Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teh Lokal di Kedai Teteh Rina

5 Desember 2024   20:30 Diperbarui: 5 Desember 2024   20:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teteh Rina tertawa. "Namanya memang unik, nak. Karena teh ini disajikan dalam poci. Poci adalah teko kecil yang terbuat dari tanah liat. Setiap teguk membawa rasa yang berbeda! Selain itu, ada juga cerita bahwa poci ini bisa membawa keberuntungan!"

Budi yang mendengar itu langsung bersemangat. "Dari pada kita bingung menentukan pilihan, lebih baik kita ambil saja dua poci teh ini, satu teh Poci dan satu kopi Rina!" ujarnya.

"Eh, kamu maksud kopi? Kenapa tidak hanya fokus pada teh?" Andi protes sembari menggoyangkan kepala. "Kita ini di kedai teh, Budi."

Teteh Rina yang mendengar perdebatan kecil itu hanya bisa tertawa geli. "Tenang saja, nak. Teh dan kopi bisa berdampingan. Mari kita coba."

Setelah beberapa menit, Teteh Rina kembali membawa dua poci kecil. "Ini dia, Teh Poci dan Kopi Rina. Nikmatilah, ya!"

Andi dan Budi saling menatap dengan penasaran. Mereka memegang poci kecil itu dan mulai menghirup aromanya. "Wow, aromanya segar sekali!" seru Budi.

(Ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(Ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Mereka pun mulai mencicipi. Ketika Andi merasakan Teh Poci, matanya berbinar. "Ini luar biasa! Rasanya begitu lembut dan natural!"

Budi, yang sudah mencicipi Kopi Rina, berteriak, "Dan ini, sepertinya bisa bikin kita terbang ke bulan, Andi!"

Teteh Rina menambahkan, "Kembangan di dalam kedai ini membuat semua orang seperti terbang, nak. Nikmati saja!"

Namun, kebingungan muncul ketika mereka berdua tiba-tiba berdebat tentang siapa yang harus membayar. "Saudaraku, aku yang memilih Teh Poci. Jadi, seharusnya kamu yang membayar," kata Andi.

"Tapi aku juga ingin Kopi Rina! Ini semua salahmu karena menggoda aku untuk mencobanya!" balas Budi, tidak mau kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun