Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lewotobi

5 November 2024   09:30 Diperbarui: 5 November 2024   09:37 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(regional.news.id)
(regional.news.id)

Esok paginya, desa itu hanya menjadi puing-puing. Pohon-pohon hangus, rumah-rumah rubuh, dan langit tertutup debu yang masih melayang pelan. Mayat-mayat tergeletak tanpa daya, seperti saksi bisu dari tragedi yang tidak bisa mereka tolak. Gunung itu, yang sekarang diam setelah amukannya, menyisakan sepi yang menyesakkan.

Dalam keheningan itu, beberapa orang yang selamat menatap Lewotobi dengan perasaan campur aduk. Ada kesedihan yang mendalam, ada luka yang tidak mudah sembuh, namun di hati kecil mereka, cinta terhadap gunung itu tetap ada. Meski ia telah merenggut orang-orang yang mereka sayangi, mereka tahu bahwa Lewotobi bukan sekadar ancaman; ia adalah bagian dari mereka, bagian dari hidup dan mati yang mereka jalani bersama.

Dengan langkah lemah, Pak De Matius berdiri memandang puncak Lewotobi. Matanya basah, bukan karena amarah, tapi karena kehilangan yang tidak akan pernah bisa tergantikan. Bagi mereka, Lewotobi bukan sekadar gunung, ia adalah saksi dari cinta, persahabatan, dan akhirnya, penghancuran yang mengingatkan mereka pada hal-hal yang tak bisa mereka lawan---bahwa alam kadang memiliki caranya sendiri untuk mengingatkan manusia tentang ketidakberdayaannya.

Lewotobi diam sekarang. Tapi bagi mereka yang bertahan, gunung itu akan tetap hidup, dalam cerita-cerita yang mereka sampaikan pada anak-anak mereka, dalam kenangan yang mereka simpan di hati. Lewotobi bukan lagi sekadar gunung; ia adalah pelajaran tentang cinta yang berbalut duka, tentang betapa alam dan manusia saling terkait dalam cara yang rumit dan penuh misteri.

NB. Teriring doa untuk menguatkan para saudara dan saudari yang sedang berkesusahan. Semalam saya dan tim angkatan masa SMA menggalang solidaritas yang pagi ini sudah dibawa langsung oleh rekan kami ke lokasi bencana. Puji Tuhan bisa terkumpul 11 juta. Semoga bisa sedikit membantu. Sementara di aneka WAG bermunculan inisiatif untuk menggalang donasi. Semoga semakin banyak yang tersentuh dan mengulurkan pertolongan dan cinta serta doa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun