Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Terjebak dalam Lingkaran Kematian?

16 Desember 2024   09:28 Diperbarui: 16 Desember 2024   09:28 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, reformasi dalam kebijakan publik juga sangat diperlukan. Pengembangan sistem yang lebih sadar akan keadilan sosial, terutama dalam hal akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan lapangan pekerjaan, dapat menjadi pendorong perubahan positif.

Ketika semua anggota masyarakat memiliki kesempatan yang setara, ketidakpuasan dan frustasi yang sering memicu perilaku kekerasan akan berkurang. Oleh karena itu, upaya kolaboratif antara lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil sangat krusial untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kedamaian dan saling menghormati.

Tokoh utama dalam teori sosial yang banyak membahas tentang ketidakadilan sosial dan kekuasaan adalah Karl Marx. Teorinya mengenai konflik kelas menunjukkan bagaimana struktur sosial yang tidak adil dapat memicu perilaku agresif dan kekerasan.

Melalui lensanya, kita bisa memahami bahwa perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan adalah langkah yang sangat penting dalam mengurangi perilaku kekerasan dalam masyarakat.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Tinjauan Antropologis: Mereformulasi Nilai-Nilai Kebudayaan

Antropologi mengajarkan kita bahwa perilaku manusia tidak terlepas dari latar belakang budaya. Dalam beberapa budaya, nilai-nilai tertentu dapat mendorong perilaku kekerasan sebagai bentuk pelindung diri atau pemeliharaan kehormatan.

Misalnya, gagasan bahwa "kejantan" atau "kekuatan" diekspresikan melalui kekerasan telah menjadi norma di beberapa kelompok komunal. Perkembangan masyarakat modern harus terus menerus berupaya untuk merefleksikan dan menilai nilai-nilai yang mendasari tindakan kekerasan ini.

Untuk memutus mata rantai kekerasan dari perspektif antropologi, penting bagi masyarakat untuk mengevaluasi dan mereformulasi nilai-nilai budaya yang mungkin mendukung perilaku agresif.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah melalui pendidikan budaya yang kritis, yang menyoroti dampak negatif dari norma-norma kekerasan dan bagaimana nilai-nilai alternatif bisa mengedepankan kedamaian, hormat, dan kerjasama.

Misalnya, mengembangkan narasi baru yang menekankan pentingnya dialog sebagai sarana penyelesaian konflik, serta mengedukasi generasi muda tentang nilai-nilai empati, toleransi, dan pengertian, dapat membantu mengubah pandangan mereka terhadap kekerasan.

Pendekatan ini juga mencakup penggunaan seni, sastra, dan media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan damai dan menantang stereotip yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun