Hari Raya Semua Orang Kudus,
Meneladani Kekudusan di Tengah Dunia
Ketika mau menulis artikel ini, Yogyakarta bagian utara sedang diguyur hujan yang amat deras. Bahkan sungai kering di depan rumah sampai kebanjiran. Memang sudah memasuki musim hujan, sehingga intensitas curah hujan di bulan November ini akan semakin tinggi dan sering. Namun tulisan berikut tidak tentang hujan tetapi tentang perayaan hari ini dalam Gereja Katolik. Saya sengaja menulisnya demi dua tujuan yakni sebagai pengetahuan dan sebagai katekese untuk umat katolik.
Hari Raya Semua Orang Kudus pada 1 November mengajak umat Katolik di seluruh dunia untuk merenungkan kembali panggilan mereka menuju kekudusan, dengan meneladani kehidupan para kudus yang telah mencapai kemuliaan surgawi. Di tengah masyarakat modern yang penuh tantangan, umat Katolik diingatkan untuk menjadikan para kudus sebagai inspirasi hidup, melibatkan mereka dalam doa, dan menumbuhkan semangat pelayanan serta kasih dalam keseharian.
Selain itu, Hari Raya Semua Orang Kudus pada 1 November merupakan momen penting bagi umat Katolik untuk menghormati dan mengenang para kudus -- orang-orang yang telah mencapai kekudusan dalam kehidupan mereka dan dipandang Gereja sebagai contoh hidup yang memancarkan kebajikan Kristiani. Setiap orang Katolik, melalui sakramen baptis, juga diberikan nama baptis yang berasal dari nama seorang kudus atau santo-santa yang akan menjadi pelindung dan panutannya dalam menjalani iman di tengah dunia.
Sehubungan dengan itu, ada dua point yang ingin ditonjolkan yakni relevansi dan katekese hari raya semua orang kudus.
Pertama, Relevansi Hari Raya Semua Orang Kudus.Â
Di dunia modern yang sering kali berorientasi pada kepentingan pribadi, peringatan ini mengingatkan umat Katolik akan panggilan mereka untuk hidup kudus di tengah masyarakat, menjadikan para kudus sebagai teladan dan sahabat rohani yang membantu mereka membawa nilai-nilai Kristiani -cinta kasih, kerendahan hati, dan ketulusan- dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga poin tentang relevansi hari raya ini. 1) Menghidupkan Teladan Hidup Kudus di Dunia. Para kudus bukanlah figur yang terisolasi dari dunia atau hanya menjalani hidup dengan kesalehan pribadi, tetapi hidup mereka mencerminkan cinta kepada Tuhan dan sesama di tengah tantangan zaman masing-masing. Hari raya ini mengajak umat Katolik untuk melihat bagaimana para kudus, dengan segala keberagaman latar belakang, mampu menghadirkan nilai-nilai Kristiani, seperti cinta kasih, kerendahan hati, pengampunan, dan ketulusan di tengah masyarakat. Melalui teladan hidup para kudus, umat Katolik diajak untuk tidak hanya menjalani iman secara pribadi, tetapi juga secara sosial, membawa kasih dan harapan di dunia yang sering kali terjebak dalam egoisme dan materialisme.
2) Memperkuat Identitas Kristiani dan Inspirasi Hidup. Nama baptis yang diterima umat Katolik bukan sekadar simbol; ia membawa identitas dan spiritualitas khusus yang tercermin dari kehidupan kudus yang namanya dipilih. Santo atau santa pelindung ini menjadi inspirasi dan kekuatan di tengah berbagai perjuangan hidup. Hari Raya Semua Orang Kudus mengingatkan umat Katolik untuk kembali merenungkan karakter dan nilai dari santo atau santa pelindung mereka, serta memohon bantuan doa mereka agar mampu meneladani iman yang sama di dunia.
Misalnya nama baptis saya adalah Benediktus. Tentu saya harus berusaha dan berjuang untuk meneladani hidup Santo Benediktus, yang kaya akan kebijaksanaan, disiplin, dan pengabdian kepada Allah. Inspirasi utama dari Santo Benediktus terletak pada nilai ora et labora (berdoa dan bekerja), yang menjadi prinsip hidupnya. Melalui doa yang mendalam dan kerja keras, ia menunjukkan bahwa kesucian dapat dicapai melalui keseimbangan antara kontemplasi dan aksi, membaktikan seluruh hidup kepada Allah dalam setiap tugas sehari-hari.
