Pak Tinus tampak kebingungan dan mulai panik. "Tina, kita bisa bicarakan ini. Jangan gegabah. Saya bisa naikan gaji kamu sekarang juga."
Namun, Tina tidak mundur. "Saya tidak butuh kenaikan gaji dari Anda, Pak. Saya hanya ingin memastikan Anda tidak melakukan ini lagi kepada orang lain." Dengan nada dingin, ia menambahkan, "Saya sudah menghubungi beberapa media yang bersedia mempublikasikan masalah ini. Anda tahu dampaknya akan sangat besar, bukan?"
Sadar tidak ada jalan keluar, Pak Tinus akhirnya tunduk. Dia memohon kepada Tina agar kasus ini tidak dilanjutkan, bahkan menawarkan untuk mengundurkan diri secara diam-diam agar masalah tidak sampai ke publik.
"Kalau begitu, siapkan surat pengunduran diri Anda sekarang juga," kata Tina tegas. "Saya tidak akan mengekspos bukti-bukti ini kalau Anda segera keluar dari perusahaan dan tidak pernah mencoba menghubungi saya atau karyawan lain lagi."
Dengan terpaksa, Pak Tinus menyerah. Beberapa hari kemudian, surat pengunduran dirinya pun diumumkan. Banyak karyawan yang bertanya-tanya mengapa sang bos tiba-tiba mengundurkan diri, tetapi Tina hanya tersenyum tipis. Dia tahu, jebakan ala tikus mati di gudang roti itu berhasil. Dengan diam-diam dan cerdik, ia telah membalikkan keadaan dan membuat sang perundung terperangkap oleh ulahnya sendiri.
Tina memang kehilangan pekerjaannya karena memilih mundur setelah semua selesai, tapi ia mendapatkan kebebasan dan ketenangan. Ia keluar dari perusahaan dengan kepala tegak, membawa keberanian dan kebanggaan atas apa yang telah diperjuangkannya.
Di tempat kerja selanjutnya, ia berharap bisa menjadi lebih dari sekadar bawahan yang pasrah. Tina ingin memastikan bahwa tidak ada lagi bos nakal yang merasa aman dengan tindakan tercelanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H