Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Kelahiran dan Kehilangan, Kita Diajarkan Untuk Menghargai Setiap Detik Hidup

18 Desember 2024   22:06 Diperbarui: 18 Desember 2024   22:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Mgr Michael Angkur, OFM, foto: sesawi.net)

Dalam kehidupan dan karya beliau, kita melihat bagaimana kasih Kristus diterjemahkan dalam tindakan nyata. Beliau telah menginspirasi banyak umat untuk lebih dekat dengan Tuhan, serta memperjuangkan keadilan dan perdamaian.

Selama masa kepemimpinannya sebagai Provinsial Ordo Fratrum Minorum (OFM) dan kemudian sebagai Uskup Bogor, Mgr Michael Angkur mengajarkan kita arti dari kesederhanaan dan berbagi. Ia selalu menekankan pentingnya mengikuti teladan St. Fransiskus dari Assisi dalam menyayangi ciptaan dan hidup bersahaja.

Beliau mendorong umat untuk tidak hanya memprioritaskan kehidupan spiritual, tetapi juga aktif terlibat dalam kesejahteraan sosial masyarakat. Dengan sepenuh hati, Mgr Michael berjuang untuk keadilan sosial dan membantu mereka yang tertindas.

Ajarannya mengajak kita untuk melihat setiap orang sebagai saudara dan saudari dalam Kristus, serta berupaya untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik dan penuh kasih bagi semua.

Memahami Siklus Hidup

Dalam momen-momen seperti ini, kita diundang untuk merenungkan bahwa kehidupan adalah rangkaian dari kelahiran dan kematian. Keduanya merupakan bagian dari rencana besar Tuhan.

Kelahiran seorang pemimpin seperti Paus Fransiskus membawa harapan dan cahaya bagi banyak orang, sementara kepergian seorang uskup bermartabat seperti Mgr Michael Angkur menjadi pengingat bahwa setiap individu memiliki waktu yang ditentukan untuk kembali kepada Sang Pencipta.

Kehidupan kita di dunia ini adalah perjalanan. Dalam perjalanan ini, kita terkadang merasakan kegembiraan yang luar biasa, tetapi tidak jarang kita juga dihadapkan pada kesedihan.

Namun, sebagai umat Katolik, kita diajarkan untuk tetap bersandar pada iman kita. Yesus sendiri memberi contoh bagaimana menghadapi kesedihan ketika Dia menangisi kematian sahabat-Nya, Lazarus.

Dalam momen tersebut, Dia menunjukkan bahwa ada kekuatan dalam mengizinkan diri kita merasakan kesedihan, sekaligus percaya pada kebangkitan dan harapan yang baru.

Meneladani Gembala Kita

Saat kita merayakan kelahiran Paus Fransiskus, mari kita jadikan ini sebagai momen untuk merenungkan kembali panggilan kita sebagai pengikut Kristus. Apa yang bisa kita pelajari dari contoh hidupnya?

Bagaimana kita dapat menjadi gembala-gembala yang baik bagi sesama kita, sama seperti yang diajarkan oleh Mgr Michael Angkur selama masa hidupnya? Setiap dari kita dipanggil untuk menjadi tangan dan kaki Kristus di bumi ini, untuk melayani, mencintai, dan menolong satu sama lain, terutama dalam masa-masa sukar.

Harapan dalam Kehilangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun