Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pertolongan Bunda Maria yang Diteguhkan oleh Kedatangan Paus Fransiskus

30 Oktober 2024   22:36 Diperbarui: 30 Oktober 2024   22:37 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertolongan Bunda Maria
yang Diteguhkan oleh Kedatangan Paus Fransiskus

Dalam perjalanan hidup saya pribadi (dan keluarga), tidak sedikit momen saya merasakan bahwa campur tangan Bunda Maria hadir nyata dalam bentuk-bentuk yang mengejutkan. Hubungan saya dengan Bunda Maria bahkan tidak bisa dikatakan sangat dekat, karena saya bukan seorang pendoa yang tekun dan setia. Dari berbagai kejadian, saya mulai menyadari bahwa meskipun saya tidak sering berdoa bersama -entah secara sadar maupun tidak- seolah selalu sampai di telinga Bunda Maria. Setiap kali saya merasa berada di titik terendah atau situasi yang sulit, dia hadir melalui keajaiban kecil yang membuatku terkejut dan terharu.

Kehadiran dalam Momen Tak Terduga

Beberapa peristiwa dalam hidupku adalah bukti nyata betapa kuatnya perlindungan dan kehadiran Bunda Maria. Ketika saya mengalami kecelakaan di jalan raya beberapa kali, ada saat-saat saya merasa bahwa seharusnya saya mengalami cedera serius atau bahkan lebih buruk lagi. Namun, dengan cara yang sulit dijelaskan, saya selamat tanpa luka yang berarti. Situasi-situasi ini bukan hanya kebetulan, tetapi lebih pada bukti kehadiran ilahi yang menuntun langkahku. Seolah ada kekuatan yang menahan dan melindungiku dari bahaya yang lebih besar, yang saya percaya berkat rosario suci yang selalu setia menemani saya ke mana pun saya pergi. Dalam momen-momen tersebut, saya merasa bahwa ada tangan Bunda Maria yang tidak hanya melindungi, tetapi juga menenangkan batinku, memberikan rasa aman di tengah ketidakpastian.

Bukan hanya dalam hal keselamatan fisik, Bunda Maria juga hadir ketika saya menghadapi tantangan finansial. Ada masa-masa ketika saya merasa bahwa segala harapan telah sirna. Ketiadaan uang dan kebutuhan yang mendesak sering kali menjadi sumber kekhawatiran besar, tetapi berulang kali saya mengalami kejutan yang seakan diatur oleh tangan tak terlihat. Orang-orang tiba-tiba datang menawarkan bantuan atau meminta pertolongan (jasa), atau ada situasi ketika kebutuhan terjawab di saat yang tepat, seolah mereka tahu apa yang sedang saya rasakan dan butuhkan. Ini adalah bentuk nyata dari pertolongan Bunda Maria, yang tidak hanya hadir dalam bentuk rohani, tetapi juga melalui kebaikan hati orang-orang di sekitar.

 

Diteguhkan oleh Ajaran Paus Fransiskus

Pengalaman ini menanamkan keyakinan mendalam bahwa Bunda Maria tidak hanya mendengarkan doa-doa kita, tetapi juga bertindak melalui jalan-jalan yang sering kali kita anggap tidak mungkin.

Perjalanan hidup yang penuh dengan pengalaman kedekatan dan pertolongan Bunda Maria kian terasa istimewa ketika Paus Fransiskus datang dalam kehidupan Gereja Katolik di Indonesia dengan semangat penuh cinta dan kerendahan hati. Sejak awal pontifikatnya, beliau membawa pesan-pesan yang menyentuh hati banyak orang, termasuk saya, terutama melalui ensiklik-ensikliknya yang menggemakan kasih Tuhan dan peran Bunda Maria sebagai pengantara yang penuh kasih. Kehadiran dan kedatangan Paus Fransiskus dengan caranya yang lembut namun kuat telah meneguhkan banyak pengalaman pribadi saya dan mungkin Anda pembaca terkasih, terutama dalam hal penyerahan diri dan kepercayaan kepada Tuhan melalui Bunda Maria.

Pengalaman selamat dari kecelakaan di jalan raya, bantuan yang datang tepat pada saat saya mengalami kesulitan finansial, dan momen-momen ketika saya merasa terdesak namun tiba-tiba mendapatkan pertolongan, semuanya adalah wujud nyata dari apa yang Paus Fransiskus ajarkan tentang kepercayaan penuh kepada Allah. Dalam ensiklik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil), Paus Fransiskus menekankan pentingnya kegembiraan dalam menjalani iman. Ia juga mengingatkan kita bahwa Bunda Maria selalu hadir sebagai Bunda Gereja, yang menuntun kita dengan penuh kasih sayang ke jalan keselamatan. Bunda Maria adalah contoh penyerahan total kepada kehendak Tuhan, seperti yang tercermin dalam hidupnya ketika dia menerima kabar gembira dari malaikat.

Paus Fransiskus, melalui ensiklik Laudato Si', juga memperdalam penghargaan kita terhadap hubungan antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. Ensiklik ini mengajak kita untuk lebih peduli terhadap ciptaan dan menempatkan kita sebagai bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar. Di sini, saya merasa semakin diteguhkan bahwa seperti halnya Bunda Maria yang berserah penuh, kita juga dipanggil untuk mempercayakan seluruh hidup kita kepada kehendak Tuhan, percaya bahwa apa yang diciptakan-Nya adalah baik dan sempurna. Ketika saya menghadapi saat-saat sulit, saya belajar untuk tidak berfokus pada masalah yang ada, melainkan pada tangan Tuhan yang bekerja di balik semuanya, dan ini sangat sesuai dengan pesan yang dibawa oleh Paus Fransiskus tentang perlunya kita berserah pada kebaikan ilahi.

Lalu dalam Fratelli Tutti, Paus Fransiskus mengajak kita untuk hidup dalam persaudaraan dan saling menolong, sebuah prinsip yang sangat kuat dalam pengalaman tentang kebaikan tak terduga yang sering kali datang dari orang lain di saat yang paling saya butuhkan. Saya yakin bahwa Bunda Maria tidak hanya melindungi saya secara pribadi, tetapi juga menggerakkan hati orang-orang di sekitarku untuk menjadi alat kasih Tuhan.  Persaudaraan ini adalah manifestasi nyata dari apa yang Paus Fransiskus sampaikan bahwa cinta dan belas kasih adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna. Kejutan-kejutan kecil dalam hidupku, seperti tawaran bantuan dari orang yang seakan-akan mengetahui kebutuhanku tanpa aku katakan, adalah bukti nyata dari bagaimana Bunda Maria bekerja melalui hati orang-orang yang mau membuka diri untuk berbagi kasih.

Dalam Gaudete et Exsultate (Bersukacitalah dan Bergembiralah), Paus Fransiskus menekankan panggilan setiap orang untuk menjadi kudus. Ia mengingatkan kita bahwa kekudusan tidak hanya ditemukan dalam tindakan besar, tetapi juga dalam perbuatan-perbuatan kecil penuh cinta. Pengalaman hidup saya, yang terjalin dengan doa dan keyakinan kepada Bunda Maria, menggemakan ajakan Paus Fransiskus ini. Kejadian-kejadian yang tampak sederhana -seperti selamat dari kecelakaan atau menerima bantuan pada saat kritis- adalah momen-momen kudus yang menunjukkan kasih Tuhan yang bekerja dalam hidupku. Pengalaman ini mengajarkan kepadaku bahwa dalam hal-hal kecil sekalipun, Bunda Maria selalu hadir, dan melalui kehadirannya, saya diajak untuk semakin mempercayakan diriku kepada Allah.

Selain itu, Amoris Laetitia (Sukacita Cinta) juga membawa refleksi mendalam bagiku tentang peran keluarga dalam menumbuhkan iman. Bunda Maria, sebagai ibu Yesus, juga merupakan ibu bagi kita semua. Ketika saya melihat ketekunan doa dari almarhum mama saya, saya sadar bahwa mama telah memberikan teladan serupa dengan Bunda Maria---seorang ibu yang setia berdoa dan mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan. Kehidupan doa ibuku yang begitu dalam mengingatkan saya pada apa yang Paus Fransiskus sering katakan tentang pentingnya keluarga dalam membangun dasar iman dan kasih. Doa-doa yang dilantunkan mama tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk kami anak-anaknya meski kami sudah memiliki keluarga sendiri, dan melalui doa itulah saya merasakan perlindungan Bunda Maria dalam setiap langkah hidupku.

Melalui ajaran-ajaran dan ensiklik Paus Fransiskus, saya semakin memahami bahwa pengalaman kedekatan dengan Bunda Maria bukanlah sesuatu yang jauh atau hanya terjadi pada momen-momen besar. Melalui refleksi Sri Paus, saya melihat bagaimana setiap pengalaman kecil dalam hidup, setiap momen keselamatan, setiap kebaikan yang tak terduga, adalah bukti nyata kehadiran Bunda Maria dan kasih Tuhan yang selalu menyertai. Bunda Maria adalah wujud nyata dari cinta yang melindungi dan menuntun, seperti yang ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam berbagai kesempatan. Kehadiran Paus Fransiskus dengan ajaran-ajaran yang penuh kelembutan dan kasih sayang semakin meneguhkan keyakinan saya dan mungkin Anda bahwa Bunda Maria selalu berada di samping kita, mendampingi kita dengan kasih seorang ibu yang tak pernah lelah menolong anak-anaknya.

