Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. Editor, penulis dan pengelola Penerbit Bajawa Press. Melayani konsultasi penulisan buku.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Dari KFC ke Pailit Sritex: Gelombang Kelaparan di Dunia Usaha yang Semakin Mengancam

9 November 2024   08:29 Diperbarui: 10 November 2024   21:38 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gerai restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) di Penang, Malaysia. (SHUTTERSTOCK/ANGIEYEOH via KOMPAS.com)

Krisis yang menimpa Sritex dengan kebangkrutan menambah daftar panjang perusahaan yang terpuruk. Kasus ini mengingatkan kita bahwa ketidakpastian ini bukan kesalahan satu sektor, melainkan gambaran menyeluruh dari sebuah sistem yang sedang goyah.

Apa yang terjadi di KFC dan Sritex adalah penanda bahwa kita berhadapan dengan masalah lanjut---dan jika tidak diatasi, banyak perusahaan akan terseret dalam arus yang sama.

Ketidakpastian saat ini menciptakan lingkaran setan yang dapat menyelimuti seluruh sektor ekonomi. Setiap perusahaan yang menghadapi kerugian, baik karena perubahan preferensi konsumen, penurunan daya beli, atau persaingan yang semakin ketat, berpotensi mengakibatkan pengangguran massal dan mengurangi investasi.

Hal ini menciptakan efek domino di mana perusahaan-perusahaan lain, yang bergantung pada rantai pasokan atau jaringan distribusi yang sama, juga terancam mengalami nasib serupa.

Ketidakstabilan ini tidak hanya merugikan para pemangku kepentingan, tetapi juga memperburuk keadaan makro ekonomi, menciptakan ketidakpastian yang lebih dalam di kalangan investor dan pelaku pasar.

Lebih jauh lagi, derita yang mengancam tidak hanya terletak pada hilangnya pekerjaan, tetapi juga dalam dampak psikologis yang menyertainya.

Dalam jangka panjang, ketidakpastian ekonomi dapat mengubah pola pikir masyarakat, mendorong ketidakpercayaan terhadap institusi dan sistem yang ada. 

Masyarakat yang merasakan ketidakadilan dan kegagalan sistem dapat berpotensi mengembangkan sikap apatis, yang pada gilirannya memengaruhi partisipasi mereka dalam kehidupan sosial dan politik.

Ini adalah ancaman serius terhadap kohesi sosial dan demokrasi, di mana individu menjadi terasing dan merasa tidak terwakili.

Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, kita tidak hanya menghadapi krisis bisnis, tetapi juga krisis identitas kolektif dan kepercayaan yang bisa mengubah wajah masyarakat kita secara permanen.

Kebutuhan akan Tindakan Strategis

Kini saatnya bertindak. Beberapa langkah strategis yang perlu segera diambil untuk menyelamatkan situasi ini antara lain:

1. Dukungan untuk Perusahaan. Pemerintah harus segera mengeluarkan program stimulus yang dirancang untuk membantu perusahaan yang terancam kebangkrutan. Meninjau kembali kebijakan perpajakan untuk mendukung mereka yang berjuang bertahan bukanlah pilihan, tetapi keharusan.

2. Pelatihan dan Peningkatan Keterampilan. Karyawan yang terdampak harus diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan ulang. Mempersiapkan mereka untuk masuk ke industri yang lebih berkembang akan menjadi investasi dalam kekuatan kerja masa depan kita.

3. Inovasi dan Diversifikasi Bisnis. Pihak perusahaan perlu melakukan evaluasi dan menciptakan produk baru yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. Adaptasi bisa menjadi kunci untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dari krisis.

4. Pemberdayaan Komunitas. Kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat, termasuk program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berfokus pada pemberdayaan komunitas lokal, sangat penting untuk membangun hubungan positif dan menciptakan ketahanan sosial.

Kesadaran Bersama dan Tindakan Kolektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun