Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Job Fair: Jembatan atau Jeratan?

29 November 2024   08:49 Diperbarui: 29 November 2024   09:07 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Job Fair: Jembatan atau Jeratan?
Menelisik Realitas di Balik Kesempatan Kerja

 

Dalam pencarian pekerjaan yang kadang tak terduga, job fair sering kali dianggap sebagai harapan baru bagi banyak pencari kerja. Namun, di balik hiruk-pikuk acara ini, terdapat tantangan besar yang mengintai, sebuah jurang antara keterampilan yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Sementara itu, berita tentang penipuan yang menggunakan job fair sebagai kedok semakin memperuncing ketidakpastian di dunia kerja. Apakah job fair benar-benar solusi untuk mengatasi pengangguran, atau justru menjadi jebakan bagi para pencari kerja?

Pengalaman Berbeda di Job Fair

Job fair dapat menjadi jembatan yang menghubungkan pencari kerja dengan dunia profesional. Di satu sisi, interaksi langsung antara pencari kerja dan perusahaan ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kebutuhan industri. Namun, pengalaman yang diperoleh saat mengikuti acara ini bervariasi. Ada yang pulang dengan optimisme baru setelah menerima panggilan wawancara, tetapi banyak pula yang merasa kecewa ketika tidak menemukan pekerjaan yang sesuai.

Dalam konteks ini, tantangan utama adalah ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki oleh pencari kerja dengan kebutuhan riil perusahaan. Banyak lulusan perguruan tinggi yang masih minim keterampilan praktis, sehingga mereka kesulitan untuk bersaing di pasar kerja yang semakin ketat.

Job Fair Mingguan: Solusi atau Beban?

Ada anggapan bahwa menyelenggarakan job fair setiap minggu adalah solusi yang tepat untuk meningkatkan peluang kerja. Meskipun terlihat menarik, tanpa persiapan yang matang, acara yang terlalu sering dapat berdampak kontraproduktif. Banyaknya job fair tanpa pengawasan yang ketat hanya akan memperbesar peluang munculnya penipuan berkedok lowongan kerja, seperti yang dialami 77 mahasiswa yang ingin bekerja di Jerman (detik.com: Babak Baru Kasus 77 Mahasiswa Korban TPPO Ferienjob ke Jerman). Untuk itu, penting bagi penyelenggara job fair memastikan kredibilitas perusahaan peserta. 

Menyelenggarakan job fair setiap minggu bisa dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan peluang kerja, namun perlu diingat bahwa tanpa persiapan yang matang dan pengawasan yang ketat, ini bisa menjadi kontraproduktif. Pencari kerja harus memahami pentingnya melakukan riset mendalam sebelum menghadiri acara tersebut. 

Salah satu solusi praktis bagi para pencari kerja adalah dengan mengandalkan platform resmi yang dikelola oleh pemerintah, seperti Dinas Tenaga Kerja, untuk memperoleh informasi tentang job fair yang aman dan terpercaya. Selain itu, penerapan sistem registrasi untuk perusahaan yang ingin berpartisipasi dapat membantu memastikan hanya perusahaan yang memiliki reputasi baik yang dapat hadir. 

Dengan cara ini, mahasiswa atau pencari kerja dapat mengurangi risiko bertemu dengan perusahaan penipuan yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam masalah, seperti yang terjadi pada kasus 77 mahasiswa yang tertipu oleh tawaran pekerjaan di Jerman.

Selanjutnya, penting bagi pencari kerja untuk kritis dalam memilih tawaran kerja yang mereka terima. Mereka harus memperhatikan detail lowongan, seperti deskripsi pekerjaan, kualifikasi yang dibutuhkan, serta reputasi perusahaan yang menawarkan posisi tersebut. Mengerjakan riset di internet atau bertanya kepada alumni yang pernah bekerja di perusahaan tersebut bisa memberikan gambaran yang lebih jelas. 

Pencari kerja juga harus mewaspadai tawaran yang terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan dan mengedepankan transparansi, seperti meminta informasi resmi terkait kontrak kerja, gaji, dan benefit lainnya. Dengan langkah-langkah ini, pencari kerja dapat melindungi diri mereka dari praktik penipuan sambil tetap mengeksplorasi peluang kerja yang layak.

(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)

Peran Strategis Pemerintah

Dalam konteks ini, pemerintah memegang peran yang sangat krusial. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil antara lain:

Pertama, Peningkatan Sistem Pendidikan dan Pelatihan. Kurikulum pendidikan harus diselaraskan dengan kebutuhan industri. Program pelatihan berbasis keterampilan (vocational training) juga perlu diperluas untuk menjamin kesiapan tenaga kerja.

Peningkatan sistem pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk memastikan bahwa tenaga kerja memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini dapat dicapai melalui penyesuaian kurikulum di lembaga pendidikan, baik di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi, sehingga materi yang diajarkan relevan dengan tuntutan pasar.

Misalnya Kurikulum Berbasis Industri. Sebagai contoh, universitas teknik dapat bekerja sama dengan perusahaan teknologi untuk mengembangkan kurikulum yang mencakup bahasa pemrograman terkini yang digunakan di industri, serta proyek nyata yang memungkinkan mahasiswa menerapkan apa yang telah dipelajari dalam konteks praktis. Misalnya, program studi Teknik Informatika dapat bekerjasama dengan startup lokal untuk memberikan projek pengembangan aplikasi yang nyata kepada mahasiswa.

Atau Program Pelatihan Berbasis Keterampilan. Program pelatihan berbasis keterampilan (vocational training) seperti sekolah vokasi atau pelatihan kerja juga perlu diperluas. Misalnya, program pelatihan di bidang otomotif yang menawarkan kursus praktik langsung di bengkel dengan instruktur yang berpengalaman di industri otomotif. Ini memberikan siswa keterampilan langsung yang mereka butuhkan untuk masuk ke dunia kerja dengan percaya diri.

Kedua, Penguatan Lembaga Sertifikasi. Sertifikasi kompetensi harus menjadi standar guna mempersiapkan tenaga kerja menghadapi persaingan global.

Penguatan lembaga sertifikasi sangat penting untuk memberikan pengakuan formal terhadap keterampilan dan kemampuan tenaga kerja. Sertifikasi kompetensi menjadikan tenaga kerja lebih percaya diri dan berdaya saing di pasar global, serta memberikan jaminan bagi perusahaan bahwa pegawai yang mereka rekrut memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.

Misalnya, Sertifikasi Profesional di Bidang Teknologi Informasi. Lembaga seperti Cisco dan Microsoft menawarkan sertifikasi yang diakui secara internasional seperti Cisco Certified Network Associate (CCNA) dan Microsoft Certified Solutions Expert (MCSE).

Dengan memiliki sertifikasi ini, seorang profesional IT menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengelola infrastruktur jaringan dan sistem informasi. Banyak perusahaan di seluruh dunia mencari kandidat dengan sertifikasi ini sebagai salah satu syarat dalam rekrutmen, karena sertifikasi memberikan bukti konkret dari kompetensi yang dimiliki.

Atau contoh lain, Sertifikasi di Sektor Konstruksi. Di Indonesia, lembaga sertifikasi seperti Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menawarkan sertifikasi bagi tenaga kerja di sektor konstruksi, seperti sertifikasi ahli konstruksi dan teknik sipil. Mengantongi sertifikasi ini memberikan jaminan bahwa individu tersebut telah memenuhi standar kompetensi yang diharapkan oleh industri konstruksi, dan ini sering menjadi syarat untuk terlibat dalam proyek-proyek besar, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Dengan memperkuat lembaga sertifikasi dan memastikan program-program mereka relevan dengan kebutuhan industri, tenaga kerja dapat lebih siap bersaing di pasar yang semakin terintegrasi secara global.

Ketiga, Peningkatan Transparansi Job Fair. Pemerintah perlu menyediakan platform resmi yang mengintegrasikan informasi lowongan kerja dari perusahaan terpercaya.

Peningkatan transparansi Job Fair sangat penting untuk memastikan bahwa informasi lowongan kerja yang tersedia adalah akurat dan reliabel. Dengan demikian, calon pegawai dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keterampilan mereka.

Misalnya, 1) Platform Resmi Lowongan Kerja. Pemerintah dapat menciptakan platform resmi yang mengintegrasikan informasi lowongan kerja dari perusahaan terpercaya. Platform ini dapat memberikan akses langsung kepada calon pegawai untuk melihat dan mendaftar lowongan kerja yang tersedia.

Contohnya, platform seperti "JobFair.id" yang dikembangkan oleh Kementerian Tenaga Kerja Indonesia (Kemenakertrans) memberikan akses kepada calon pegawai untuk melihat dan mendaftar lowongan kerja dari perusahaan terpercaya di Indonesia.

2) Data Accurate and Up-to-Date. Platform resmi ini harus memiliki data yang akurat dan up-to-date tentang lowongan kerja. Data harus diupdate secara berkala untuk memastikan bahwa informasi yang tersedia adalah sesuai dengan kebutuhan pasar.

Contohnya, platform JobFair.id memberikan fitur "Job Alert" yang memungkinkan calon pegawai untuk menerima notifikasi tentang lowongan kerja yang sesuai dengan keterampilan dan bakat mereka.

3) Verifikasi Perusahaan. Platform resmi juga harus memiliki verifikasi perusahaan yang teliti untuk memastikan bahwa perusahaan yang menawarkan lowongan kerja adalah terpercaya dan tidak melakukan praktik-praktik tidak etis seperti mencari biaya dari calon pegawai.

Contohnya, platform JobFair.id memberikan fitur "Company Verification" yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan verifikasi identitas dan keterjangkauan.

Dengan meningkatkan transparansi Job Fair, pemerintah dapat memastikan bahwa calon pegawai memiliki akses yang lebih luas kepada informasi lowongan kerja yang akurat dan reliabel, serta memungkinkan perusahaan untuk menemukan kandidat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keempat, Insentif bagi Perusahaan yang Mengadakan Pelatihan. Memberikan insentif bagi perusahaan yang bersedia melatih tenaga kerja baru adalah langkah strategis untuk mengurangi ketidaksesuaian kompetensi.

Memberikan insentif kepada perusahaan yang bersedia melatih tenaga kerja baru merupakan langkah strategis dalam mengatasi kesenjangan keterampilan yang ada di pasar kerja. Dengan insentif ini, perusahaan akan lebih termotivasi untuk berinvestasi dalam pengembangan keterampilan karyawan mereka, sehingga meningkatkan kualitas tenaga kerja secara keseluruhan.

Contohnya bisa melalui 1) Pengurangan Pajak. Pemerintah dapat memberikan potongan pajak atau insentif fiskal kepada perusahaan yang mengadakan program pelatihan untuk karyawan baru. Misalnya, sebuah perusahaan manufaktur yang mengadakan pelatihan tentang teknik produksi modern dapat memperoleh potongan pajak sebesar 20% dari biaya pelatihan yang dikeluarkan.

2)Subsidi Pembiayaan Pelatihan. Pemerintah juga dapat memberikan subsidi untuk biaya pelatihan yang diadakan oleh perusahaan. Misalnya, jika perusahaan pelatihan menghabiskan Rp 100 juta untuk pelatihan, pemerintah dapat memberikan subsidi Rp 50 juta sebagai dukungan untuk meringankan beban biaya.

3) Program Sertifikasi. Perusahaan yang melatih karyawan baru dan berhasil mendapatkan sertifikasi kompetensi dapat diberikan sertifikat atau pengakuan resmi dari pemerintah yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Misalnya, jika sebuah perusahaan IT melatih karyawan dalam teknologi baru dan berhasil membuat karyawan tersebut mendapatkan sertifikasi internasional, perusahaan tersebut dapat diakui sebagai pusat pelatihan terakreditasi.

Dengan memberikan insentif, perusahaan diharapkan akan lebih proaktif dalam mengadakan pelatihan dan pengembangan, yang pada gilirannya akan membantu mengurangi ketidaksesuaian kompetensi yang sering menjadi masalah dalam pasar kerja.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Sektor Potensial untuk Penyerapan Tenaga Kerja

Beberapa sektor penting yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan perlu mendapat perhatian khusus meliputi:

Pertama, Sektor Teknologi Informasi. Daya tarik sektor ini semakin meningkat seiring dengan era digitalisasi yang sedang berlangsung.

Sektor teknologi informasi (TI) menjadi salah satu yang paling menarik seiring dengan percepatan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan. Transformasi digital telah mendorong berbagai industri untuk mengadopsi teknologi baru, yang menciptakan permintaan tinggi bagi para profesional TI, baik di bidang pengembangan perangkat lunak, keamanan siber, analisis data, maupun layanan berbasis cloud.

Misalnya, Perusahaan rintisan (startup) dalam bidang fintech telah berkembang pesat dan menciptakan banyak lapangan kerja untuk pengembang perangkat lunak dan analis data. Contohnya, perusahaan seperti Gojek dan Tokopedia yang telah mengubah cara orang bertransaksi, membutuhkan tenaga kerja di bidang TI untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk mereka.

Kedua, Sektor Pariwisata. Dengan strategi pemasaran yang baik, sektor ini berpotensi membuka peluang kerja baru, terutama di daerah.

Sektor pariwisata memiliki potensi yang besar untuk menciptakan lapangan kerja, terutama di daerah yang kaya akan sumber daya alam dan budaya. Melalui strategi pemasaran yang efektif, daerah-daerah tersebut dapat menarik lebih banyak wisatawan, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai layanan, mulai dari perhotelan hingga pemandu wisata.

Contoh konkret adalah kemunculan program wisata berbasis komunitas di Bali, di mana masyarakat lokal dilibatkan dalam memberikan pengalaman budaya kepada wisatawan. Melalui pemasaran digital yang tepat, seperti penggunaan media sosial, komunitas-komunitas ini dapat menarik perhatian wisatawan mancanegara dan menciptakan peluang kerja untuk pemandu wisata lokal, pengrajin, dan pelaku usaha kecil.

Ketiga, Sektor Manufaktur dan Agribisnis. Kedua sektor tersebut memiliki kapasitas besar untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan.

Baik sektor manufaktur maupun agribisnis memiliki kapasitas yang besar untuk menyerap tenaga kerja. Sektor manufaktur menyediakan pekerjaan di berbagai lapangan, termasuk produksi, perakitan, dan distribusi barang. Sementara itu, agribisnis melibatkan seluruh rantai nilai dari produksi pertanian hingga pengolahan dan penjualan produk, yang juga menciptakan banyak lapangan kerja.

Contoh di sektor manufaktur bisa dilihat pada industri otomotif di Indonesia, seperti pabrik otomotif Toyota atau Honda yang terus memperluas operasionalnya dan membutuhkan puluhan ribu pekerja dalam bidang produksi. Di sisi agribisnis, keberadaan perusahaan-perusahaan seperti Indofood yang bergerak dalam pengolahan makanan, membuka peluang bagi petani lokal untuk menjalin kemitraan dan para pekerja untuk terlibat dalam proses pengolahan dan distribusi produk.

Dengan mengembangkan dan memperkuat ketiga sektor ini, diharapkan akan tercipta lebih banyak lapangan kerja yang berkualitas dan berkelanjutan.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Cara Membedakan Job Fair Kredibel dari Penipuan

Agar tidak menjadi korban penipuan seperti yang dialami oleh 77 mahasiswa tersebut, pencari kerja harus memperhatikan beberapa hal:

Pertama, Cek Kredibilitas Penyelenggara. Pastikan job fair diselenggarakan oleh institusi terpercaya, seperti pemerintah atau lembaga resmi.

Sebelum menghadiri job fair, penting untuk memastikan bahwa acara tersebut diselenggarakan oleh institusi yang terpercaya, seperti pemerintah atau lembaga resmi. Ini akan membantu mengurangi risiko penipuan dan memastikan bahwa perusahaan yang berpartisipasi adalah perusahaan yang sah.

Job fair yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja setempat sangat direkomendasikan, karena mereka memiliki reputasi yang baik dan dapat memberikan akses kepada perusahaan-perusahaan terkemuka. Misalnya, job fair yang diadakan oleh Pemerintah Kota Jakarta biasanya diikuti oleh berbagai perusahaan besar dan terpercaya.

Kedua, Verifikasi Perusahaan Peserta. Cari informasi tentang reputasi perusahaan yang terlibat di job fair tersebut.

Sebelum mendaftar kepada perusahaan yang berpartisipasi dalam job fair, penting untuk melakukan verifikasi terhadap reputasi perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk situs web resmi, ulasan karyawan, dan forum diskusi.

Jika Anda melihat perusahaan X yang menawarkan lowongan menarik, Anda bisa mencari ulasan di situs seperti Glassdoor atau JobStreet untuk mengetahui pengalaman karyawan sebelumnya. Misalnya, jika banyak ulasan negatif tentang manajemen atau lingkungan kerja, ini bisa menjadi sinyal bahwa perusahaan tersebut harus dihindari.

Ketiga, Hindari Tawaran yang Terlalu Bagus untuk Menjadi Kenyataan. Waspadai lowongan kerja yang menawarkan gaji tinggi tanpa kualifikasi yang jelas.

Lowongan pekerjaan yang menawarkan gaji tinggi atau manfaat besar tanpa kualifikasi yang jelas sering kali mencurigakan. Waspadai tawaran yang tidak realistis, karena ini bisa menjadi indikasi penipuan atau skema tidak etis.

Jika Anda menemukan lowongan yang menawarkan gaji Rp 20 juta per bulan untuk posisi entry-level tanpa kebutuhan pengalaman atau kualifikasi tertentu, ini mungkin adalah penawaran yang harus dicurigai. Misalnya, tawaran untuk menjadi "manajer pemasaran" di sebuah perusahaan fiktif yang tidak ada jejak online-nya patut untuk diwaspadai.

Keempat, Lakukan Penelitian Mendalam. Sebelum mendaftar, pastikan memahami detail pekerjaan yang ditawarkan dan melakukan penelitian tentang perusahaan tersebut.

Sebelum Anda mendaftar, penting untuk memahami detail pekerjaan yang ditawarkan dan melakukan penelitian menyeluruh tentang perusahaan tersebut. Ini akan membantu Anda memastikan bahwa pekerjaan secara realistis cocok untuk Anda dan sesuai dengan tujuan karier Anda.

Jika Anda tertarik pada posisi asisten pemasaran, Anda sebaiknya menyelidiki informasi terkait, seperti tugas-tugas harian dalam posisi tersebut, serta nilai dan budaya perusahaan yang bersangkutan. Misalnya, jika perusahaan memiliki fokus pada inovasi digital, mempelajari lebih lanjut tentang produk atau layanan mereka akan meningkatkan kesempatan Anda saat wawancara.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat lebih siap dan bertanggung jawab dalam mencari pekerjaan melalui job fair, serta menghindari jebakan yang mungkin terjadi.

Mengoptimalkan Job Fair untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Job fair bisa menjadi alat yang sangat efektif dalam mengurangi angka pengangguran jika dikelola dengan baik. Namun, tanpa regulasi dan pengawasan yang memadai, acara ini dapat menjadi sumber masalah yang merugikan. Kerja sama antara pemerintah, penyelenggara, dan pencari kerja diperlukan untuk menciptakan ekosistem kerja yang berkelanjutan dan tepercaya. 

Dengan itulah, kita dapat berharap bahwa kesenjangan antara kompetensi tenaga kerja dan kebutuhan industri semakin menyusut, sehingga produktivitas nasional pun dapat meningkat secara signifikan.

Oleh karena itu, penting bagi penyelenggara job fair untuk memastikan bahwa setiap aspek acara ini benar-benar menguntungkan pencari kerja, bukan malah menciptakan "lintah darat" baru yang menjebak mereka dalam situasi yang tidak menguntungkan. Penyelenggara harus melakukan verifikasi yang ketat terhadap setiap perusahaan peserta, memastikan bahwa mereka memiliki reputasi baik dan menawarkan peluang kerja yang jelas serta transparan. 

Dengan menyediakan ruang bagi pencari kerja untuk bertanya, berinteraksi, dan mendapatkan informasi yang akurat, job fair seharusnya menjadi wahana yang memberdayakan mereka dalam mencari pekerjaan, bukan menjadi ajang eksploitasi yang memanfaatkan harapan tenaga kerja. Hanya dengan pendekatan yang etis dan bertanggung jawab, job fair dapat berfungsi sebagai jembatan efektif menuju dunia kerja yang aman dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun