Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keluarga Berziarah dalam Harapan

15 Desember 2024   06:35 Diperbarui: 15 Desember 2024   06:43 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Santo Paulus menekankan pentingnya bersukacita dalam semua keadaan, dan bahwa sukacita sejati berasal dari hubungan yang dekat dengan Tuhan melalui doa.

Mari kita berkomitmen (sebagai keluarga) untuk menjalin komunikasi yang baik, dimulai dengan doa bersama. Ketika keluarga berdoa, mereka membuka diri untuk menerima damai sejahtera Allah, yang menguatkan harapan mereka.

Sukacita bukan hanya sekadar perasaan, tetapi juga sebuah pilihan yang harus kita ambil dalam perjalanan hidup kita bersama.

Selain itu, penting bagi kita untuk ingat bahwa sukacita dan pengharapan tidak selalu berarti absennya kesulitan atau tantangan. Justru di tengah-tengah tantangan itulah, kita seringkali menemukan makna dan kekuatan sejati dari pengharapan dan sukacita.

Sebagai keluarga, kita harus menjadikan setiap kesempatan, baik mudah maupun sulit, sebagai momen untuk bersama-sama memperdalam ketergantungan kita pada Tuhan dan satu sama lain.

Dengan demikian, kita bukan hanya mengejar kebahagiaan sesaat, tetapi juga membangun sebuah kebersamaan yang kokoh yang dihiasi dengan kasih dan pengharapan yang tak pernah pudar.

Dengan cara ini, kita memilih untuk bersukacita, tidak hanya dalam keadaan baik, tetapi juga dalam segala keadaan.

3. Menghadapi Tantangan dengan Sukacita (Lukas 3:10-18)

Injil Lukas memberikan sketsa tantangan yang dihadapi oleh masyarakat ketika Yohanes Pembaptis menyeru pertobatan. Ia memanggil setiap orang untuk berbagi dan berbuat baik.

Kita (keluarga) diajarkan untuk saling menolong dan berbagi beban. Ketika kita menghadapi tantangan, seperti perubahan atau kesulitan, keceriaan kita sebagai orang percaya harus terpancar melalui tindakan kita.

Kita dapat menciptakan suasana yang penuh harapan dengan menjadi berkat bagi satu sama lain, mengingatkan bahwa ada Tuhan yang selalu menyertai kita.

Pertanyaan yang diajukan kepada Yohanes Pembaptis, "Apa yang harus kami lakukan?" mencerminkan keinginan yang mendalam untuk berubah dan bertobat. Sebagai keluarga, pertanyaan ini dapat diartikan sebagai tantangan bagi kita untuk terus belajar dan beradaptasi, untuk menjadi lebih baik dalam berbagi dan berbuat baik. Hal ini tidak hanya berlaku dalam menghadapi kesulitan, tetapi juga dalam merayakan kebahagiaan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun