas kelahiran dan sedih atas kematian.
Pada hari yang penuh makna ini, umat Katolik di seluruh dunia merayakan kelahiran Paus Fransiskus yang ke-88. Di sisi lain, kita juga berduka atas meninggalnya Mgr Michael Angkur OFM, uskup emeritus keuskupan Bogor, yang berusia 87 tahun. Melalui dua momen ini, mari kita renungkan tentang keabadian hidup, kasih Allah yang tiada henti, dan bagaimana kita dapat menemukan kekuatan di tengah kebahagiaan dan kesedihan.
Kelahiran Seorang Pemimpin
Pada hari ini, kita diingatkan akan dua wajah kehidupan: wajah yang bersinar dengan penuh keceriaan dan wajah yang berduka namun tetap penuh harapan. Paus Fransiskus, seorang pemimpin yang kita cintai, telah menghabiskan hampir sembilan dekade dalam melayani umat Allah.
Ia telah menunjukkan kepada kita arti kasih, kerendahan hati, dan pengabdian. Melalui ajarannya, ia mengajak kita untuk mencintai satu sama lain, untuk merangkul perbedaan, dan untuk tidak melupakan mereka yang kurang beruntung.
Pesan-pesan beliau selalu memberi inspirasi, dan hari ini, kita berkumpul dalam rasa syukur untuk kehidupan dan jasanya.
Salah satu ensikliknya yang paling relevan, "Fratelli Tutti," menekankan pentingnya persaudaraan dan solidaritas antar manusia. Dalam ensiklik ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan penuh kasih, di mana setiap individu, tanpa memandang status atau latar belakangnya, diperlakukan dengan martabat dan penghormatan.
Ia menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan global, termasuk kemiskinan dan ketidakadilan, kita semua memiliki kewajiban untuk saling mendukung dan bekerja sama demi kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, semangat persaudaraan yang ditekankan dalam "Fratelli Tutti" mencerminkan panggilan kita untuk terus mencintai dan melayani satu sama lain di dunia yang sering kali terpecah belah.
Kesedihan Atas Kehilangan
Namun, di saat yang bersamaan, kita juga merasakan kepedihan yang mendalam atas kepergian Mgr Michael Angkur. Seorang gembala yang telah membawa cahaya iman dalam hidup banyak orang di Indonesia, khususnya di Manggarai. Mgr Michael adalah sosok yang menunjukkan konsistensi dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan Allah.
Dalam kehidupan dan karya beliau, kita melihat bagaimana kasih Kristus diterjemahkan dalam tindakan nyata. Beliau telah menginspirasi banyak umat untuk lebih dekat dengan Tuhan, serta memperjuangkan keadilan dan perdamaian.
Selama masa kepemimpinannya sebagai Provinsial Ordo Fratrum Minorum (OFM) dan kemudian sebagai Uskup Bogor, Mgr Michael Angkur mengajarkan kita arti dari kesederhanaan dan berbagi. Ia selalu menekankan pentingnya mengikuti teladan St. Fransiskus dari Assisi dalam menyayangi ciptaan dan hidup bersahaja.
Beliau mendorong umat untuk tidak hanya memprioritaskan kehidupan spiritual, tetapi juga aktif terlibat dalam kesejahteraan sosial masyarakat. Dengan sepenuh hati, Mgr Michael berjuang untuk keadilan sosial dan membantu mereka yang tertindas.
Ajarannya mengajak kita untuk melihat setiap orang sebagai saudara dan saudari dalam Kristus, serta berupaya untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik dan penuh kasih bagi semua.
Memahami Siklus Hidup
Dalam momen-momen seperti ini, kita diundang untuk merenungkan bahwa kehidupan adalah rangkaian dari kelahiran dan kematian. Keduanya merupakan bagian dari rencana besar Tuhan.
Kelahiran seorang pemimpin seperti Paus Fransiskus membawa harapan dan cahaya bagi banyak orang, sementara kepergian seorang uskup bermartabat seperti Mgr Michael Angkur menjadi pengingat bahwa setiap individu memiliki waktu yang ditentukan untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Kehidupan kita di dunia ini adalah perjalanan. Dalam perjalanan ini, kita terkadang merasakan kegembiraan yang luar biasa, tetapi tidak jarang kita juga dihadapkan pada kesedihan.
Namun, sebagai umat Katolik, kita diajarkan untuk tetap bersandar pada iman kita. Yesus sendiri memberi contoh bagaimana menghadapi kesedihan ketika Dia menangisi kematian sahabat-Nya, Lazarus.
Dalam momen tersebut, Dia menunjukkan bahwa ada kekuatan dalam mengizinkan diri kita merasakan kesedihan, sekaligus percaya pada kebangkitan dan harapan yang baru.
Meneladani Gembala Kita
Saat kita merayakan kelahiran Paus Fransiskus, mari kita jadikan ini sebagai momen untuk merenungkan kembali panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Apa yang bisa kita pelajari dari contoh hidupnya?
Bagaimana kita dapat menjadi gembala-gembala yang baik bagi sesama kita, sama seperti yang diajarkan oleh Mgr Michael Angkur selama masa hidupnya? Setiap dari kita dipanggil untuk menjadi tangan dan kaki Kristus di bumi ini, untuk melayani, mencintai, dan menolong satu sama lain, terutama dalam masa-masa sukar.
Harapan dalam Kehilangan
Di tengah kehilangan, kita juga diingatkan akan janji Tuhan akan kehidupan kekal. Apa yang kita anggap sebagai akhir sebenarnya adalah awal dari sesuatu yang baru di hadapan Sang Ilahi.
Kematian bukanlah hal yang menakutkan, melainkan sebuah penggalan dari perjalanan kita menuju persekutuan abadi dengan Allah. Mgr Michael Angkur kini telah kembali ke pangkuan-Nya, di mana setiap air mata dan jerih payahnya di bumi ini berbuah dalam sukacita abadi di surga.
Harapan dalam kehilangan mengajarkan kita untuk melihat melalui lensa iman, bahwa setiap duka dan kesedihan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Setiap orang yang kita cintai yang telah pergi meninggalkan kita tidak hanya meninggalkan kesedihan, tetapi juga warisan kasih, nilai, dan ajaran yang terus hidup dalam hati kita.
Harapan ini memberi kita kekuatan untuk melanjutkan perjalanan, untuk merayakan hidup yang telah diberikan kepada mereka, dan untuk menjalankan visi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan harapan, kita memahami bahwa meskipun tubuh fisik kita terpisah, jiwa kita tetap terhubung dalam kasih dan persekutuan yang tak hilang oleh waktu.
Kita diingatkan bahwa setiap perjalanan menuju keabadian adalah suatu pengantaran kepada kebahagiaan yang abadi, di mana kita akan bertemu kembali dengan mereka yang kita cintai dalam pelukan kasih Ilahi.
Merayakan Hidup yang Diberikan
Mari kita menengadah dan merayakan hidup yang diberikan Tuhan kepada kita. Mari kita ingat bahwa setiap hari adalah hadiah, dan bahwa kita diundang untuk menjalani hidup ini dengan penuh kasih, pengharapan, dan iman.
Saat kita menjaga roh kepemimpinan Paus Fransiskus dan melakukan yang terbaik untuk meneruskan warisan Mgr Michael Angkur, kita akan menjadi saksi nyata bagi kasih Allah yang tiada akhir.
Sebagai umat Katolik, biarkan kita bersatu dalam doa, mendoakan kedua gembala kita: Paus Fransiskus dalam perayaannya dan Mgr Michael dalam ingatan kita.
Mari kita terus berjuang dalam iman, cinta, dan pelayanan, sehingga kehidupan kita pun dapat menjadi berkat bagi orang lain. Di tengah suka dan duka, mari kita ingat bahwa kita semua adalah anak-anak Allah, dipanggil untuk hidup dalam kasih dan pengharapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H