Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengorbanan, Harapan dan Keadilan di Tengah Penderitaan

20 Oktober 2024   08:30 Diperbarui: 20 Oktober 2024   08:30 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan pertama Hari Minggu Biasa XXIX pada 19-20 Oktober 2024 diambil dari Yesaya 53:10-11 sebagaimana yang dikutipkan secara lengkap di bawah ini.

 

Yesaya 53:10-11 (TB) "Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia tanggung."

Di tengah kesulitan dan penderitaan hidup, sering kali kita bertanya-tanya tentang makna di balik semua itu. Apakah ada tujuan yang lebih besar, atau sekadar derita yang tak berujung? Dalam kitab Yesaya, kita menemukan gambaran pengorbanan yang membawa penebusan, harapan yang muncul setelah kesusahan, dan panggilan untuk menegakkan keadilan. Ayat-ayat ini tidak hanya relevan bagi masa lalu, tetapi juga memberikan pesan yang kuat bagi kita yang hidup di zaman modern ini. 

Mari kita merenungkan bagaimana pengorbanan dan penderitaan dapat membawa terang dan harapan baru, serta bagaimana kita dipanggil untuk menjadi agen keadilan di dunia yang penuh tantangan. Berdasarkan bacaan di atas, ada tiga point yang bisa dipakai sebagai bahan permenungan bagi kita.

 

Pertama, Makna Pengorbanan dan Penebusan

Yesaya 53:10-11 menggambarkan penderitaan yang diderita oleh hamba Tuhan sebagai bagian dari rencana penebusan. Pengorbanan ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan kehendak Tuhan untuk membawa keselamatan kepada banyak orang.

Dalam konteks zaman sekarang, kita sering dihadapkan pada tantangan yang menuntut pengorbanan pribadi, baik itu dalam pelayanan, keluarga, atau pekerjaan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa meskipun pengorbanan tersebut mungkin berat, ada makna dan tujuan yang lebih besar di baliknya. Kita dipanggil untuk bertahan dan tetap setia, karena melalui kesulitan, ada potensi untuk membawa perubahan dan penebusan bagi diri kita dan orang lain.

 

Kedua, Harapan di Tengah Penderitaan

Yesaya 53:11 berbicara tentang "melihat terang dan menjadi puas" setelah melalui penderitaan. Ini menunjukkan bahwa setelah kesusahan ada janji pemulihan dan sukacita. Di era sekarang, banyak orang bergumul dengan krisis seperti kesehatan mental, ekonomi, dan konflik sosial.

Ayat ini memberikan harapan bahwa penderitaan bukanlah akhir dari segalanya; ada terang di ujung terowongan. Kita diundang untuk percaya bahwa di balik kesulitan, Tuhan sedang bekerja untuk membawa kita kepada pemulihan dan kehidupan yang lebih baik.

 

Ketiga, Panggilan untuk Membawa Keadilan dan Pembenaran

Hamba Tuhan dalam Yesaya 53 "membenarkan banyak orang oleh hikmatnya." Ini menekankan tanggung jawab kita sebagai umat beriman untuk menjadi agen keadilan dan kebenaran di tengah dunia yang dipenuhi dengan ketidakadilan.

Di masa sekarang, di mana sering kali terjadi ketidakadilan sosial, diskriminasi, dan korupsi, kita dipanggil untuk menjadi suara kebenaran dan bertindak dengan integritas. Tindakan kita dapat menjadi jalan bagi orang lain untuk mengenal keadilan dan kasih Tuhan.

 

Pesan Bagi Konteks Indonesia

Saat ini, Indonesia memasuki babak baru dalam sejarahnya dengan dimulainya transisi pemerintahan seiring pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Proses transisi ini, seperti halnya pengorbanan dan penderitaan yang digambarkan dalam Yesaya 53:10-11, mengandung tantangan dan harapan besar bagi bangsa.

Di tengah euforia dan ketidakpastian, masyarakat mungkin mengalami berbagai kesulitan, seperti penyesuaian kebijakan, perubahan arah pembangunan, dan ekspektasi yang tinggi terhadap pemimpin baru.

Namun, sama seperti janji dalam ayat tersebut bahwa ada terang setelah penderitaan, kita diingatkan bahwa transisi ini juga merupakan kesempatan untuk memperbarui komitmen terhadap nilai-nilai keadilan dan kebenaran. Pemerintahan baru diharapkan membawa perubahan positif yang dapat membenarkan banyak orang, memperjuangkan kesejahteraan, dan menegakkan keadilan sosial.

Kita sebagai warga negara, seperti sang hamba dalam Yesaya, memiliki peran aktif dalam proses ini, baik melalui kontribusi nyata maupun doa, agar rencana Tuhan untuk bangsa ini dapat terwujud dalam setiap kebijakan dan tindakan.

Selamat hari Minggu

Salam dari Kaki Merapi

Alfred B. Jogo Ena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun