Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Ujung Ombak

8 Oktober 2024   20:37 Diperbarui: 8 Oktober 2024   21:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Pantai Enalewa (pasir panjang) di bawah kaki Gunung Inerie, Ngada, Flores, dokpri)

Dengan napas panjang, Dian melangkah lebih dalam. Air kini mencapai pinggangnya. Jantungnya berdegup kencang, namun dia tidak mundur. Lina, yang memperhatikan dari kejauhan, tersenyum bangga.

Dian menatap ke depan, ke arah cakrawala yang luas. Ada perasaan damai yang mengalir di dalam dirinya. "Aku bisa melakukannya," bisiknya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada siapa pun. 

Laut yang dulu membuatnya gemetar kini terasa seperti ruang yang besar, namun bukan lagi menakutkan. Ia mulai mengapung, merasakan ombak yang lembut mengangkat tubuhnya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak merasa takut. Ia merasa bebas.

Saat matahari mulai terbenam, Dian tersenyum. Ketakutannya terhadap laut mungkin tidak akan pernah sepenuhnya hilang, tapi hari ini, dia telah berhasil berdamai dengan bagian terdalam dari dirinya. Di ujung ombak, ia menemukan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan: keberanian yang selama ini tersembunyi di dalam hatinya.

Dian berjalan kembali ke pantai dengan senyum lebar, air laut menetes dari tubuhnya. Lina menghampiri dengan pelukan hangat.

"Kamu berhasil, Di," kata Lina bangga.

Dian mengangguk, matanya berkilauan. "Ya, dan aku merasa... luar biasa. Seperti aku baru saja menaklukkan sesuatu yang jauh lebih besar dari laut."

Mereka berdua duduk di tepi pantai, menyaksikan matahari tenggelam dengan warna-warna oranye dan merah yang memukau. Untuk pertama kalinya, laut di depan Dian bukan lagi simbol ketakutan, tetapi ruang penuh kemungkinan. Ia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya. 

Sekarang, ia tahu bahwa ombak akan selalu datang dan pergi, dan ia pun bisa bergerak bersamanya, tanpa rasa takut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun