Merayakan Syukur atas Perjalanan 45 Tahun Cinta dan KesetiaanÂ
Di tengah hiasan bunga dan alunan lagu-lagu pujian, keluarga besar Henricus Priyosulistyo dan Maria Elisabeth Sulistyowati bersama para undangan, sahabat dan kenalan berkumpul merayakan 45 tahun perjalanan cinta mereka. Dalam suasana syukur yang khusyuk, anak sulung mereka, Bartholomeus Hema Ariborta, SE, serta istri tercintanya, Melania Lindi Cistia Prabha, merasakan makna mendalam dari pernikahan yang telah menjadi inspirasi bagi generasi mendatang, terutama bagi tiga cucu mereka: Michaela, Gabriela, dan Rafaela, yang namanya diambil dari para malaikat agung.
Perayaan syukur ini dilangsungkan di Gereja Santo Athanasius UGM, dipimpin oleh Romo Andrianus Maradyo, Pr, dan Romo Albertus Budi Susanto, S.J., PhD., dibantu oleh dua prodiakon dari Lingkungan Santa Angela Merici, Paroki Minomartani (lingkungan tempat Bapak dan Ibu Priyo tinggal) Bapak Ambrosius Sutomo dan Bapak Heribertus Nugroho Sp.
Bacaan pertama yang diambil dari 1 Kor 12:31; 13:1-8a, menggarisbawahi bahwa tanpa kasih, segala hal menjadi tidak berarti. Sedangkan bacaan Injil diambil dari Injil Yohanes 15:9-12 mengajak setiap orang untuk saling mengasihi, menciptakan suasana hangat dan penuh haru di antara hadirin.
Bacaan pertama yang diambil dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus, 1 Korintus 12:31; 13:1-8a, menekankan pentingnya kasih sebagai inti dari setiap tindakan dan hubungan manusia. Paulus secara tegas menyatakan bahwa meskipun seseorang memiliki berbagai karunia, pengetahuan, atau kemampuan berbicara yang fasih, tanpa kasih, semua itu menjadi sia-sia. Kasih di sini dipahami sebagai penggerak utama yang memberi makna dan tujuan dalam hidup manusia. Ia melukiskan kasih sebagai sesuatu yang sabar, murah hati, tidak cemburu, dan tidak sombong, menjadikannya sebagai fondasi penting untuk menjalin hubungan yang erat dan harmonis.
Sedangkan bacaan Injil dari Yohanes 15:9-12 mengajak setiap orang untuk menjalankan perintah Ilahi agar saling mengasihi. Yesus menekankan betapa pentingnya kasih dalam mengikuti-Nya, dengan memberikan contoh kasih yang sempurna dari diri-Nya. "Seperti Aku mengasihi kamu," adalah panggilan untuk mencintai dengan cara yang sama, yaitu dengan kasih yang tulus dan tanpa syarat.
Perintah ini bukan sekadar anjuran, melainkan inti dari ajaran Kristiani yang mengajak umat-Nya untuk membangun relasi yang saling mendukung dan memberdayakan satu sama lain. Kedua bacaan ini secara kuat bersinergi, menggarisbawahi bahwa kasih bukan hanya esensi dari iman, tetapi juga sumber kekuatan yang memungkinkan setiap individu untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan tujuan.
Sementara itu, Romo Budi dalam homilinya mengungkapkan betapa pentingnya komitmen dan kesetiaan dalam pernikahan, menjadikannya sebagai teladan bagi generasi muda, yang saat ini menghadapi tantangan besar dalam memutuskan untuk menikah. Melalui survei yang diterbitkan Kompas, Romo menyoroti kekhawatiran dan alasan yang membuat banyak orang muda enggan mengambil langkah berani untuk membangun rumah tangga.
"Cinta yang tulus dan kesetiaan yang telah terjalin selama 45 tahun ini menjadi bukti bahwa pernikahan adalah perjalanan indah yang layak diperjuangkan," kata Romo Budi.