Nah Ini Nih yang Namanya Jeruk Makan Jeruk!
Di desa Lubuk Gadang (maaf bukan desa sesungguhnya), Sumatera Barat, ada sebuah kebun jeruk yang sangat terkenal. Kebun itu dikelola oleh dua petani yang selalu berdebat. Si Jeruk, pemilik kebun satunya, dikenal sangat keras kepala, sedangkan Si Durian, petani lain, suka bertindak licik.
Suatu malam, saat bulan purnama bersinar indah, Si Jeruk dan Si Durian terlibat dalam sebuah perdebatan panas di depan kebun. Si Jeruk berkata, "Lihat deh, Durian! Kebunku lebih segar dan lebih manis dari kebunmu. Semua orang tahu itu!"
Si Durian, tak mau kalah, menjawab, "Ah, Jeruk! Itu karena kamu makan pupuk yang sama tiap hari. Satu-satunya yang lebih pahit dari jerukmu adalah sifatmu!"
Keduanya tercebur dalam perdebatan yang semakin aneh, hingga tiba-tiba Si Durian membentak dengan nada penuh kepastian, "Nah, ini nih yang namanya jeruk makan jeruk! Tapi kalau jeruk sudah makan peluru, apa kabar durian? Bisa-bisa durian bakal jadi targetnya juga!"
Mendengar ucapan itu, semua petani di sekitar pun tertawa. Mereka tahu bahwa Si Durian memiliki kelakuan yang tidak jauh berbeda dari pencopet yang meresahkan, dan bahwa perdebatan mereka ini hanyalah sebuah guyonan di tengah situasi yang lebih serius.
Si Jeruk tak mau kalah, "Kalau jeruk makan peluru, lalu bagaimana dengan durian? Gampang saja, Durian! Nanti kita buat pertunjukan, 'Durian Menantang Jeruk, Siapa yang Lebih Hebat?' Tentu saja, semua pencopet, begal, dan pelaku klithik lainnya pasti datang untuk menonton!"
Semua petani terbahak-bahak membayangkan betapa konyolnya pertunjukan tersebut, di mana Si Durian harus melawan Si Jeruk tanpa senjata, sedangkan para pelaku kejahatan menonton sambil tertawa terbahak-bahak. "Tapi ingat, Jeruk! Di dunia ini ada peluru yang lebih berbahaya dari sekadar jeruk!" kata Si Durian, sambil menunjuk ke arah perutnya yang buncit, "Yaitu kita, yang sudah terlanjur tertawa sambil makan jeruk!"
Akhirnya, keduanya sepakat untuk berhenti berdebat dan menikmati kebun jeruk bersama dengan seluruh warga desa. Mereka semua mengingatkan diri untuk serius menghadapi isu-isu yang lebih besar, sambil sesekali menyisipkan lelucon tentang hubungan jeruk, durian, dan peluru.
Karena memang, hidup ini bukan hanya tentang siapa yang lebih manis atau lebih pahit, tapi bagaimana kita bisa mengubah setiap perdebatan menjadi momen ketawa yang berharga. Dan, di tengah kebisingan dunia luar, mereka semua berjanji akan bersatu melawan para pencopet, begal, dan pelaku klithik lainnya, agar desa mereka bisa tumbuh dengan manisnya persahabatan, bukan pahitnya konflik!
Maka, jeruk tetap makan jeruk, tapi durian dan semua buah lainnya tahu, bahwa mereka akan selalu menjaga satu sama lain di tengah jerih payah mempertahankan kebun mereka. Nah, semoga jeda ngobrol ini jadi pelajaran bagi semua, jeruk tak hanya makna rasa, tapi menjadi simbol keberanian melawan kejahatan!
Inspirasi Cerita dari berita: https://www.kompas.com/tren/read/2024/11/23/050000365/kasus-polisi-tembak-polisi-di-solok-selatan--kronologi-motif-akp-dadang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H