Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gelar Doktor antara Prestasi Akademik dan Komoditas Murahan

18 Oktober 2024   05:00 Diperbarui: 18 Oktober 2024   08:36 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Dengan menjamurnya gelar doktor instan, pencapaian para akademisi sejati ini seolah-olah menjadi tidak berarti. Kualitas intelektual dan kontribusi ilmiah yang mereka berikan sering kali tenggelam di tengah sorotan media terhadap tokoh publik yang berhasil meraih gelar dalam waktu singkat. Akibatnya, rasa bangga terhadap pencapaian akademik mereka bisa terkikis, dan ini berpotensi menurunkan semangat para peneliti muda yang bercita-cita untuk menempuh pendidikan tinggi dengan sungguh-sungguh.

(hasil olahan GemAIBot, dokpri)
(hasil olahan GemAIBot, dokpri)

Pengaruh Terhadap Kualitas Pendidikan dan Intelektualitas Bangsa

Praktik komersialisasi gelar akademik memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Ketika gelar akademik dapat dengan mudah diperoleh tanpa proses yang sesuai, standar pendidikan akan mengalami penurunan. Universitas yang seharusnya menjadi pusat keunggulan ilmiah dapat kehilangan reputasinya karena ikut terlibat dalam praktik-praktik semacam ini. Dampaknya, lulusan yang dihasilkan mungkin tidak memiliki kompetensi yang memadai, yang pada akhirnya dapat merugikan dunia kerja dan masyarakat secara luas.

Lebih dari itu, intelektualitas bangsa juga dipertaruhkan. Jika gelar doktor dijadikan sekadar alat prestise, maka penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan budaya membaca serta menulis yang kritis akan menurun. Generasi muda mungkin lebih tertarik untuk mengejar gelar demi status daripada mengejar ilmu demi pemahaman yang mendalam. Fenomena ini dapat memperlemah fondasi intelektual bangsa yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global di masa depan.

Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk mengatasi fenomena ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pertama, lembaga pendidikan tinggi harus menegakkan standar yang ketat dalam proses penerimaan dan kelulusan program doktoral. Hanya penelitian yang berkualitas dan melalui proses evaluasi yang objektif yang layak mendapatkan gelar akademik.

Kedua, Pemerintah juga perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap perguruan tinggi yang menawarkan program doktor, memastikan bahwa tidak ada penyalahgunaan atau praktik komersialisasi gelar.

Dan yang ketiga, masyarakat perlu diajak untuk lebih menghargai proses intelektual dan tidak hanya melihat gelar sebagai simbol status. Peran media juga penting untuk menyoroti pencapaian akademis yang sejati daripada hanya menyorot gelar yang diperoleh tokoh-tokoh tertentu. Dengan demikian, budaya menghargai pendidikan yang berkualitas dapat tumbuh dan berkembang.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Fenomena komersialisasi gelar doktor mengancam esensi pendidikan tinggi dan mencederai mereka yang menempuh jalur akademik dengan penuh perjuangan. Gelar doktor seharusnya bukan hanya sekadar label, tetapi bukti dari dedikasi, ketekunan, dan kontribusi intelektual seseorang terhadap ilmu pengetahuan. Kita perlu berkomitmen untuk mengembalikan makna sejati dari gelar ini, sehingga penghargaan terhadap ilmu pengetahuan tetap tinggi, dan kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus ditingkatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun