Kebijaksanaan, Harta yang Tak Ternilai
Bacaan pertama hari Minggu Biasa XVIII, 13 Oktober 2024 diambil dari Kebijaksanaan Salomo 7:7-11.
"Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya. Namun demikian besertanya datang pula kepadaku segala harta milik, dan kekayaan tak tepermanai ada di tangannya."
Dalam kehidupan ini, seringkali kita terjebak dalam mengejar kekayaan, kekuasaan, dan kemuliaan duniawi. Namun, Kebijaksanaan 7:7-11 sebagaimana yang saya kutipkan di atas memberikan pelajaran penting bagi kita, bahwa ada harta yang jauh lebih berharga daripada semua itu yakni, kebijaksanaan.Â
Ketika Salomo diberi kesempatan untuk meminta apapun yang ia inginkan, ia tidak meminta kekayaan atau kekuasaan, melainkan kebijaksanaan. Pilihannya ini mengajarkan kita bahwa kebijaksanaan memiliki nilai yang lebih tinggi dan abadi dibandingkan dengan harta duniawi. Tanpa kebijaksanaan, kekayaan dapat dengan mudah membawa kita kepada kehancuran, bukan kebahagiaan. Dengan kebijaksanaan, kita dapat membuat keputusan yang bijak, yang membawa kebaikan tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.
Kebijaksanaan bukan sekadar pengetahuan, melainkan jalan menuju kebahagiaan dan kepuasan sejati. Dalam masyarakat yang sibuk mengejar materi, banyak orang justru merasa gelisah dan tidak puas meskipun sudah memiliki segala yang mereka inginkan. Ayat ini menegaskan bahwa kebijaksanaan memberikan kebahagiaan yang lebih mendalam, kebahagiaan yang tidak dapat dibeli dengan uang atau dipenuhi oleh status sosial. Kebijaksanaan mengarahkan kita untuk menemukan makna sejati dalam hidup, sesuatu yang lebih dari sekadar pencapaian duniawi.
Selain itu, Kebijaksanaan 7:7-11 mengingatkan kita bahwa nilai kebijaksanaan adalah abadi. Salomo menyatakan bahwa kebijaksanaan lebih berharga daripada emas, perak, atau bahkan cahaya. Ini artinya, di tengah perubahan dunia yang terus-menerus, kebijaksanaan tetap tak tergantikan.Â
Ketika hal-hal duniawi dapat pudar atau berubah, kebijaksanaan tetap menjadi panduan yang kokoh. Oleh karena itu, alangkah bijaksananya kita jika mulai menginvestasikan waktu dan usaha untuk menumbuhkan kebijaksanaan dalam hidup kita melalui pembelajaran, pengalaman, dan refleksi.
Marilah kita menjadikan kebijaksanaan sebagai prioritas utama dalam kehidupan kita, bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi sebagai fondasi untuk menjalani hidup yang bermakna dan abadi. Dalam setiap keputusan dan langkah hidup, biarlah kebijaksanaan yang memimpin kita.
Salam dari Kaki Merapi
Selamat hari Minggu.Â