 

Taat Total pada Kehendak Allah

Bunda Maria juga telah mewariskan sebuah teladan iman yang luar biasa besar, yang telah menginspirasi saya dan pembaca sekalian. Teladan penyerahan diri Bunda Maria pada kehendak Tuhan merupakan cerminan iman yang penuh kepercayaan dan kepasrahan total. Ketika malaikat Gabriel membawa kabar bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Putra Allah, Maria tidak mempertanyakan keputusan Tuhan dengan ketakutan atau keraguan yang berlebihan, meskipun ia tahu tantangan besar yang akan ia hadapi. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, Maria hanya menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu"  (Luk 1:38). Jawaban ini menunjukkan kerelaan Maria untuk menundukkan diri sepenuhnya pada rencana Tuhan, tanpa perlu memahami semua detilnya terlebih dahulu. Penyerahan dirinya yang total dan tulus ini menjadi teladan yang luar biasa bagi kita dalam menanggapi panggilan Tuhan, apapun bentuknya.

Teladan penyerahan Maria bukan hanya satu tindakan, melainkan menjadi cara hidup yang terus menerus ia jalani. Di sepanjang kehidupan Yesus, Maria selalu setia mendampingi, bahkan di saat yang paling sulit, seperti ketika Yesus disalibkan di Golgota. Kesetiaan Maria dalam menerima kehendak Tuhan, meskipun berarti harus menyaksikan putranya menderita dan wafat, menunjukkan betapa dalamnya penyerahan itu. Ia tidak menuntut penjelasan, tidak protes atas penderitaan yang harus dialaminya, tetapi dengan setia mengikuti jalan yang Tuhan tetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang sulit dipahami dan penuh tantangan, namun melalui teladan Maria, kita diajak untuk tetap berserah, percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar.

Inspirasi dari penyerahan diri Bunda Maria ini hendaknya juga menjadi cara beriman saya dalam menjalani kehidupan. Sama seperti Maria yang dengan rendah hati berkata "ya" pada kehendak Tuhan, saya ingin meneladaninya dengan belajar untuk lebih ikhlas dalam menghadapi setiap situasi, terutama di saat-saat sulit. Tidak selalu mudah untuk menerima dan berserah pada rencana Tuhan, terutama ketika hasilnya tidak sesuai harapan, namun melalui contoh hidup Bunda Maria, saya diingatkan bahwa penyerahan diri tidak berarti lemah, melainkan adalah tindakan iman yang paling kuat. Berserah pada kehendak Tuhan berarti mempercayai-Nya sepenuhnya, bahwa di balik setiap tantangan, Tuhan memiliki rencana indah yang akan terwujud pada waktunya. Dengan meneladani sikap Maria, saya berusaha untuk lebih percaya dan tenang dalam setiap pergumulan, meyakini bahwa seperti Maria, saya juga dilindungi oleh tangan Tuhan yang penuh kasih.

 

Penyerahan Keluarga pada Bunda Maria

Keluarga kecilku juga belajar berserah pada campur tangan Bunda Maria, terutama ketika anak kedua kami mengalami kecelakaan dan tangannya retak akibat terjatuh. Dokter memvonis bahwa anak kami harus menjalani operasi. Kami begitu panik dan merasa tidak siap menghadapi kenyataan ini, apalagi keesokan harinya saya sudah dijadwalkan untuk berangkat ke Keuskupan Atambua guna memberi pelatihan menulis. Pikiran kami penuh dengan kekhawatiran - bagaimana mungkin saya bisa meninggalkan anak yang sedang menghadapi operasi, meskipun tiket sudah di tangan?

Dalam kepanikan tersebut, kami memutuskan untuk pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Bunda Maria. Kami meminta pertolongan dengan sepenuh hati, berdoa (di pojok ruang anak) agar kehendak Tuhan yang terjadi melalui perantaraan Bunda. "Tolong kami, Bunda, kami tidak siap menghadapi ini," begitu doa yang terus terucap sembari untaian doa Salam Maria tak pernah henti kami lantunkan. Perasaan takut bercampur dengan harapan bahwa Tuhan akan membantu kami melalui situasi sulit ini, dan kami percaya bahwa Bunda Maria pasti mendengarkan doa kami.

Setelah berdoa, kami meminta waktu 15 menit sebelum memutuskan apa yang harus dilakukan, dan dalam waktu yang singkat, keajaiban pun terjadi. Dokter tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa operasi tidak diperlukan, cukup dengan gips saja. Hati kami lega dan penuh syukur. Kami percaya bahwa Tuhan telah mendengarkan doa-doa kami melalui Bunda Maria, dan dalam momen itu, kami merasakan bagaimana kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya membawa kedamaian yang luar biasa. Puji Tuhan, campur tangan Bunda Maria menyelamatkan kami dari ketakutan dan memberikan jalan keluar yang terbaik. (Alfred B. Jogo Ena)

Catatan di atas dalam buku Bunda Maria: Sumber Cinta dan Pertolongan Ilahi yang akan segera diterbitkan.

(dokpri)
(dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun