Mereka yang sudah meninggal tidak bisa menolong dirinya sendiri. Maka mereka membutuhkan sanak keluarganya yang masih hidup mendoakan mereka hingga mereka beralih dari Gereja Penantian (Api Penyucian) menuju Gereja Abadi atau surga bersama para kudus dan Allah sendiri.
Secara sosial, praktik ini juga memberikan ruang bagi keluarga yang berduka untuk melewati proses berduka dengan cara yang bermakna. Doa bagi arwah menolong mereka untuk merasakan kehadiran simbolis dari anggota keluarga yang telah meninggal, memberikan kedamaian dan pemahaman bahwa mereka tetap terhubung dalam doa dan iman.
Kesimpulan
Mendoakan arwah anggota keluarga yang telah meninggal memiliki relevansi yang kuat dalam ajaran Gereja Katolik, serta dalam perspektif sosiologi dan antropologi. Dari sisi teologis, praktik ini adalah wujud kasih dan solidaritas dengan sesama umat beriman, membantu jiwa-jiwa yang belum sepenuhnya bersatu dengan Tuhan. Dari sisi sosiologis, doa bagi arwah memperkuat solidaritas dan nilai-nilai komunitas, sedangkan dalam perspektif antropologi, praktik ini membantu masyarakat menghormati leluhur dan memahami keterkaitan yang abadi antara kehidupan dan kematian. Praktik ini, yang kaya akan makna, menunjukkan bagaimana agama, budaya, dan sosialitas menyatu untuk memberi penghiburan, harapan, dan nilai dalam kehidupan umat Katolik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H