Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Spiritualitas Coca Cola: Kenyamanan dalam Hidup Beriman yang Perlu Dihindari

21 November 2024   08:49 Diperbarui: 21 November 2024   08:52 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi hasil olahan GemAIBot, dokpri)

Peringatan tentang spiritualitas Coca Cola perlu disambut dengan serius dalam kehidupan beriman kita. Ketika kita lebih memilih untuk mengeksplorasi kedalaman iman---dengan belajar, berdoa, dan terlibat dalam komunitas---kita akan menemukan makna dan tujuan yang lebih dalam. Dalam konteks sosial, mencari kenyamanan dalam lingkungan yang tidak menuntut juga membuat kita menjadi individu yang kurang peka terhadap tantangan yang dihadapi orang lain.

Memilih untuk menjauhi spiritualitas yang dangkal berarti berkomitmen untuk menggali lebih dalam apa arti hidup beriman yang sejati. Ketika seseorang aktif terlibat dalam praktik keberagamaan -seperti berdoa dengan sungguh-sungguh, membaca teks-teks suci, atau mengikuti kajian spiritual- mereka akan lebih mampu memahami ajaran agama secara utuh dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, seseorang yang rutin terlibat dalam kelompok diskusi agama sering kali akan memiliki perspektif yang lebih baik dalam menghadapi masalah etika dalam hidup mereka. Mereka mungkin menjadi lebih peka terhadap isu-isu sosial seperti kemiskinan, diskriminasi, atau ketidakadilan, dan tergerak untuk melakukan aksi nyata, seperti ikut serta dalam program penggalangan dana atau kegiatan sukarela untuk membantu mereka yang kurang beruntung.

Di sisi lain, ketika kita terlalu merasa nyaman berada dalam lingkungan yang tidak menuntut, kita bisa menjadi acuh tak acuh terhadap tantangan yang dihadapi orang lain.

Misalnya, dalam sebuah komunitas yang hanya mengutamakan kebersamaan tanpa mendorong diskusi yang lebih mendalam tentang masalah sosial, individu-individu mungkin melewatkan kesempatan untuk bertindak ketika mereka menyaksikan ketidakadilan di sekitar mereka. Hal ini berpotensi menyebabkan pengucilan terhadap mereka yang terpinggirkan.

Sebagai contoh konkret, ketika krisis pengungsi atau bencana alam terjadi, komunitas yang memiliki iman yang tidak mendalam mungkin hanya memberikan sumbangan kecil karena merasa cukup dengan aktivitas sosial mereka yang biasa, tanpa memahami dan mengatasi akar masalah atau berharap untuk berkontribusi secara maksimal.

Dengan demikian, kita perlu mengingat pentingnya memperdalam iman agar tidak hanya menciptakan makna dalam hidup pribadi kita, tetapi juga mengembangkan kepekaan dan tindakan nyata bagi kesejahteraan bersama.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Membangun Pilar Kemanusiaan

Dalam dunia yang semakin egois dan materialistik, mengadopsi spiritualitas yang mendalam menjadi penting. Kita perlu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih luhur, seperti empati, keadilan, dan kasih sayang. Ini menuntut kita untuk berani melangkah keluar dari zona nyaman dan bersedia menghadapi tantangan demi kebaikan bersama.

Untuk membangun pilar kemanusiaan, kita perlu mengambil langkah konkret dalam menerapkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, keterlibatan dalam kegiatan sosial, seperti program pemberdayaan bagi kaum marjinal atau kampanye kesadaran akan isu-isu lingkungan, dapat menjadi sarana untuk memperkuat rasa empati dan solidaritas.

Ketika kita berinteraksi langsung dengan orang-orang yang membutuhkan, kita bisa melihat realitas kehidupan mereka dan merasakan tantangan yang mereka hadapi, sehingga menimbulkan dorongan untuk memberi bantuan dengan penuh kasih. Dengan cara ini, spiritualitas yang mendalam bukan hanya menjadi konsep abstrak, tetapi menjadi kekuatan yang memotivasi tindakan nyata, memperkuat komunitas, dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun