We Do Not Have WiFi: Kembali ke Komunikasi Nyata untuk Merawat Pernikahan dan Keluarga
Gaya hidup modern telah membawa kita pada era yang memungkinkan segala sesuatu bisa diakses dengan cepat melalui perangkat digital. Sayangnya, hal ini juga menimbulkan tantangan besar bagi hubungan antarindividu, khususnya dalam konteks keluarga dan pernikahan. Fenomena "lonely marriage" atau pernikahan kesepian menjadi semakin sering terdengar di tengah masyarakat. Ini terjadi ketika pasangan merasa terisolasi satu sama lain, meskipun hidup bersama di bawah satu atap.
Di satu sudut kafe atau ruang publik (yang tertera tulisan free wifi), kita sering kali melihat orang-orang yang duduk berdekatan namun terpisah oleh layar ponsel mereka. Orang bisa duduk bersama (empat sampai lima) di satu meja, tetapi orang-orang itu sibuk dengan dunia kecil di tangannya.Â
Interaksi langsung menjadi semakin langka, tergantikan oleh notifikasi dan media sosial. Padahal, komunikasi adalah fondasi utama dalam menjaga kedekatan emosional antar pasangan.
Pesan sederhana dalam papan yang berbunyi, "We do not have WiFi. Talk to each other. Pretend it's 1995,"Â mengajak kita untuk sejenak menanggalkan gawai dan menghidupkan kembali percakapan yang sebenarnya. Ini adalah pengingat akan masa-masa ketika percakapan tatap muka adalah satu-satunya cara untuk benar-benar terhubung.Â
Percakapan yang melibatkan kontak mata, percakapan yang saling melihat gerak bibir atau kedipan mata bahkan yang harus berakhir haru dan tangisan. Hanya komunikasi hatilah yang memungkinkan kita menangkap esensi kata-kata lawan bicara saat kita meluangkan waktu untuk mendengarkan pasangan atau anggota keluarga, kita tidak hanya berbagi kata-kata tetapi juga membangun ikatan yang lebih dalam.
Lonely Marriage: Mengapa Pernikahan Modern Rentan Terasa Sepi?
Dalam pernikahan modern, ketergantungan pada teknologi sering kali membuat pasangan saling teralihkan. Riset menunjukkan bahwa terlalu seringnya penggunaan ponsel dapat menyebabkan perasaan terabaikan pada pasangan, yang akhirnya menimbulkan kesenjangan emosional. Seseorang mungkin merasa bahwa pasangan lebih tertarik pada kehidupan online daripada berbicara atau mendengarkan mereka secara langsung.
Lonely marriage bukan berarti pasangan tidak mencintai satu sama lain, tetapi karena kurangnya komunikasi mendalam. Ketika pasangan lebih memilih scrolling sosial media daripada mengobrol, mereka kehilangan kesempatan untuk mengenal satu sama lain lebih baik. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menimbulkan perasaan hampa dan kurangnya kepuasan dalam pernikahan.
Pentingnya Komunikasi Nyata dalam Keluarga
Berkomunikasi dengan pasangan atau keluarga melampaui sekadar bertukar informasi. Ini melibatkan pemahaman, empati, dan komitmen untuk mendengarkan tanpa terganggu. Pada masa-masa sebelum internet, keluarga sering menghabiskan waktu bersama di meja makan atau ruang keluarga, saling bercerita tentang hari mereka, berbagi kebahagiaan, dan menyelesaikan masalah bersama. Dengan begitu, mereka tidak hanya dekat secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Dalam konteks pernikahan dan keluarga, komunikasi nyata membantu menciptakan lingkungan yang aman di mana setiap anggota keluarga merasa dihargai dan didengarkan. Ketika komunikasi ini hilang, anggota keluarga mulai merasa terisolasi, yang bisa menjadi akar dari berbagai masalah emosional.
Cara Menghidupkan Kembali Komunikasi Nyata di Era Digital
Menghidupkan kembali komunikasi nyata dalam keluarga mungkin tampak sulit, tetapi dengan beberapa langkah kecil, itu bisa menjadi rutinitas yang menyenangkan antara lain:
Pertama, Atur Zona Bebas Gawai. Seperti pesan pada papan "We do not have WiFi," kita dapat membuat zona bebas gawai di rumah, seperti di ruang makan atau selama jam keluarga. Ini memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk terhubung tanpa gangguan digital.
Kedua, Luangkan Waktu untuk Berbicara dari Hati ke Hati. Ciptakan momen untuk percakapan mendalam dengan pasangan atau anak-anak. Dengarkan apa yang mereka katakan, tunjukkan minat, dan tanggapi dengan perhatian penuh.
Ketiga, Bersikap Hadir Sepenuhnya. Sering kali, kita lupa untuk benar-benar hadir saat bersama keluarga. Matikan gawai, lupakan pekerjaan sejenak, dan fokus pada orang-orang yang berada di depan kita.
Keempat, Kenang Masa Lalu. Sesekali, buatlah suasana seakan-akan kita kembali ke tahun 1995, tanpa internet dan media sosial. Ajak pasangan atau keluarga untuk bermain permainan papan, memasak bersama, atau sekadar berbincang sambil minum teh.