Rumah, Tempat Ternyaman untuk Pulang dari Kekerasan di Luar
Mari kita mengawali tulisan ini dengan beberapa contoh kasus. Salah satu kasus kekerasan akibat bullying yang berujung maut terjadi di Indonesia pada tahun 2024.Â
Kasus ini melibatkan seorang siswi SMK di Bandung yang mengalami gangguan jiwa akibat perundungan terus-menerus yang dialaminya. Bullying yang dialami tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga secara psikologis yang serius.Â
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya peningkatan kekerasan terhadap anak, terutama di lingkungan sekolah. Bahkan, sebanyak 35% dari kasus kekerasan pada anak terjadi di sekolah sepanjang awal tahun 2024 (https://metro.tempo.co)
Kasus bullying yang menyita perhatian terjadi di sebuah sekolah di Balikpapan pada awal 2024. Seorang siswa SMP menjadi korban pengeroyokan oleh teman-teman sekelasnya. Kasus ini menjadi viral setelah video kekerasan yang dialami korban beredar melalui pesan berantai di media sosial. Korban dijambak, dipukul, dan bajunya ditarik oleh beberapa pelaku yang mengelilinginya.Â
Meskipun kasus ini akhirnya diselesaikan melalui mediasi antara sekolah, orang tua, dan kepolisian, kejadian tersebut menunjukkan dampak serius dari bullying di lingkungan sekolah, yang sering kali tidak terdeteksi oleh pihak sekolah sebelum viral di media sosial. (https://tirto.id/).Â
Kekerasan di Luar: Ancaman yang Mengintai
Rumah sering kali dipandang sebagai tempat terindah dan teraman, di mana setiap anggota keluarga dapat kembali setelah menghadapi berbagai tantangan hidup.Â
Ketika keluar rumah, kita selalu membawa harapan untuk pulang, membawa kebahagiaan, kedamaian, atau bahkan keresahan. Namun, ada kalanya dunia luar tidak selalu bersahabat.Â
Kekerasan, perundungan, dan tekanan sering kali menjadi bagian dari realitas yang harus dihadapi oleh setiap individu, baik itu di lingkungan kerja, sekolah, maupun pergaulan sosial.Â
Pada saat itulah, rumah menjadi pelabuhan aman, tempat kita dapat berlindung dan mendapatkan kekuatan kala anggota rumah (khususnya anak-anak) mengalami kekerasan.