Santo Benediktus juga mengajarkan pentingnya stabilitas -yaitu komitmen untuk setia dalam panggilan hidup yang telah dipilih- serta kerendahan hati dan ketaatan. Ia mendirikan biara-biara yang menjadi tempat pengajaran, doa, dan karya untuk melayani masyarakat di sekitarnya. Bagi saya (dan semua umat katolik) yang memilih Santo Benediktus sebagai pelindung, nama ini tentu  menginspirasi agar saya menjalani hidup dengan disiplin dan komitmen, serta berupaya menjadi terang di tengah masyarakat melalui hidup yang didedikasikan bagi Allah dan sesama. Tidak sempurna itu manusiawi, tetapi ada upaya untuk berjuang seperti yang diteladankan Santo Benediktus itulah keutamaan katolik.
3) Membangun Persatuan dengan Gereja Semesta. Pada hari ini, umat Katolik merayakan kesatuan dengan seluruh Gereja di bumi dan di surga, yaitu Gereja Militan (umat yang masih berjuang di dunia), Gereja Berziarah (jiwa-jiwa di api penyucian), dan Gereja Jaya (para kudus yang sudah berada dalam kemuliaan surgawi). Ini mengingatkan bahwa umat Katolik tidak hidup sendiri, melainkan bersatu dalam tubuh mistik Kristus yang melampaui waktu dan ruang. Relevansi persatuan ini sangat kuat di dunia modern yang terfragmentasi; umat Katolik diingatkan bahwa persatuan dengan sesama dan dengan para kudus dapat memberikan kekuatan serta pengharapan yang lebih besar dalam menghadapi berbagai tantangan.
Kedua, Katekese tentang Hari Raya Semua Orang Kudus
Katekese tentang Hari Raya Semua Orang Kudus mengajak umat Katolik untuk memahami makna kekudusan sebagai panggilan universal bagi setiap orang, bukan hanya bagi mereka yang menjalani hidup religius. Perayaan ini adalah kesempatan untuk meneladani para kudus yang hidupnya dipenuhi kasih, iman, dan pengorbanan, sekaligus menjadi sahabat-sahabat rohani yang mendoakan umat di hadapan Allah. Hari Raya ini mengingatkan kita bahwa kekudusan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari -dalam keluarga, pekerjaan, dan pelayanan- sebagai tanda kehadiran kasih Allah di tengah dunia. Â
Hari Raya Semua Orang Kudus juga mengandung tiga nilai katekese yang kaya bagi umat Katolik, yakni sebagai berikut: 1) Panggilan Universal Menuju Kekudusan. Katekismus Gereja Katolik menegaskan bahwa setiap orang, apa pun panggilan hidupnya, dipanggil untuk menjadi kudus. Melalui katekese tentang hari raya ini, Gereja mengajarkan bahwa kekudusan bukanlah panggilan yang eksklusif bagi para religius atau rohaniwan, tetapi sebuah panggilan universal. Umat diundang untuk menemukan jalan kekudusan dalam kehidupan sehari-hari -- baik sebagai pekerja, orang tua, pelajar, atau pemimpin -- dengan mengintegrasikan nilai-nilai Kristiani dalam setiap aspek hidup.
2) Doa dan Devosi kepada Para Kudus. Para kudus tidak hanya menjadi panutan, tetapi juga sahabat rohani yang dapat mendampingi umat dalam doa. Katekese ini menekankan pentingnya meminta syafaat atau doa dari para kudus sebagai saudara dalam iman yang mendoakan dan menopang kita di hadapan Allah. Gereja mengajarkan bahwa melalui doa bersama para kudus, umat dapat lebih merasakan kehadiran Allah yang dekat dan menguatkan, terutama di saat-saat sulit.
3) Pembaharuan Semangat Iman di Tengah Dunia. Dengan menghidupi hari raya ini, umat Katolik diperbarui dalam semangat untuk menghadirkan wajah Kristus di dunia. Para kudus, yang juga adalah manusia biasa dengan kelemahan dan cobaan, menunjukkan bahwa dengan kasih karunia Allah, kekudusan adalah hal yang mungkin dicapai. Ini merupakan pengingat agar umat tidak hanya berkarya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kemuliaan Allah dan kebaikan sesama.
Akhirnya dengan merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus, umat Katolik tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga memperbaharui tekad untuk meneladani kehidupan yang kudus di tengah masyarakat modern. Melalui persekutuan dengan para kudus dan inspirasi hidup mereka, umat Katolik didorong untuk menjadi "garam dan terang" yang menghadirkan kebenaran dan kasih Allah di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H